Asam Urat Dilarang Makan Apa Saja? Ini 5 Pantangan Utama ala dr. Zaidul Akbar untuk Hidup Lebih Sehat

Penasaran makanan apa saja yang bisa memicu asam urat? Dr. Zaidul Akbar membagikan tips sederhana untuk menghindari nyeri dan peradangan. Simak rahasianya dan ubah pola makan Anda!

oleh Aditya Eka PrawiraAde Nasihudin Al Ansori diperbarui 26 Nov 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2024, 08:00 WIB
Mitos Bahwa Semua Makanan Tinggi Kolesterol Bikin Kolesterol dalam Darah Melonjak Tidak Sepenuhnya Benar. Lemak Jenuh Lebih Dominan dalam Mempengaruhi Terjadinya Kolesterol Tinggi (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)
Apa rahasia di balik pola makan sehat pengidap asam urat? Dr. Zaidul Akbar ungkap pantangan yang sering dianggap sepele namun berdampak besar. Jangan sampai salah langkah, temukan jawabannya di sini! (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Penyakit asam urat disebabkan oleh penumpukan asam urat (uric acid) di dalam tubuh. Asam urat merupakan limbah alami yang dihasilkan tubuh, namun kadar yang berlebihan dapat memicu peradangan dan rasa nyeri pada persendian. Untuk mengelola kondisi ini, penting bagi pengidap asam urat untuk lebih selektif dalam memilih makanan.

Menurut dr. Zaidul Akbar, asupan makanan yang mengandung lemak trans atau lemak jahat menjadi salah satu pemicu utama. "Asam urat pada dasarnya kan dari asal katanya 'asam', jadi terlalu banyaknya uric acid yang muncul di badan tentunya yang paling sering itu dari produk-produk yang mengandung lemak trans," katanya.

Oleh karena itu, gorengan adalah salah satu makanan yang harus dihentikan konsumsi. Selain gorengan, dr. Zaidul juga merekomendasikan untuk mengurangi atau bahkan menghentikan sementara konsumsi makanan tertentu seperti:

  1. Produk berbahan dasar tepung, seperti roti dan kue.
  2. Nasi, karena kandungan karbohidratnya yang tinggi dapat meningkatkan kadar asam urat.
  3. Gula pasir, yang sering kali memperburuk inflamasi.
  4. Daging, terutama daging merah, karena kaya akan purin, yang merupakan sumber utama produksi asam urat.

Sebagai langkah perbaikan, dr. Zaidul menyarankan untuk memperbanyak konsumsi makanan yang bersifat basa (alkaline forming food).

Makanan ini membantu menyeimbangkan kadar keasaman tubuh, sehingga dapat mengurangi risiko peradangan. Salah satu resep yang bisa dicoba adalah campuran kacang panjang dan seledri yang diblender, yang diyakini memiliki efek positif.

Selain itu, konsumsi air yang cukup juga sangat dianjurkan untuk membantu proses detoksifikasi tubuh. Untuk makanan herbal, pare dan serai disebut memiliki manfaat baik dalam membantu mengelola kadar asam urat.

Dengan menerapkan pola makan yang tepat dan disiplin, pengidap asam urat dapat mengurangi gejala sekaligus mencegah komplikasi lebih lanjut. "Berikan tubuh makanan yang sehat, kurangi produk yang mengandung lemak trans, dan fokus pada makanan yang mendukung alkalinitas tubuh," pesan dr. Zaidul.

Apa Saja Pemicu Asam Urat?

Gorengan, Menu Buka Puasa, Tahu Isi, Tempe Goreng, Lontong Isi, Makanan (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)
Penyakit asam urat dipicu oleh gangguan metabolisme, konsumsi obat tertentu, obesitas, riwayat keluarga, alkohol, minuman kaya fruktosa, kelaparan, hingga kondisi medis seperti ginjal dan kanker. (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)

Penyakit asam urat tidak hanya disebabkan oleh pola makan yang salah. Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Alvin Nursalim, Sp.PD, banyak faktor lain yang dapat memicu peningkatan kadar asam urat dalam tubuh.

1. Gangguan Metabolisme

Salah satu pemicunya adalah gangguan metabolisme. Tubuh manusia secara alami memproduksi purin, senyawa yang dalam kondisi normal dapat diolah atau dibuang melalui tinja dan urine.

