Rasa nyeri yang sering dialami kaum wanita sebelum, selama, dan sesudah berhubungan seksual bisa macam-macam penyebabnya. Mulai dari dispareunia, pemotongan alat kelamin, atau juga menopause.
Dr Chinedu Nkwocha, seorang konsultan kebidanan dan kandungan, University College Hospital (UCH), Ibadan, Oyo State, menjelaskan, rasa nyeri tersebut ternyata dialami jutaan wanita, baik sebelum, selama, dan setelah berhubungan seksual. Wanita yang menderitanya memilih diam karena malu membicarakannya atau mencari bantuan medis untuk mengobati penyebab rasa sakitnya.
Salah satu penyebab nyeri adalah dispareunia yang memiliki dua jenis. Yakni dispareunia dangkal (superficial dyspareunia) dan dispareunia dalam (deep dyspareunia).
Dispareunia dapat mulai tiba-tiba atau berkembang secara bertahap. Nyeri bisa terjadi setiap kali bercinta atau hanya kadang-kadang.
Bagi beberapa wanita, dengan hanya berpikir tentang hubungan seksual bisa memulai siklus sesak, nyeri, dan menghindari seks.
Dispareunia Superficial sebenarnya bisa karena ketakutan, kecemasan, depresi, rasa bersalah, riwayat pelecehan seksual, masalah hubungan, dan faktor psikologis lain di sekitar seks.
"Ketika seorang wanita tak cukup siap dengan seks karena tak ada foreplay yang memadai untuk memastikan dia basah, yang bisa menyebabkan rasa sakit pada pembukaan vagina," kata Dr Chinedu Nkwocha, seorang konsultan kebidanan dan kandungan, University College Hospital (UCH), Ibadan, Oyo State, seperti dikutip TribuneNigeria, Kamis (15/8/2013).
Berbeda dengan dispareunia dalam. Menurut Dr Nkwocha, rasa nyerinya ada di dalam vagina selama seks. Ini bisa berasal dari kondisi medis lain seperti endometriosis, infeksi jamur dan penyakit radang panggul.
Ahli menambahkan bahwa wanita yang baru saja melahirkan juga bisa mengalami seks menyakitkan, dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyembuhkan.
Dr Nkwocha menyatakan bahwa hanya sedikit perempuan yang berpendidikan yang mau berbicara tentang kehidupan seksualnya. Apalagi seks yang menyakitkan pada wanita bisa menyebabkan perselisihan perkawinan dan ketidakharmonisan, kemudian mengakibatkan perceraian jika dibiarkan tidak terselesaikan.
Selain dispareunia, ada penyebab lain seks jadi nyeri yakni menopuase. Wanita menopuse sering merasakan sakit selama seks karena tingkat estrogennya lebih rendah. Rasa sakit bisa berkisar ringan hingga menyiksa. Penderitanya ada yang menggambarkan seperti terbakar, menyengat, ditusuk-tusuk, atau yang lebih ekstrem. Rendahnya hormon menyebabkan jaringan vagina dan kelamin semakin tipis.
Penyebab lain nyeri saat senggama termasuk pemotongan alat kelamin perempuan (FGM), penyakit kulit di daerah kelamin, seperti eksim dan psoriasis, kondisi seperti kandung kemih prolaps, dan infeksi saluran kemih, vagina, atau organ reproduksi; pengobatan kanker tertentu; cedera pada daerah panggul dari melahirkan, kerusakan pada saraf pudenda, yang memasok daerah vagina, keluhan muskuloskeletal, seperti arthritis atau hip ketat atau otot panggul, dan beberapa jenis disfungsi seksual laki-laki (hubungan berkepanjangan dapat meningkatkan gesekan vagina dan nyeri) .
Pria Harus Sabar
Dr Nkwocha mengatakan, sejak seks menyakitkan menjadi masalah medis, perempuan harus menemui dokter, sebaiknya dokter kandungan untuk menangani situasi.
Dia menekankan, pria memiliki peran dalam membantu perempuan yang mengalami seks menyakitkan untuk mengatasi masalah tersebut.
"Pria perlu bersabar karena masalahnya bukan dibuat wanita atau dia berpura-pura. Ini adalah kondisi yang dapat diobati dan pria hanya perlu untuk mendorong mereka untuk mencari bantuan medis," imbuh Dr Nkwocha.
Dr Nkwocha menjelaskan, sayangnya seks menyakitkan berkontribusi dengan masalah infertilitas di Nigeria.
"Misalnya, saya punya pasien yang datang untuk pengobatan infertilitas. Ketika ia ditanya tentang seks, dia mengatakan bahwa dia takut berhubungan seks karena sakit. Ia kemudian menemukan bahwa ia telah menjalani mutilasi alat kelamin perempuan. Ternyata bahwa mutilasi merupakan faktor penyumbang untuk masalahnya. "
Menurutnya, wanita yang mengalami nyeri saat seksual biasanya menjadi dingin. Sayangnya, nyeri seks tak akan hilang dengan sendirinya. Ini membutuhkan perawatan dan pengobatan yang lebih cepat agar rasa sakit bisa lekas hilang.
(Mel/*)
Dr Chinedu Nkwocha, seorang konsultan kebidanan dan kandungan, University College Hospital (UCH), Ibadan, Oyo State, menjelaskan, rasa nyeri tersebut ternyata dialami jutaan wanita, baik sebelum, selama, dan setelah berhubungan seksual. Wanita yang menderitanya memilih diam karena malu membicarakannya atau mencari bantuan medis untuk mengobati penyebab rasa sakitnya.
Salah satu penyebab nyeri adalah dispareunia yang memiliki dua jenis. Yakni dispareunia dangkal (superficial dyspareunia) dan dispareunia dalam (deep dyspareunia).
Dispareunia dapat mulai tiba-tiba atau berkembang secara bertahap. Nyeri bisa terjadi setiap kali bercinta atau hanya kadang-kadang.
Bagi beberapa wanita, dengan hanya berpikir tentang hubungan seksual bisa memulai siklus sesak, nyeri, dan menghindari seks.
Dispareunia Superficial sebenarnya bisa karena ketakutan, kecemasan, depresi, rasa bersalah, riwayat pelecehan seksual, masalah hubungan, dan faktor psikologis lain di sekitar seks.
"Ketika seorang wanita tak cukup siap dengan seks karena tak ada foreplay yang memadai untuk memastikan dia basah, yang bisa menyebabkan rasa sakit pada pembukaan vagina," kata Dr Chinedu Nkwocha, seorang konsultan kebidanan dan kandungan, University College Hospital (UCH), Ibadan, Oyo State, seperti dikutip TribuneNigeria, Kamis (15/8/2013).
Berbeda dengan dispareunia dalam. Menurut Dr Nkwocha, rasa nyerinya ada di dalam vagina selama seks. Ini bisa berasal dari kondisi medis lain seperti endometriosis, infeksi jamur dan penyakit radang panggul.
Ahli menambahkan bahwa wanita yang baru saja melahirkan juga bisa mengalami seks menyakitkan, dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyembuhkan.
Dr Nkwocha menyatakan bahwa hanya sedikit perempuan yang berpendidikan yang mau berbicara tentang kehidupan seksualnya. Apalagi seks yang menyakitkan pada wanita bisa menyebabkan perselisihan perkawinan dan ketidakharmonisan, kemudian mengakibatkan perceraian jika dibiarkan tidak terselesaikan.
Selain dispareunia, ada penyebab lain seks jadi nyeri yakni menopuase. Wanita menopuse sering merasakan sakit selama seks karena tingkat estrogennya lebih rendah. Rasa sakit bisa berkisar ringan hingga menyiksa. Penderitanya ada yang menggambarkan seperti terbakar, menyengat, ditusuk-tusuk, atau yang lebih ekstrem. Rendahnya hormon menyebabkan jaringan vagina dan kelamin semakin tipis.
Penyebab lain nyeri saat senggama termasuk pemotongan alat kelamin perempuan (FGM), penyakit kulit di daerah kelamin, seperti eksim dan psoriasis, kondisi seperti kandung kemih prolaps, dan infeksi saluran kemih, vagina, atau organ reproduksi; pengobatan kanker tertentu; cedera pada daerah panggul dari melahirkan, kerusakan pada saraf pudenda, yang memasok daerah vagina, keluhan muskuloskeletal, seperti arthritis atau hip ketat atau otot panggul, dan beberapa jenis disfungsi seksual laki-laki (hubungan berkepanjangan dapat meningkatkan gesekan vagina dan nyeri) .
Pria Harus Sabar
Dr Nkwocha mengatakan, sejak seks menyakitkan menjadi masalah medis, perempuan harus menemui dokter, sebaiknya dokter kandungan untuk menangani situasi.
Dia menekankan, pria memiliki peran dalam membantu perempuan yang mengalami seks menyakitkan untuk mengatasi masalah tersebut.
"Pria perlu bersabar karena masalahnya bukan dibuat wanita atau dia berpura-pura. Ini adalah kondisi yang dapat diobati dan pria hanya perlu untuk mendorong mereka untuk mencari bantuan medis," imbuh Dr Nkwocha.
Dr Nkwocha menjelaskan, sayangnya seks menyakitkan berkontribusi dengan masalah infertilitas di Nigeria.
"Misalnya, saya punya pasien yang datang untuk pengobatan infertilitas. Ketika ia ditanya tentang seks, dia mengatakan bahwa dia takut berhubungan seks karena sakit. Ia kemudian menemukan bahwa ia telah menjalani mutilasi alat kelamin perempuan. Ternyata bahwa mutilasi merupakan faktor penyumbang untuk masalahnya. "
Menurutnya, wanita yang mengalami nyeri saat seksual biasanya menjadi dingin. Sayangnya, nyeri seks tak akan hilang dengan sendirinya. Ini membutuhkan perawatan dan pengobatan yang lebih cepat agar rasa sakit bisa lekas hilang.
(Mel/*)