Liputan6.com, Jakarta - Tanggal 10 Januari diperingati sebagai Hari Gerakan Satu Juta Pohon. Ini adalah momen mengingat kembali pentingnya melestarikan alam.
Alam sendiri terdiri dari biotik dan abiotik, atau lebih dikenal dengan unsur hidup dan tidak hidup. Manusia juga termasuk dalam alam, sehingga mempunyai kesetaraan dengan jenis alam lainnya seperti tanah, air, hewan dan tumbuhan.
Baca Juga
Oleh karena itu, relasi antara manusia dengan unsur alam lain sepatutnya bersifat sinergi, bukan eksploitasi sebagaimana terjadi selama ini.
Advertisement
“Kita selaku manusia tidak boleh menganggap lebih tinggi dan mempunyai hak atas jenis alam yang lain. Sebab pemikiran ini akan membawa kita untuk melakukan pemerasan sebanyak-banyaknya,” tulis Dosen Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus-Sunnah Ciputat, M. Syarofuddin Firdaus di laman NU Online, dikutip Jumat (10/1/2025).
Syarofuddin menambahkan, nafsu manusia tidak akan ada ujungnya, sedangkan alam atau bumi yang dihuni akan habis bila tidak dilestarikan.
“Pandangan seperti ini perlu terus digaungkan bersama demi melahirkan kesadaran dan perubahan cara pandang terhadap jenis alam yang lain. Dengan begitu tidak akan ada lagi pihak-pihak yang memanfaatkan jenis-jenis alam tersebut demi keuntungan sendiri.”
Di dalam Al-Quran, manusia disebut sebagai 'khalifah' sebagaimana ayat yang berbunyi:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً
Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi...” (QS. al-Baqarah: 30).
Manusia Sepatutnya Memakmurkan Bumi
Ibnu Katsir di dalam kitab tafsirnya mengutip pendapat Muhammad bin Ishaq mengatakan bahwa khalifah itu bermakna memakmurkan dan menentramkan bumi. Dan tugas ini tidak dibebankan kepada malaikat meskipun mereka sudah istiqamah menjalankan perintah Allah.
Dengan anugerah bernama akal ini, maka Allah memberikan mandat kepada manusia untuk merawat alam semesta.
“Akal mempunyai kemampuan untuk mempertimbangkan kemaslahatan bersama. Bukan antar sesama manusia saja, melainkan juga dengan makhluk lainnya yang ada di atas muka bumi ini,” jelas Syarofuddin.
Advertisement
Manusia Dilarang Rusak Bumi
Ada pula ayat lain yang dengan tegas melarang manusia untuk membuat kerusakan di muka bumi. Ayat tersebut berbunyi:
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا
Artinya: “Janganlah kalian berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik,” (QS. al-A'raf 56).
“Coba perhatikan lawan bicara pada ayat ini, yaitu 'kalian', artinya kita manusia. Bahkan Allah tidak menggunakan kata 'kamu' yang hanya bermakna satu saja, tapi kata 'kalian' selaku lawan bicara yang bermakna banyak,” jelas Syarofuddin.
“Maka dari itu, agar bumi ini menjadi sehat kembali, menjadi sangat layak untuk dihuni bagi kita dan keturunan kita, marilah kita bertekad untuk merawat dan melestarikannya,” ajaknya.
Tanam Pohon Demi Kehidupan yang Sehat
Syarofuddin menilai, jargon “buanglah sampah pada tempatnya” saja tidak cukup untuk meminimalisasi bencana banjir dan bencana lainnya akibat kerusakan alam.
Perlu adanya tindakan dan kesadaran dalam menanam dan menjaga pohon. Menanam dan menjaga pepohonan serta tumbuhan yang ada di sekitar menjadi langkah awal yang dapat dilakukan.
“Tentu saja kita harus mendengar dari para ahli terkait jenis pohon ini. Sebab tidak semua pohon mempunyai fungsi yang sama.”
“Namun terlepas dari semua itu, dalam rangka memperingati Hari Gerakan Satu Juta Pohon ini marilah kita merefleksikan atas apa yang sudah terjadi pada alam kita selama ini, dan mulai menanam pohon demi kehidupan yang lebih sehat,” pungkasnya.
Advertisement