Liputan6.com, Jakarta - Ibu hamil dan balita termasuk dalam sasaran penerima manfaat program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Hal ini diresmikan lewat penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/BKKBN, Wihaji, dengan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana.
Baca Juga
Kolaborasi ini dibangun dalam rangka percepatan penurunan stunting dan pemenuhan gizi nasional sebagai bentuk realisasi intervensi berbasis pentahelix.
Advertisement
Kedua instansi sepakat untuk melakukan kolaborasi intervensi terhadap Keluarga Risiko Stunting (KRS) yang memiliki ibu hamil (bumil), ibu menyusui dan balita. Dengan konsentrasi pada pemenuhan gizi mereka.
Dalam kerja sama ini, Wihaji mengatakan, kementeriannya berperan dalam penyediaan data. Khususnya data bumil, ibu menyusui dan balita penerima manfaat program MBG. Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang dimiliki Kemendukbangga/BKKBN juga terlibat dalam pendistribusian makanan bergizi yang diolah di dapur sehat SPPG Tanah Sareal, untuk wilayah Kota Bogor, kepada sasaran penerima.
"Tim Pendamping Keluarga nanti mendukung BGN untuk pendistribusian. Juga pendataan ibu hamil, ibu menyusui dan balita. Termasuk dukungan untuk edukasinya," kata Wihaji usai penandatanganan MoU di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (20/1/2025). Â
Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan sebagai upaya meningkatkan komitmen para pihak akan pentingnya pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pemenuhan gizi dalam upaya percepatan penurunan stunting.
Kolaborasi ini juga dibuat dengan tujuan mengoptimalkan dukungan para pihak terhadap program prioritas nasional pemberian makan bergizi gratis melalui peningkatan asupan gizi. Termasuk pengetahuan gizi kelompok sasaran didasarkan asas saling membantu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sementara, lingkup kerja sama ini meliputi:
- Kolaborasi dalam pendayagunaan SDM pada tingkat lapangan guna mempercepat pemenuhan kebutuhan gizi nasional.
- Pertukaran, pemanfaatan data dan/atau informasi program pemenuhan gizi dan percepatan penurunan stunting.
- Pelaksanaan monitoring dan evaluasi.
Pelaksanaan kolaborasi terkait MBG ini akan diatur lebih lanjut dalam sebuah Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang mengatur rincian pekerjaan, mekanisme pekerjaan, hak dan kewajiban dua instansi tersebut. Adapun jangka waktu kemitraan ini berlaku lima tahun sejak 20 Januari 2025.
Pastikan MBG Tepat Sasaran dan Tidak Mubazir
Dalam kesempatan yang sama, Dadan Hindayana mengatakan bahwa kolaborasi yang dibangun bersama Kemendukbangga/BKKBN semata agar pelaksanaan MBG yang dilakukan BGN tepat sasaran, efektif dan tidak mubazir.
"Kami bekerja sama dalam hal pendataan, kemudian penyaluran, dan juga pembimbingan. Termasuk pengawasan agar kegiatan ini bisa dikerjakan bersama-sama sehingga lebih ringan," terang Dadan.
Diketahui, Kemendukbangga/BKKBN memiliki Tim Pendamping Keluarga yang sejak 2021 bertugas melakukan pendampingan terhadap KRS. Jumlahnya mencapai 200.000 tim, beranggotakan 600.000 anggota. Tersebar di seluruh Indonesia. Satu tim terdiri atas bidan, kader PKK dan kader KB.
Advertisement
Data Keluarga Indonesia 2024
Berdasarkan Basis Data Keluarga Kemendukbangga/BKKBN, yakni Pendataan Keluarga 2024 (PK-24), saat ini terdapat 42.990.996 keluarga sasaran percepatan penurunan stunting.
Keluarga sasaran ini termasuk keluarga dengan Pasangan Usia Subur (PUS), ibu hamil, ibu menyusui, atau memiliki balita. Jumlah keluarga sasaran adalah 86,1 persen dari total 75.653.359 keluarga yang terdata.
Juga teridentifikasi 8.682.170 KRS di mana 1.488.046 KRS terklasifikasi miskin. Data juga menunjukkan ada 3.760.390 KRS tidak memiliki jamban layak.
Sedangkan, 1.933.048 KRS tidak memiliki air minum utama yang layak. Ada pula 4.366.443 KRS dengan PUS 4Terlalu (terlalu muda hamil, terlalu tua hamil, terlalu dekat jarak kehamilan, terlalu banyak anak) tidak menggunakan KB modern.
"Mereka juga mendapat intervensi kami dan instansi terkait," ujar Wihaji.
Tinjau Proses Masak di SPPG Bogor
Untuk mendapat gambaran yang jelas terkait kegiatan memasak di dapur sehat SPPG, Wihaji berkesempatan meninjau proses memasak di SPPG Tanah Sareal, Bogor.
Tidak sembarang orang bisa memasuki lokasi memasak tersebut. Ketika masuk, siapapun diharuskan memakai tutup kepala karena termasuk ruangan higienis.
Wihaji dan Dadan juga meninjau langsung pendistribusian makanan bergizi di Posyandu Kenari di Kedung Badak, Tanah Sareal. Di akhir kunjungan dinas sehari di Kota Bogor, Wihaji menemui para Penyuluh KB Kota Bogor untuk berdiskusi tentang program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, Keluarga Berencana (Bangga Kencana).
Maya (28) adalah salah satu ibu menyusui penerima manfaat. Saat ditemui di sela kegiatan, ia mengatakan sangat terbantu dengan adanya program MBG.
"Saya sangat terima kasih karena saya dan anak saya yang masih balita mendapat asupan makanan bergizi dari pemerintah setiap hari. Menunya lumayan enak," ujar Maya.
Advertisement