Para produsen rokok tidak perlu khawatir bangkrut bila menyepakati the Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). Karena sebenarnya penyebab bangkrut itu adalah bila rantai perokok usia remaja diputus.
Menurut Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI), Tuti Soerojo, di mata para produsen rokok, anak-anak itu merupakan calon pelanggan tetap di masa akan datang.
"Kenapa saya katakan seperti itu? Ketika di usia remaja mereka sudah merokok, mereka akan terjebak dan susah berhenti. Remaja adalah pasar potensial produsen rokok," kata Tuti Soerojo, dalam acara `FCTCÂ untuk Ketahanan Bangsa`, Jakarta, ditulis Jumat (25/10/2013).
Cara produsen rokok menjual barang dagangannya dinilai Tuti sebagai salah satu faktor penyebab remaja merokok. Bagaimana tidak? Di setiap tayangan iklan, produsen rokok selalu menonjolkan sisi keren para perokok.
Apalagi, ketika para produsen itu menjualnya melalui konser musik. Sungguh mengkhawatirkan. "Anak-anak ini suka nonton konser musik. Kebanyakan konser di Indonesia, disponsori oleh rokok. Tak jarang pula, tiket masuk para remaja diganti dengan rokok," tambahnya.
Karena itu, Tuti menekankan, segeralah menyepakati FCTC. Bila ada tiga Kementerian di Indonesia masih belum sepakat karena alasan takut akan membahayakan sektor lainnya terutama produsen rokok, itu salah besar.
"Remaja hari ini adalah pelanggan rokok di masa depan," ujar dia.
(Adt/Abd)
Menurut Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI), Tuti Soerojo, di mata para produsen rokok, anak-anak itu merupakan calon pelanggan tetap di masa akan datang.
"Kenapa saya katakan seperti itu? Ketika di usia remaja mereka sudah merokok, mereka akan terjebak dan susah berhenti. Remaja adalah pasar potensial produsen rokok," kata Tuti Soerojo, dalam acara `FCTCÂ untuk Ketahanan Bangsa`, Jakarta, ditulis Jumat (25/10/2013).
Cara produsen rokok menjual barang dagangannya dinilai Tuti sebagai salah satu faktor penyebab remaja merokok. Bagaimana tidak? Di setiap tayangan iklan, produsen rokok selalu menonjolkan sisi keren para perokok.
Apalagi, ketika para produsen itu menjualnya melalui konser musik. Sungguh mengkhawatirkan. "Anak-anak ini suka nonton konser musik. Kebanyakan konser di Indonesia, disponsori oleh rokok. Tak jarang pula, tiket masuk para remaja diganti dengan rokok," tambahnya.
Karena itu, Tuti menekankan, segeralah menyepakati FCTC. Bila ada tiga Kementerian di Indonesia masih belum sepakat karena alasan takut akan membahayakan sektor lainnya terutama produsen rokok, itu salah besar.
"Remaja hari ini adalah pelanggan rokok di masa depan," ujar dia.
(Adt/Abd)