Liputan6.com, Jakarta Sebagian orang memilih berbuka atau sahur dengan mi instan. Selain rasanya lezat, mi instan juga dinilai praktis untuk dihidangkan.
Namun, apakah menyantap mi instan saat buka atau sahur baik untuk kesehatan?
Baca Juga
Hal ini mendapat tanggapan dari dokter spesialis gizi klinik RS EMC Tangerang, Kristina Joy Herlambang. Menurutnya, mi instan dibuat dengan tepung yang melalui banyak proses pembuatan (highly processed) dan hanya mengandung karbohidrat.
Advertisement
“Mi instan enggak bagusnya karena tepungnya udah pasti yang highly processed jadi tepungnya itu bukan tepung yang kandungan nutrisinya bagus-bagus banget. Terus, mi instan itu kan benar-benar cuman karbo, bahan makanan sumber karbohidrat, artinya proteinnya rendah,” jelas Joy kepada Health Liputan6.com di Jakarta Pusat, Senin, 24 Februari 2025).
Sedangkan, lanjut Joy, pada saat sahur untuk puasa seharian, tubuh membutuhkan protein dan serat agar bisa tahan lapar lebih lama.
“Jadi, bisa aja, misalnya bikin mi instan tapi dikasih sayurannya lebih banyak, dikasih telur, dikasih irisan ayam atau ikan, terus bumbunya dikurangin karena bumbunya itu natriumnya tinggi banget dan jangan keseringan,” jelas Joy.
Konsumsi mi instan perlu dibatasi karena sehari-hari kebanyakan orang telah mengonsumsi makanan lain yang kurang sehat.
Frekuensi Makan Mi Instan
Lantas, bagaimana frekuensi makan mi instan yang aman?
“Orang itu suka nanyanya makan berapa kali (dalam sebulan). Sebetulnya lebih ke frekuensi sama perbandingannya. Kalau kita sehari-hari makannya donat, bolu, martabak, mau mi instannya cuman sekali sebulan, tetap saja makanan-makanan yang lainnya kan enggak sehat.”
“Jadi lebih harus frekuensi dan volume lebih banyak makanan yang sehatnya,” jelas Joy.
Joy tak memungkiri, dulu dirinya mengonsumsi mi instan seminggu sekali.
“Tapi karena sekarang melihat komposisinya kok serem banget ya dikurangin jadi sekali sebulan, tapi sekali sebulan itu kan saya masih makan yang lain-lain, pizza, fast food, ayam goreng, itu kan juga enggak sehat,” terang Joy.
Dengan kata lain, mi instan masuk ke dalam golongan makanan yang tidak sehat yang jika ditotalkan dengan makanan tak sehat lain batas konsumsinya 30 persen. Sementara, 70 persennya harus konsumsi makanan sehat.
Advertisement
Puasa Bikin Gula Darah Jadi Normal
Sebelumnya, Joy menerangkan bahwa puasa Ramadhan dikenal memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan.
Bahkan, beredar anggapan bahwa puasa dapat membuat kadar gula darah dalam tubuh menjadi normal. Menurutnya, anggapan ini secara singkat dapat disebut fakta tapi dengan banyak catatan.
“Singkatnya fakta, tapi dengan banyak catatan. Tergantung kondisi pasiennya seperti apa, kontrol gula darahnya seperti apa, dan puasanya seperti apa,” kata Joy dalam Healthy Monday bersama Liputan6.com, di Jakarta, Senin (24/2/2025).
Tak Berlaku bagi Orang yang Makan Sembarangan
Hal ini tentu tidak berlaku bagi orang yang puasa tapi saat berbuka banyak mengonsumsi karbohidrat sederhana.
“Konsumsi minuman manis yang kandungan gulanya tinggi, makanan banyak tepung mengandung gula, rendah serat, tidak ada nutrisi vitamin dan mineralnya, proteinnya kurang, ya itu enggak menjadi puasa yang bermanfaat, malah bisa jadi memberatkan kondisi pasiennya,” jelas Joy.
Sebaliknya, jika puasa disertai dengan konsumsi makanan yang sehat secara bijak, maka ini akan bermanfaat baik termasuk menormalkan kadar gula darah.
“Kalau kita puasanya yang benar, dengan konsumsi bahan makanan yang tinggi serat, tinggi protein, bahan makanannya segar, mengandung nutrisi tinggi, banyak vitamin dan mineralnya juga, tentu saja itu bermanfaat dan justru gula darahnya akan jadi lebih baik,” ucapnya.
Advertisement
