Ahli Forensik Abdul Mun'im Idris saat di meja autopsi ia mungkin bak `pendekar` yang mengungkap banyak kasus. Sejumlah kasus yang menyedot perhatian masyarakat pernah ditanganinya. Namun, sang dokter yang kerap mengenakan jaket hitam dan topi itu harus kalah dengan kanker pankreas yang merenggut hidupnya.
Pria berusia 66 tahun itu memang memiliki penyakit jantung dan diabetes, tapi ia tak pernah tahu ada kanker di pankreasnya.
"Sebelumnya pernah dirawat karena jantung dan sudah baikan. Tapi beberapa bulan kemudian mungkin karena capek timbul keluhan di kandung empedunya. Setelah diperiksa ternyata itu kanker pankreas," kata Prof Dadang Hawari yang merupakan kakak dari Mun'im saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat (27/9/2013).
Saat bertemu dengan adiknya itu, lanjut Dadang, Mun'im tak pernah mengeluh kondisi kesehatannya. Ia hanya bercerita tentang buku barunya.
Sementara itu, anak ketiga Mun'im, Elita Mirnawaty, mengatakan, bapaknya baru belakangan ini mengeluh sakit di perutnya. Dan saat diperiksa dengan USG, dokter menduga ada batu empedu. Tapi belakangan, ketika dicek sesuatu yang diduga batu empedu itu merupakan kanker pankreas.
"Selasa kemarin (24/9/2013) operasi kenker pankreas dan kondisinya sudah membaik. Tapi kemarin napasnya pendek," ujar Elita.
Sebelum operasi pengangkatan kanker, Elita mengatakan, tim dokter di RSCM juga sudah memeriksa kondisi jantung dan dokter memperbolehkan Mun'im dioperasi.
Mun'im meninggal di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, 02.45 WIB setelah dirawat selama 20 hari. Mun'im merupakan salah satu dokter yang mengautopsi sejumlah kasus besar seperti kematian Munir.
(Mel/*)
Pria berusia 66 tahun itu memang memiliki penyakit jantung dan diabetes, tapi ia tak pernah tahu ada kanker di pankreasnya.
"Sebelumnya pernah dirawat karena jantung dan sudah baikan. Tapi beberapa bulan kemudian mungkin karena capek timbul keluhan di kandung empedunya. Setelah diperiksa ternyata itu kanker pankreas," kata Prof Dadang Hawari yang merupakan kakak dari Mun'im saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat (27/9/2013).
Saat bertemu dengan adiknya itu, lanjut Dadang, Mun'im tak pernah mengeluh kondisi kesehatannya. Ia hanya bercerita tentang buku barunya.
Sementara itu, anak ketiga Mun'im, Elita Mirnawaty, mengatakan, bapaknya baru belakangan ini mengeluh sakit di perutnya. Dan saat diperiksa dengan USG, dokter menduga ada batu empedu. Tapi belakangan, ketika dicek sesuatu yang diduga batu empedu itu merupakan kanker pankreas.
"Selasa kemarin (24/9/2013) operasi kenker pankreas dan kondisinya sudah membaik. Tapi kemarin napasnya pendek," ujar Elita.
Sebelum operasi pengangkatan kanker, Elita mengatakan, tim dokter di RSCM juga sudah memeriksa kondisi jantung dan dokter memperbolehkan Mun'im dioperasi.
Mun'im meninggal di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, 02.45 WIB setelah dirawat selama 20 hari. Mun'im merupakan salah satu dokter yang mengautopsi sejumlah kasus besar seperti kematian Munir.
(Mel/*)