Kutu di Rambut Bukan Cerminan Jorok

Dr. Andrew Bonwit mengatakan kebersihan dan status sosial ekonomi seseorang tidak ada hubungannya dengan kutu dan bukan cerminan orang jorok

oleh Kusmiyati diperbarui 24 Okt 2013, 19:47 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2013, 19:47 WIB
rambut-131024c.jpg
Banyak mitos yang berkembang di masyarakat tentang kutu rambut. Tidak sedikit orang yang mengaitkan kutu dengan kebiasaan jorok. Namun ternyata ahli menjelaskan kutu bukanlah cerminan dari tingkat kebersihan seseorang.

"Kutu dapat menyebabkan tekanan emosi pada seseorang, banyak yang keliru kutu bukan tanda seseorang tersebut jorok," ujar Ahli Penyakit Menular Pediatrik di Loyola University Health System di Illinois, dr. Andrew Bonwit, dikutip Health, Kamis (24/10/2013).

Bonwit menambahkan kebersihan dan status sosial ekonomi seseorang tidak ada hubungannya dengan hama kutu dan tidak dapat menyebar lewat sisir, sikat rambut dan topi. Penularan kutu terjadi melalui kontak kepala satu menempel dengan kepala lainnya.

Menurut Bonwit, kutu pada kepala tidak menyebabkan penyakit yang serius, meskipun begitu rasa gatal juga dapat menyakitkan dan menjadi penyebab infeksi.

"Kadang-kadang pasien terlalu gatal kemudian goresan kulit kepala akibat aktivitas menggaruk yang menyebabkan infeksi kulit ringan dan bahkan menyebabkan beberapa pembesaran kelenjar getah bening di bagian belakang leher atau di belakang telinga," ungkapnya.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat menyatakan sebanyak 12 juta laporan terkait masalah kutu rambut terjadi di setiap tahunnya. Masalah kutu rambut ini biasanya terjadi pada anak berusia tiga sampai 11 tahun. "Orang tua dan staf sekolah perlu memperhatikan hal ini, penting untuk diingat bahwa jika terjadi masalah harus segera diobati," tuturnya.

Pengobatan yang paling umum adalah pembersih rambut khusus kutu atau lotion khusus untuk kulit kepala. "Siklus hidup kutu terjadi sekitar tujuh hari dari peletakan telur sampai menetas, sehingga pengobatan insektisida kedua dianjurkan, setelah aplikasi pertama," saran Bonwit.

(Mia/Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya