UGM Kembangkan Probiotik untuk Ayam Potong

Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan UGM Yogya mengembangkan penelitian penggunaan probiotik di industri ayam potong

oleh Gabriel Abdi Susanto diperbarui 22 Agu 2013, 12:26 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2013, 12:26 WIB
ayam-potong130710b.jpg
Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mengembangkan penelitian tentang penggunaan probiotik dalam industri ayam potong.

"Selama ini industri ayam potong tidak lepas dari penggunaan obat kimia termasuk antibiotik. Hal itu memunculkan pemikiran kami untuk menggunakan probiotik dalam industri tersebut," kata Ketua Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak (NMT) Fakultas Peternakan UGM Bambang Suwignyo di Yogyakarta, seperti dikutip dari Antara, Kamis (22/8/2013).

Menurut dia, pemikiran itu muncul seiring dengan perkembangan teknologi dan kesadaran untuk menuju sumber pangan yang aman dan nyaman. Hal itu tidak hanya dilandasi oleh kepentingan untuk menuju hidup sehat yang lebih baik, tetapi juga efisiensi usaha atau faktor ekonomi.

"Penggunaan obat kimia selain berpotensi pada efek samping pada kesehatan manusia juga berbiaya tinggi. Probiotik adalah bahan yang berasal dari organik atau biologi yang jelas lebih ramah lingkungan dan berpotensi untuk menurunkan biaya produksi," katanya.

Ia mengatakan, saat ini Bagian NMT Fakultas Peternakan UGM telah melakukan kerja sama dengan PT Evonik Singapura dalam bidang ekplorasi atau penelitian terkait dengan pemanfaatan probiotik pada industri ayam potong.
     
"Kerja sama itu dilakukan dalam koridor saling memberikan manfaat dan upaya untuk kehidupan manusia yang lebih baik dalam pemenuhan pangan," katanya.

Menurut dia, penelitian itu melibatkan beberapa mahasiswa strata satu (S-1). Dengan melibatkan mahasiswa diharapkan tidak semata-mata sebagai sarana kelulusan bagi mahasiswa, tetapi juga sebagai sarana pembelajaran dalam arti luas.

"Pembelajaran yang membangun pemahaman mahasiswa, pembelajaran dengan mengembangkan ’prior-knowledge’, dan pembelajaran bermakna yang dicapai melalui pengalaman nyata," katanya.
     
Ia mengatakan, konsep mendekatkan mahasiswa pada objek pengamatan dan mendorong mahasiswa untuk belajar melalui "learning by doing".
     
"Melalui kerja sama itu diharapkan menghasilkan riset yang langsung menyentuh permasalahan kemanusiaan sehingga hasil riset akan menjadi jawaban atas masalah tersebut," katanya.

(Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya