Ahli bedah sepertinya akan diuntungkan jika memiliki pisau ini. Karena di inggris, ada pisau bedah yang bisa mendeteksi kanker dengan cara menganalisis asap ketika jaringan dipotong.
Selain itu, seperti tertulis di Nydailynews, Sabtu (20/7/2013) pisau ini juga bisa mendiagnosis kanker secara otomatis karena asap tersebut akan memberikan sinyal apakah orang tersebut kanker atau sehat.
Dr Zoltan Takats dari Imperial College London menduga asap yang dihasilkan pisau ini selama operasi kanker mungkin memiliki petunjuk penting. Jadi ia merancang pisau ini ke perangkat spektrometri dan lemari es untuk menganalisa asap saat melakukan prosedur pembedahan.
Setelah dirancang sedemikian rupa, pisau tersebut kini mengeluarkan informasi pada monitor.
"Ada warna yang manandakan kondisi seseorang. Hijau berarti jaringannya sehat, merah berarti kanker dan kuning berarti tidak dapat teridentifikasi," jelas Zoltan.
Tapi untuk mengetahui secara pasti, ahli bedah tetap mengirimkan sampel ke laboratorium. Dan pasien harus menunggu sekitar 30 menit untuk mengetahui jawabannya.
Adanya pisau ini juga ditanggapi positif oleh ahli bedah dan dosen di Imperial College London Dr James Kinros. Menurutnya, pisau ini bisa menghemat waktu dokter dalam menganalisis jaringan sbeelum mengirimkan hasilnya ke laboratorium.
Hal serupa diungkapkan Dr Emma King selaku ahli bedah kanker leher di Cancer Research Inggris. Emma beranggapan bahwa pisau ini sangat efektif.
Pisau ini sebelumnya sudah diujicobakan dan sudah berhasil menganalisis tumor lebih dari 91 pasien. Hasil ujicoba ini juga diterbitkan pada jurnal Science Translational Medicine.
(Fit/Igw)
Selain itu, seperti tertulis di Nydailynews, Sabtu (20/7/2013) pisau ini juga bisa mendiagnosis kanker secara otomatis karena asap tersebut akan memberikan sinyal apakah orang tersebut kanker atau sehat.
Dr Zoltan Takats dari Imperial College London menduga asap yang dihasilkan pisau ini selama operasi kanker mungkin memiliki petunjuk penting. Jadi ia merancang pisau ini ke perangkat spektrometri dan lemari es untuk menganalisa asap saat melakukan prosedur pembedahan.
Setelah dirancang sedemikian rupa, pisau tersebut kini mengeluarkan informasi pada monitor.
"Ada warna yang manandakan kondisi seseorang. Hijau berarti jaringannya sehat, merah berarti kanker dan kuning berarti tidak dapat teridentifikasi," jelas Zoltan.
Tapi untuk mengetahui secara pasti, ahli bedah tetap mengirimkan sampel ke laboratorium. Dan pasien harus menunggu sekitar 30 menit untuk mengetahui jawabannya.
Adanya pisau ini juga ditanggapi positif oleh ahli bedah dan dosen di Imperial College London Dr James Kinros. Menurutnya, pisau ini bisa menghemat waktu dokter dalam menganalisis jaringan sbeelum mengirimkan hasilnya ke laboratorium.
Hal serupa diungkapkan Dr Emma King selaku ahli bedah kanker leher di Cancer Research Inggris. Emma beranggapan bahwa pisau ini sangat efektif.
Pisau ini sebelumnya sudah diujicobakan dan sudah berhasil menganalisis tumor lebih dari 91 pasien. Hasil ujicoba ini juga diterbitkan pada jurnal Science Translational Medicine.
(Fit/Igw)