Siapa Sangka Penderita Trombosis di Indonesia dan Barat Sama

Menurut Prof. Karmel, jumlah penderita trombosis di negara barat dan Asia khususnya Indonesia tak jauh berbeda.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 07 Okt 2013, 12:30 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2013, 12:30 WIB
pasien-131007b.jpg
Adanya anggapan bahwa jumlah penderita trombosis atau penyumbatan pembuluh darah lebih banyak di negara Barat daripada di Asia, ternyata salah.

Hal ini ditanggapi oleh ahli penyakit dalam dari Departemen Hematologi dan Onkologi Medik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Prof. Dr. dr. Karmel Lidow Tambunan Sp.PD, K-HOM.

Menurut Prof. Karmel, ia dan tim dari Departemen Hematologi dan Departemen Ortopedi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pernah melakukan penelitian pada 2009. Dan hasilnya ditemukan bahwa jumlah penderita trombosis di negara barat dan Asia khususnya Indonesia tak jauh berbeda.

"Melalui pemeriksaan venografi (pemeriksaan radiologi untuk melihat adanya penyumbatan di vena dengan menggunakan X-ray melalui jarum atau kateter) kami menemukan bahwa 61,5 persen pasien pascaoperasi ortopedi mengalami DVT, sementara di negara barat presentasinya 40-80 persen. Ini menunjukkan jumlah penderita di Barat dan disini tidak jauh berbeda," ungkap Prof. Karmel.

Untuk itu, Prof karmel menegaskan untuk Anda yang memiliki faktor risiko seperti gaya hidup tidak sehat ataupun pasca operasi untuk melakukan pencegahan. Pencegahan bisa dilakukan dengan memberi antikoagulan lewat injeksi atau cara oral (obat).

(Fit/Igw)




* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya