Ancaman Malaria di Ibu Kota Nusantara, Ini Solusi Mitigasi dari Para Ahli

Kajian ahli ungkap solusi mitigasi malaria di IKN, mulai dari Gugus Tugas Bebas Malaria hingga teknologi satelit & AI. Pendekatan kolaboratif diutamakan demi capai target Indonesia bebas malaria 2030.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 11 Des 2024, 11:00 WIB
Diterbitkan 11 Des 2024, 11:00 WIB
Istana Kepresidenan di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara
Ahli tawarkan solusi mitigasi malaria di IKN, seperti pengawasan teknologi AI, Gugus Tugas Bebas Malaria, dan kolaborasi lintas sektor untuk dukung target Indonesia bebas malaria pada 2030. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur membawa tantangan baru dalam pengendalian penyakit menular yang ditularkan melalui vektor seperti malaria, demam berdarah, zika, chikungunya, dan Japanese Encephalitis. Kajian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications menyoroti pentingnya mitigasi risiko penyakit ini.

Penelitian berjudul 'Mitigating risks of malaria and other vector-borne diseases in the new capital city of Indonesia' dipimpin oleh Associate Professor dari Monash University, Indonesia, Dr. Henry Surendra, bersama tim ahli dari berbagai institusi internasional dan nasional.

Manajer Program Malaria Nasional, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Dr. Helen Prameswari menjelaskan bahwa meski penularan malaria di IKN telah berhasil dikendalikan, risiko tetap ada, terutama bagi kelompok pekerja konstruksi, buruh migran, dan pekerja kehutanan.

"Kementerian Kesehatan bersama Otorita IKN dan pemerintah daerah telah membentuk Gugus Tugas Bebas Malaria pada Mei lalu. Kerjasama lintas ilmu dan lintas sektor, mulai dari pusat hingga daerah, menjadi kunci utama untuk mengeliminasi risiko kasus malaria," katanya dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Rabu, 11 Desember 2024.

 

Pengawasan Berbasis Teknologi dalam Melawan Malaria

Penelitian ini merekomendasikan penguatan pengawasan berbasis teknologi seperti data satelit dan kecerdasan buatan (AI) untuk memantau perubahan lingkungan, perilaku vektor, dan mobilitas manusia secara real-time.

"Dengan skala pembangunan IKN dan dampaknya terhadap Kalimantan Timur, pendekatan multidisiplin sangat penting untuk memastikan tantangan kesehatan, ekologi, dan sosial ditangani secara komprehensif," kata Henry Surendra.

Salah satu peneliti senior, Dr. Iqbal Elyazar, menambahkan,"Eliminasi malaria adalah prioritas utama. Kami mendorong kebijakan berbasis riset untuk mencapai target Indonesia bebas malaria pada 2030. Pendekatan adaptif dan kolaboratif menjadi kebutuhan mendesak dalam mitigasi ini."

Vice President of Research Monash University, Indonesia, Alex Lechner, menyoroti tantangan akibat urbanisasi cepat dan perubahan iklim. "Kami berkomitmen mengintegrasikan desain tata kota dengan pertimbangan ekologi dan kesehatan untuk menciptakan masyarakat yang tangguh dan berkelanjutan," tambahnya.

Langkah-langkah inovatif yang telah dilakukan di IKN menawarkan potensi model pembangunan kota yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga tanggap terhadap risiko kesehatan masyarakat. Penelitian ini menjadi tonggak penting dalam menciptakan pembangunan perkotaan yang sehat dan berkelanjutan di Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya