Jarang Minum Air Putih? Awas Risiko Batu Ginjal Makin Tinggi

Batu ginjal dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk dehidrasi dan kurang gerak.

oleh Benedikta Desideria Diperbarui 26 Feb 2025, 19:11 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2025, 19:10 WIB
ciri-ciri batu ginjal hancur
penyebab batu ginjal ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Batu ginjal adalah suatu kondisi ketika  zat-zat sisa dalam darah mengkristal dan menumpuk di ginjal, membentuk batu yang dapat menyumbat saluran ginjal. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan pembentukan batu ginjal, salah satu penyebab utama batu ginjal adalah dehidrasi alias kurang cairan atau tidak minum.

Kurangnya asupan air putih membuat urine menjadi lebih pekat, sehingga zat-zat sisa dalam urine lebih mudah mengkristal.

"Dehidrasi itu faktor utama. Ketika terjadi kepekatan urine di dalam ginjal itu meningkatkan risiko batu ginjal," dokter spesialis urologi Prof. DR. dr. Nur Rasyid, SpU(K) dari RS Siloam ASRI Jakarta.

Orang yang berisiko kena batu ginjal bukan hanya yang bekerja di luar ruangan. Mereka yang bekerja dalam ruangan ber-AC pun juga bisa dehidrasi. 

 Maka dari itu, ia mengingatkan untuk minum air yang cukup sehingga air kencing bisa mencapai 2,5 liter. Nur Rasyid pun mengatakan bahwa tidak benar bila minum banyak memperberat fungsi ginjal. Pada orang dengan ginjal yang sehat minum banyak tidak membuat ginjal kesulitan.

"Efek sampingnya hanya akan kerap buang air kecil saja," kata Nur Rasyid dalam peluncuran Urinary Stone Center RS Siloam ASRI pada Rabu, 26 Februari 2025.

Kurang Gerak

Selain kurang minum, orang yang kurang bergerak juga memiliki risiko mengalami batu ginjal. Maka dari itu, para dokter urolog pun mengajak masyarakat untuk aktif bergerak dan berolahraga untuk mengurangi risiko kena batu ginjal.

"Saat bergerak, kalau ada batu kan ikut keluar ya," kata dokter spesialis urologi Prof. dr. Ponco Birowo SpU(K) PhD yang juga praktik di RS Siloam ASRI di kesempatan yang sama. 

 

Faktor Lain yang Meningkatkan Risiko Batu Ginjal

Selain itu, asupan garam yang tinggi juga menjadi faktor risiko. Makanan yang tinggi garam dapat meningkatkan kadar kalsium dalam urine, yang berkontribusi pada pembentukan batu ginjal.

Lalu, konsumsi protein hewani yang berlebihan juga dapat meningkatkan risiko batu ginjal. Protein hewani mengandung purin. 

Namun, Nur Rasyid mengatakan agar tidak terlalu takut mengonsumsi makanan asalkan kebutuhan minum tercukupo.

"Makanan enggak perlu ditakuti asal minum cukup," kata Nur Rasyid.

 

Gejala Batu Ginjal

Ponco mengungkapkan bahwa kebanyakan orang yang memiliki batu ginjal memiliki keluhan ada nyeri pinggang. Namun, ia juga menekankan bahwa tidak semua nyeri pinggang karena batu ginjal. Maka dari itu diperlukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui penyebab muncul nyeri pinggang.

Selain itu, bisa juga terasa nyeri ketika buang air kecil, sakit perut yang tidak kunjung hilang. Terdapat darah di dalam urine, demam atau meriang.

"Namun, banyak juga yang tanpa gejala. Biasanya ditemukan pada saat pemeriksaan MCU atau saat seseorang alami sakit pada perut lalu dilakukan pemeriksaan USG," lanjut Ponco.

 

Pengobatan Batu Ginjal

Jika memang ditemukan batu dalam ginjal, maka tidak semua harus dilakukan tindakan operasi. Pengobatan batu ginjal dilakukan berdasarkan ukuran, lokasi, kekerasan, dan karakteristik batu

"Pada beberapa kasus ada yang pengobatannya hanya dengan banyak minum atau mengonsumsi obat tertentu,"  kata Ponco.

Lalu, pada kasus yang butuh tindakan advanced bisa dilakukan beberapa tindakan non-invasif dan minimal invasif untuk semua jenis batu saluran kemih yang bisa dilakukan di Urinary Stone Center RS Siloam ASRI antara lain:

· Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)

Prosedur non-invasif untuk menghancurkan batu ginjal, ureter, atau kandung kemih dengan gelombang kejut. Pecahan batu yang dihasilkan dikeluarkan secara alami melalui urine. Metode ini digunakan untuk batu berukuran 1-2 cm yang tidak terlalu keras.

· Ureterorenoscopy (URS)

Prosedur tanpa sayatan untuk mengatasi batu di ureter yang tidak cocok dihancurkan dengan ESWL. Dengan ureteroscope yang dimasukkan melalui uretra, prosedur ini menggunakan Thulium Fiber Laser (TFL) untuk menghancurkan batu secara efektif dengan risiko komplikasi lebih rendah.

 · Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS)

Prosedur tanpa sayatan untuk menghancurkan batu ginjal kecil hingga sedang (1-2 cm) yang keras dan sulit dijangkau. Dengan ureteroscope yang dimasukkan melalui saluran kemih, Thulium Fiber Laser (TFL) digunakan untuk menghancurkan batu. Teknologi continuous flow & suction membantu mengurangi risiko infeksi dan langsung mengeluarkan pecahan batu, mempercepat pemulihan.

 · Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) & Mini-PCNL

Prosedur minimal invasif untuk batu ginjal besar (>2 cm) dan sangat keras. Dengan sayatan kecil di pinggang (0,8-1 cm), nephroscope digunakan untuk memecah dan mengangkat batu, menjadikannya metode yang sangat efektif untuk kasus batu ginjal yang lebih kompleks.

 Sebagai alternatif dengan risiko lebih rendah dan pada kasus batu ginjal pada anak / balita, tersedia juga Mini-Percutaneous Nephrolithotomy (Mini-PCNL), dengan alat lebih kecil (0,5-0,7 cm), menjadi alternatif dengan risiko lebih rendah, terutama untuk anak-anak, karena mengurangi perdarahan dan mempercepat penyembuhan.

· Cystoscopy Lithotripsy

Prosedur minimal invasif untuk menghancurkan batu kandung kemih tanpa sayatan. Cystoscope/urethroscope dimasukkan melalui saluran kemih untuk menghancurkan batu secara langsung. Proses ini cepat, mempercepat pemulihan, dan dapat dikombinasikan dengan laser untuk hasil lebih efektif.

· Urethroscopy Lithotripsy

Prosedur minimal invasif untuk menghancurkan batu uretra tanpa sayatan. Cystoscope/urethroscope dimasukkan melalui saluran kemih untuk menghancurkan batu secara langsung. Prosedur ini cepat, mempercepat pemulihan, dan dapat dikombinasikan dengan laser untuk hasil lebih optimal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya