Liputan6.com, Jakarta Hari Stroke Sedunia jatuh setiap 29 Oktober. Tahun ini, hari yang diperingati untuk meningkatkan kesadaran soal penyakit stroke mengambil tema “Ayo Melangkah Kalahkan Stroke Mulai dari Diri Sendiri.”
Guna memperingati hari ini, dokter spesialis saraf Dodik Tugasworo menjelaskan terkait tren stroke pada kelompok usia muda. Menurutnya, stroke bukan lagi penyakit orang tua.
Advertisement
Baca Juga
“Memang tren stroke pada usia muda itu cenderung mengalami suatu peningkatan di banyak negara termasuk di Indonesia. Beberapa usia yang saya temui sekitar 30, 40 tahun itu sekarang meningkat sekali,” kata Dodik dalam webinar bersama Kementerian Kesehatan, Jumat (25/10/2024).
Advertisement
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (Perdosni) menambahkan, faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan risiko stroke pada usia muda adalah gaya hidup yang kurang sehat.
“Kurang olahraga, pola makan tinggi lemak dan gula, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol di kalangan usia muda. Ini yang membuat kecenderungan usia muda lebih banyak (stroke) pada akhir-akhir ini,” jelas Dodik.
Di sisi lain, tingkat stres juga memiliki peran besar. Pasalnya, iklim kompetisi pada usia muda cenderung tinggi sehingga dapat memicu gangguan tidur dan ujung-ujungnya menjadi risiko terjadinya stroke.
“Faktor medis lain mungkin usia muda itu mengidap suatu genetik seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia, kegemukan, ini juga jadi risiko stroke.”
Stroke Bisa Picu Kondisi Disabilitas
Penyakit stroke pada usia muda bukan hal remeh. Pasalnya, tua atau muda sama-sama bisa mengalami disabilitas akibat stroke. Bukan hanya gangguan gerak, stroke juga bisa memicu disabilitas netra.
“Mengenai kebutaan, stroke itu gejala klinisnya tergantung di mana dia kenanya. Apakah di daerah mata, daerah bicara, tangan kaki, itu otak kita sudah dipeta-petakan. Jadi kalau terkena di pembuluh darah mata, maka mata akan bisa buta atau buram,” kata Dodik.
“Jadi disabilitas itu bisa dialami oleh siapa saja dan disabilitas itu tergantung di mana lokasi stroke terjadi, tapi itu bisa kita atasi asal kita makin cepat datang ke rumah sakit. Semakin cepat kita ke rumah sakit inshaAllah disabilitas itu bisa kita kurangi bahkan bisa tidak terjadi,” ujar Dodik.
Advertisement
Cegah Stroke Berulang
Dodik menggarisbawahi, pencegahan stroke termasuk stroke kedua menjadi sangat penting agar terhindar dari disabilitas.
“Jangan sampai stroke kedua, pencegahan secondary stroke itu penting. Kalau kita sampai kedua, untuk kembali lagi dari disabilitas itu agak sulit.”
Dengan kata lain, jika sudah sembuh dari stroke pertama maka jangan merasa bebas hingga melupakan pencegahan stroke selanjutnya. Pasalnya, penyakit stroke bisa menyerang berulang jika tidak dicegah dengan baik.
Tak hanya datang untuk kedua kalinya, stroke bahkan bisa datang untuk ketiga hingga keempat kali pada pasien yang sama.
“Jadi jika sudah kena serangan stroke pertama, jaga kondisi benar-benar jangan sampai kena kedua kali, apalagi ketiga, keempat. Makin banyak kena serangan, makin sulit untuk disabilitas itu kembali (pulih),” papar Dodik.
Stroke Bisa Picu Disabilitas Mental
Selain disabilitas fisik dan sensorik netra, stroke juga memiliki kaitan dengan disabilitas mental.
“Kadang-kadang, orang stroke itu ada gangguan kepribadian dan gangguan pola hidup. Orang pendiam tiba-tiba ketika dia stroke bisa jadi pemarah, tiba-tiba lempar gelas dan lain sebagainya.”
Sebaliknya, orang pemarah, ketika terkena stroke bisa saja menjadi pendiam, lanjut Dodik.
“Nah ini keluarga harus tahu, karena kalau keluarga enggak tahu, nanti bisa bertengkar terus dengan orang stroke. Jadi ini berbahaya, nanti orang strokenya jadi depresi, jadi stres, akhirnya stroke lagi, secondary stroke,” pungkasnya.
Advertisement