Namun, pada orang dengan gangguan metabolisme, proses ini terganggu sehingga purin menumpuk dan memicu timbulnya asam urat.

2. Penggunaan Obat-Obatan

Selain itu, penggunaan obat-obatan tertentu, seperti diuretik dan aspirin, juga berpotensi meningkatkan kadar asam urat. Obat-obatan ini dapat menghambat pembuangan asam urat, sehingga senyawa tersebut terus bertambah dalam tubuh.

 

3. Berat Badan Berlebihan

Berat badan berlebih atau obesitas menjadi faktor lain yang tak kalah penting. Kondisi ini memaksa tubuh memproduksi lebih banyak asam urat, sementara ginjal kesulitan membuang kelebihannya. Akibatnya, terjadi penumpukan yang memicu peradangan.

 

4. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga juga memainkan peran besar. Orang dengan anggota keluarga yang mengidap asam urat memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi serupa. Faktor genetik ini memperbesar peluang seseorang terkena penyakit ini, terutama jika disertai gaya hidup yang tidak sehat.

 

5. Konsumsi Alkohol dan Minuman Tinggi Fruktosa

Konsumsi alkohol dan minuman kaya fruktosa, seperti soft drink, juga menjadi pemicu utama. Alkohol mengganggu proses pengeluaran asam urat, sementara fruktosa meningkatkan produksi purin sekaligus menurunkan kemampuan tubuh untuk membuangnya.

Menurut Alvin, kombinasi ini memperbesar risiko terjadinya penumpukan asam urat dalam darah.

 

6. Kelaparan dan Penyakit Ginjal

Faktor lain yang sering diabaikan adalah kelaparan. Saat tubuh kekurangan asupan makanan, metabolisme beralih menggunakan jaringan kaya purin, yang akhirnya meningkatkan kadar asam urat.

Kondisi medis tertentu, seperti penyakit ginjal dan kanker, juga berkaitan dengan peningkatan kadar asam urat. Kedua kondisi ini mengganggu fungsi tubuh dalam mengatur kadar senyawa tersebut, sehingga berpotensi memperburuk keadaan.

Mengelola faktor risiko ini dapat membantu mencegah timbulnya penyakit asam urat. Selain menjaga pola makan, disarankan untuk rutin berolahraga, menjaga berat badan ideal, dan berkonsultasi dengan dokter guna memantau kondisi kesehatan secara menyeluruh.

Apa yang Dimaksud dengan Asam Urat?

Ketahui Apa Saja yang Menyebabkan Mengantuk Setelah Makan dan Tips Mencegahnya? (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)
Penyakit asam urat dipicu oleh gangguan metabolisme, konsumsi obat tertentu, obesitas, riwayat keluarga, alkohol, minuman kaya fruktosa, kelaparan, hingga kondisi medis seperti ginjal dan kanker. (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)

Asam urat, atau secara medis dikenal dengan istilah gout, adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh penumpukan kristal monosodium urat dalam tubuh. Alvin, menjelaskan, penumpukan ini terjadi akibat kadar asam urat dalam darah yang terlalu tinggi, sehingga membentuk kristal tajam yang memicu peradangan pada area persendian.

Sendi mana pun pada tubuh bisa terdampak asam urat, tapi area yang paling sering mengalami gejala ini adalah sendi jari tangan, jari kaki, lutut, dan pergelangan kaki. Peradangan yang terjadi biasanya ditandai dengan nyeri hebat, pembengkakan, kemerahan, dan rasa panas di sekitar sendi yang terkena.

Penyebab utama asam urat seringkali terkait dengan pola makan sehari-hari, terutama konsumsi makanan tinggi purin seperti jeroan dan seafood. Purin merupakan senyawa alami yang, setelah diproses oleh tubuh, menghasilkan asam urat sebagai produk sampingan. Dalam kondisi normal, asam urat ini akan disaring oleh ginjal dan dikeluarkan melalui urine.

Namun, jika tubuh memproduksi asam urat secara berlebihan atau ginjal tidak mampu mengeluarkannya dengan efektif, kadar asam urat dalam darah meningkat, yang dikenal sebagai hiperurisemia. Kondisi ini menjadi pemicu utama terbentuknya kristal asam urat di persendian dan jaringan lain, yang kemudian menyebabkan rasa nyeri dan peradangan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya