Liputan6.com, Jakarta - Sebagian orang kerap mengalami lutut berbunyi ketika digerakkan. Menurut dokter spesialis ortopedi dan traumatologi konsultan panggul dan lutut (RS EMC Alam Sutera) Moch Nagieb, hal ini tak terjadi tanpa alasan.
“Jadi, lutut bunyi itu penyebabnya karena beradu antara tulang femur (tulang paha) dan tulang tibia (tulang kering), atau tulang tempurung dengan tulang femur. Jadi ada pergesekan antara kedua tulang,” jelas Nagieb dalam Healthy Monday bertajuk Inovasi Terkini Robotik: Semakin Akurat Mengatasi Masalah Lutut bersama Liputan6.com, Senin (20/1/2025).
Advertisement
Dia menambahkan, tulang rawan jika beradu dengan tulang rawan lainnya seharusnya tidak menimbulkan bunyi. Adanya bunyi bisa disebabkan oleh osteoarthritis atau pengapuran. Nagieb mengumpamakan, tulang rawan yang telah mengalami pengapuran kondisinya seperti bagian dalam kelapa muda yang sudah dikeruk daging kelapanya. Sehingga, jika terkena benda lain maka akan bergesekan secara langsung dan menimbulkan suara.
Advertisement
“Biasanya pasien kalau bunyi saja tidak akan aware (sadar), jadi dianggap normal, dia tidak akan datang ke dokter, tapi begitu ada nyeri, maka pasien itu akan segera mencari dokter,” ujar Nagieb.
Saat ini, sambungnya, kasus osteoarthritis memang sangat banyak di poli ortopedi. Hampir 50 persen pasien datang dengan keluhan nyeri lutut.
Tidak Semua Pasien Sakit Lutut Perlu Operasi
Meski begitu, sambung Nagieb, tidak semua pasien dengan keluhan nyeri lutut perlu operasi.
“Tidak (semua perlu operasi), jadi pada saat pasien datang ke poli ortopedi, maka yang pertama kali dilakukan oleh dokter adalah menganamnesa, bertukar pikiran dengan pasien.”
Beberapa pertanyaan yang perlu disampaikan pada pasien meliputi:
- Keluhannya sudah terjadi berapa lama?
- Pada saat apa timbul rasa nyerinya?
- Nyerinya akan hilang dengan apa, apakah hanya dengan istirahat, dikompres atau diapakan?
- Apakah mengganggu aktivitas harian?
“Itu semua dilakukan dalam wawancara, setelah itu dokter akan melakukan pemeriksaan klinis dengan memberikan tekanan baik aktif maupun pasif.”
Dari pemeriksaan ini dapat diketahui apakah ada rasa sakit atau pergerakan yang terbatas atau tidak.
“Untuk menentukan pasien osteoarthritis atau tidak maka dokter akan melakukan X-ray, dari X-ray dapat diketahui pengapuran pasien sudah grade berapa,” papar Nagieb.
Advertisement
Empat Tingkat Osteoarthritis
Nagieb pun menjelaskan, osteoarthritis terbagi dalam empat tingkat atau grade. Yakni grade satu, dua, tiga, dan empat.
“Kalau stadium satu tidak perlu obat, tidak perlu dilakukan treatment apa-apa, hanya edukasi ke pasiennya. Yang penting do and don’t-nya apa.”
Jika pasien memasuki stadium dua maka intervensinya adalah pemberian painkiller (peredam nyeri), vitamin, nutrisi untuk tulang rawannya.
“Stadium tiga, dokter biasanya akan memberikan injeksi, suntikan vitamin atau suplemen cairan sendi yang dimasukkan ke dalam lutut.”
Pada stadium empat, barulah dilakukan tindakan operasi.
Operasi pada Masalah Lutut Grade 4
Senada dengan Nagieb, dokter spesialis ortopedi dan traumatologi RS EMC Alam Sutera, Albert Gandakusuma mengatakan bahwa osteoarthritis grade 4 adalah kondisi parah pada lutut.
“Grade (tingkat) empat itu artinya tulang rawannya sudah habis, sudah bone to bone, tulangnya sudah menempel sama sekali. Nah kalau begitu kita sudah tidak bisa memperbaiki. Seperti mobil, bannya sudah habis, kita enggak bisa apa-apakan lagi, kita bisa ganti dengan ban yang baru,” jelas Albert dalam keterangan yang sama.
Bagian lutut yang bermasalah dapat diganti dengan implan untuk membuat sendi baru.
“Jadi bukan tulangnya yang diganti, banyak orang berpikir itu lututnya diganti semuanya, bukan, bukan tulang, enggak semuanya diganti. Sudah tidak perlu mengganti tempurungnya, yang diganti adalah sendinya. Semakin sedikit sendi yang diganti, semakin nyaman lututnya seperti aslinya,” terang Albert.
Prosedur penggantian sendi kini tak melulu menggunakan cara konvensional, tapi bisa dengan bantuan robot alias robotic surgical assistant.
Robot dalam prosedur penggantian sendi lutut berperan sebagai alat navigasi. Alat ini tidak sepenuhnya menggantikan peran dokter, tapi dapat membantu dokter melakukan pekerjaannya dengan lebih efektif.
Sebelum pemotongan tulang, robot akan memberi saran misalnya pemotongannya sebaiknya sebanyak 9mm atau 10mm.
“Tapi semua itu kita (dokter) yang menentukan, di sini pengalaman penting, kalau tidak punya pengalaman, tidak punya basis yang baik tentu saja akan ikut terus apa yang dia (robot) bilang,” pungkasnya.
Advertisement