Sambut Hari Kesehatan Nasional 2024 Kemenkes Harap Sistem Kesehatan Indonesia Lebih Mandiri

Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa pihaknya berharap sistem kesehatan Indonesia makin mandiri.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 08 Nov 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2024, 13:00 WIB
Menkes Budi Gunadi
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam Health Innovation Festival (HAI Fest) 2024. (Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin)

Liputan6.com, Jakarta - Jelang Hari Kesehatan Nasional yang jatuh pada 12 November 2024 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menggelar Health Innovation Festival (HAi Fest). Dalam kesempatan ini Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa pihaknya berharap sistem kesehatan Indonesia makin mandiri.

“Hari ini kami undang Pak Menko (Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan/Menko PMK Pratikno). Semua inovator alat kesehatan sama obat-obatan, perusahaan, industri datang ke sini. Harapannya adalah lebih banyak lagi industri alkes farmasi yang bisa dibangun di Indonesia supaya nanti kalau ada pandemi lagi kita bisa tahan nggak usah impor, beli aja produk kami,” kata Budi dalam HAi Fest di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (8/11/2024).

Budi menambahkan, pihaknya bukan ingin memonopoli pasar Indonesia tapi untuk membangun resiliensi atau ketahanan sistem kesehatan Indonesia agar siap menghadapi berbagai ancaman misalnya pandemi.

“Jadi, memang kita bukannya mau monopolistik harus prduk nasional ya, approach-nya adalah kita harus bangun resiliensi security, kalau ada pandemi lagi obat-obatan sama vaksin itu harus tersedia di dalam negeri.”

“Untuk itu kita mesti membangun kapasitas produksi, bangunnya dengan cara apa? Nomor satu, izinnya dipermudah, udah dipermudah semua tuh sama bu Rizka (Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes),” tambahnya. 

 

Cara Berikutnya untuk Bangun Kapasitas Produksi

Tak henti di situ, cara lain untuk membangun kapasitas produksi di Indonesia adalah menggunakan produk asing yang produksi obatnya di dalam negeri.

“Nomor dua, kita undang orang-orang asing. Kita mau pakai produk asing selama kualitasnya bagus dan harganya murah, tapi produksinya dalam negeri dong, kongsi lah mereka sama orang-orang Indonesia.”

Cara ketiga, pemerintah pasti akan membeli produk yang diproduksi dalam negeri, lanjut Budi, karena itu diperbolehkan.

“Anggaran berarti kan besar, dan anggaran pemda-pemda itu harus dibelikan ke dalam negeri. Jadi izinnya, kemudian kita undang ahlinya, kita ajak, permudah, kemudian afirmasi dari pembelian.”

 

 

Bangga Buatan Indonesia

Terkait mekanismenya, Budi mengatakan hal ini sudah dibahas sejak era kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

“Mekanismenya kan sejak Pak Jokowi kan udah dibikin ya bangga buatan indonesia, jadi ada namanya TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri). Itu dikunci dimasukin ke e-katalog kita.”

“Jadi kalau TKDN-nya rendah dia ke bawah atau hilang, tapi kalo TKDN-nya tinggi dia masuk, jadi bisa bikin, mekanismenya akan seperti itu,” paparnya.

Soal Quick Win TB

Budi juga sempat menyinggung soal quick win atau program percepatan penanganan TBC yang diusung Presiden Prabowo Subianto.

“Saya udah lapor ke Pak Menko (Pratikno) tuh kemarin juga udah lapor ke presiden kita kan TBC itu nomor dua di dunia ada 1 juta orang. Waktu COVID itu yang ketahuan cuma 400 ribuan jadi bayangkan banyak yang masih jalan-jalan ketularan.”

“Nah sekarang target kita, kita naikin dulu (deteksinya) sama kaya COVID ya, kalo COVID dulu kan kita karantina orangnya, kalau TBC udah ada obatnya. Tahun ini target kita mau naik (skrining) ke 900 ribu, jadi dulu 400 ribu 2022 naik ke 700-800 nah sekarang 900.”

Sementara di 2025, pihaknya berharap bisa satu juta tes. Jadi dari 1.080 dapat ditemukan sekitar 1 juta kasus. “Nah, itu mereka akan kita kasih obatnya dan bisa sembuh kok,” pungkasnya.

Soal Quick Win TB

 

Budi juga sempat menyinggung soal quick win atau program percepatan penanganan TBC yang diusung Presiden Prabowo Subianto.

“Saya udah lapor ke Pak Menko (Pratikno) tuh kemarin juga udah lapor ke presiden kita kan TBC itu nomor dua di dunia ada 1 juta orang. Waktu COVID itu yang ketahuan cuma 400 ribuan jadi bayangkan banyak yang masih jalan-jalan ketularan.”

“Nah sekarang target kita, kita naikin dulu (deteksinya) sama kaya COVID ya, kalo COVID dulu kan kita karantina orangnya, kalau TBC udah ada obatnya. Tahun ini target kita mau naik (skrining) ke 900 ribu, jadi dulu 400 ribu 2022 naik ke 700-800 nah sekarang 900.”

Sementara di 2025, pihaknya berharap bisa satu juta tes. Jadi dari 1.080 dapat ditemukan sekitar 1 juta kasus. “Nah, itu mereka akan kita kasih obatnya dan bisa sembuh kok,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya