Liputan6.com, Jakarta - Pneumonia adalah penyakit yang menjadi salah satu penyebab utama kematian pada anak-anak di bawah umur 5 tahun di dunia.
Penyakit ini bahkan pernah dijuluki sebagai 'the most forgotten killer' oleh UNICEF pada tahun 2006, karena dapat merenggut nyawa satu anak setiap 43 detik. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, Indonesia masih termasuk dalam negara dengan angka kematian tertinggi akibat pneumonia.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Dokter Spesialis Anak Konsultan Respirologi, Dr. Wahyuni Indawati, Sp.A(K), pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang jaringan paru-paru, yang berfungsi sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
Advertisement
Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, termasuk bakteri, virus, dan jamur. Infeksi tersebut merusak jaringan paru-paru, mengganggu proses pernapasan, dan dapat berujung pada kematian jika tidak ditangani dengan tepat.
Pneumonia pada Anak Disebabkan Karena Apa?
Penyakit pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau faktor lain. Menurut Wahyuni, Streptococcus pneumoniae adalah penyebab utama, bertanggung jawab atas 50 persen kasus.
Kemudian, virus influenza B menyumbang 20 persen dan sisanya disebabkan faktor lain. "Bakteri ini memiliki lebih dari 100 serotipe, dengan serotipe 3, 22F, dan 23F sering ditemukan di Indonesia dan dapat menyebabkan komplikasi berat," katanya dalam diskusi media 'Edukasi dan Vaksinasi, Kunci untuk Menang Lawan Pneumonia' pada Minggu, 17 November 2024.
Anak-anak lebih rentan terhadap pneumonia akibat Streptococcus pneumoniae karena antibodi dari ibu menurun seiring usia, sementara sistem kekebalan tubuh anak masih berkembang.
"Bakteri ini juga dapat hidup di nasofaring orang sehat dan menularkan infeksi tanpa gejala. Di Indonesia, sekitar 40 s.d 60 persen orang sehat membawa bakteri ini," tambahnya.
Â
 Apakah Gejala Khas Pneumonia?
Pneumonia pada anak sering disalahartikan sebagai flu atau selesma. Namun, Wahyuni mengingatkan bahwa gejalanya bisa mirip dengan infeksi saluran pernapasan lainnya, seperti demam, batuk, dan napas cepat.
Yang membedakan adalah jika batuk disertai napas cepat atau sesak, itu bukan batuk biasa. "Hal ini perlu menjadi perhatian khusus," ujarnya.
Guna mengetahui apakah anak mengalami napas cepat, orang tua bisa menghitung frekuensi napas anak dalam satu menit.
Menurut standar yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), anak yang berumur kurang dari dua bulan memiliki batas frekuensi napas normal sebanyak 60 kali per menit.
Pada anak usia satu tahun, batas frekuensi napas yang normal adalah 50 kali per menit, dan untuk anak yang lebih besar, batasnya adalah 40 kali per menit.
"Jika napas anak melebihi angka-angka tersebut, bisa jadi anak mengalami pneumonia," katanya.
Selain napas yang cepat, orang tua juga perlu memperhatikan apakah ada tarikan pada dinding dada anak saat bernapas. Biasanya, saat anak bernapas, dinding dada tidak akan tertarik ke dalam. Namun, jika ada tarikan pada dinding dada, ini menandakan adanya masalah pernapasan yang lebih serius, seperti pneumonia.
"Ini harus segera dibawa ke dokter untuk penanganan yang tepat. Penanganan cepat dapat mencegah komplikasi serius," katanya.
Â
Advertisement
Bagaimana Cara Mencegah Penyakit Pneumonia?
Pencegahan pneumonia dapat dilakukan dengan cara melindungi anak sejak dini. Salah satu langkah penting adalah memberikan ASI eksklusif hingga usia enam bulan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak.
Selain itu, imunisasi lengkap sesuai dengan jadwal imunisasi, termasuk vaksinasi pneumococcus dan influenza, sangat membantu mengurangi risiko pneumonia.
"Imunisasi sangat penting untuk melindungi anak dari penyakit yang dapat berkembang menjadi pneumonia, seperti campak, difteri, dan batuk rejan," ujar Wahyuni. Vaksinasi ini dapat mencegah komplikasi yang menyebabkan pneumonia berat pada anak.
Selain imunisasi, pengendalian polusi udara di rumah dan lingkungan sekitar juga sangat penting. Menghindari asap rokok dan memperhatikan etika batuk serta mencuci tangan dengan benar dapat mengurangi penyebaran penyakit ini.
Â
Vaksin PCV Paling Lambat Usia Berapa?
Vaksin PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) adalah salah satu vaksin penting yang dianjurkan untuk anak-anak di Indonesia guna mencegah infeksi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian vaksin PCV harus dilakukan sesuai jadwal untuk memberikan perlindungan optimal.
Ketua Satgas Imunisasi IDAI, Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K) menjelaskan bahwa vaksin PCV diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan, dengan dosis booster pada usia 12 s.d 15 bulan.
Jika belum diberikan pada usia tujuh s.d 12 bulan, kata Hartono, vaksin dapat diberikan dua kali dengan jarak minimal satu bulan, dan booster pada usia 12-15 bulan. "Untuk anak usia 1-2 tahun yang belum mendapatkan vaksin, diberikan dua kali dengan jarak minimal dua bulan."
Untuk anak usia 2-5 tahun yang belum mendapatkan vaksin, vaksin PCV10 diberikan dua kali dengan jarak dua bulan, sementara PCV13 atau PCV15 diberikan satu kali.
"Bagi anak-anak di atas 5 tahun dengan risiko tinggi, disarankan untuk mendapatkan satu dosis PCV13 atau PCV15," katanya.
Dengan diperkenalkannya vaksin PCV15 dalam jadwal imunisasi terbaru 2024, perlindungan terhadap lebih banyak serotipe bakteri pneumokokus, termasuk serotipe 22F dan 33F, semakin diperkuat.
Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk memastikan anak-anak mendapatkan vaksin PCV sesuai dengan jadwal yang disarankan untuk mencegah pneumonia dan komplikasinya.
Â
Advertisement