Jacqui Beck (19) begitu kaget ketika dokter mengatakan dirinya tak memiliki vagina (Miss V). Kondisi tersebut membuatnya tak bisa melakukan hubungan seks dan mempunyai anak.
Kondisi yang dialami Beck itu baru ketika berusia 17 tahun. Dan ini semua karena ia tak kunjung mendapat menstruasi.
Beck sebenarnya mengalami sindrom langka yakni MRKH (Mayer Rokitansky Kuster Hauser) yang mempengaruhi sistem reproduksi. Artinya Beck tak memiliki rahim, serviks atau lubang vagina. Ia mengetahui ada yang aneh di tubuhnya setelah pergi ke dokter umum karena mengalami nyeri punggung dan tak kunjung mendapat menstruasi pertama.
Dari tes terungkap kondisinya dan seperti apa vaginanya, yakni hanya sebuah lesung pipi kecil. Beck dari luar terlihat normal yang berarti orang tak akan menemukan perbedaaanya hingga berusaha berhubungan seks dengannya atau tak mengalami menstruasi.
Beck dari Isle of Wight mengaku ketika pertama kali didiagnosa merasa seperti orang aneh. Dia mengangga[ dirinya berbeda dari perempuan lain dan informasi itu begitu mengejutkan.
"Saya yakin dokter telah keliru, tapi ketika dia menjelaskan mengapa saya tak mengalami haid, semuanya mulai masuk akal," ujarnya seperti dikutip Dailymail, Jumat (15/11/2013).
Sang dokter juga mengatakan ke Beck bahwa dirinya tak bisa mempunyai anak dan mungkin harus menjalani operasi sebelum bisa berhubungan seks. "Saya menangis ketika meninggalkan dokter. Saya tak akan pernah tahu bagaimana rasanya melahirkan, hamil, dan menstruasi. Semua hal yang saya bayangkan di masa depan tiba-tiba terhapus,
"Saya benar-benar marah dan merasa seperti saya bukan wanita sejati," kata Beck.
Kondisi langka MRKH mempengaruhi satu dari 5.000 wanita di Inggris. Kebanyakan penderitanya mengetahui kondisinya karena belum juga mendapat haid, tapi beberapa menemukan ketika berjuang melakukan hubungan intim.
Beck menjelaskan, ia sebenarnya memiliki lesung di organ intimnya sehingga dari luar terlihat normal. Inilah alasannya mengapa kondisinya tak terdeteksi sebelumnya.
Berobat Biar Bisa Bercinta
Diagnosa yang disampaikan dokter itu membuatnya terkejut dan malu. Ia bahkan terlalu malu mengakuinya ke keluarga dan teman-temannya. "Saya terlalu malu untuk menelepon ibu saya dan berbicara dengannya, jadi saya mengirim email kepadanya," ujar Beck.
Sang ibu kemudian menelepon langsung Beck. Meski sang ibu juga terkejut, ia berusaha mencari infromasi sebanyak mungkin sehingga bisa memahaminya.
Keduanya pun mencari pengobatannya. Salah satu usaha yang dijalani Beck adalah mendatangi Queen Charlotte dan Chelsea Hospital di London yang ada spesialisnya.
Di sana, Beck mendapatkan pengobatan pelebaran yang melibatkan penggunaan dilator dengan ukuran berbeda untuk mencoba meregangkan saluran vaginanya. Tapi, ia diberitahu jika tak berhasil maka harus dioperasi.
"Saya menghabiskan dua hari di sana, diajarkan bagaimana menggunakan dilator dan belajar lebih banyak tentang MRKH," ujarnya.
Di rumah sakit Beck bertemu dengan wanita lain yang memiliki kondisi yang sama. Ia berbicara dengan gadis-gadis itu sehingga merasa tak kesepian. "Ini juga memberi saya harapan karena saya berbicara dengan wanita yang bisa memiliki kehidupan seks," ujarnya.
Untungnya, perawatan yang dilalui Beck bekerja dan jika ia melanjutkannya ia mungkin tak memerlukan operasi dan bisa berhubungan seks.
Beck memiliki satu harapan yakni kondisi langkanya itu bisa lebih dikenal sehingga wanita lain bisa menyadarinya sejak dini dibanding dia.
(Mel)
Kondisi yang dialami Beck itu baru ketika berusia 17 tahun. Dan ini semua karena ia tak kunjung mendapat menstruasi.
Beck sebenarnya mengalami sindrom langka yakni MRKH (Mayer Rokitansky Kuster Hauser) yang mempengaruhi sistem reproduksi. Artinya Beck tak memiliki rahim, serviks atau lubang vagina. Ia mengetahui ada yang aneh di tubuhnya setelah pergi ke dokter umum karena mengalami nyeri punggung dan tak kunjung mendapat menstruasi pertama.
Dari tes terungkap kondisinya dan seperti apa vaginanya, yakni hanya sebuah lesung pipi kecil. Beck dari luar terlihat normal yang berarti orang tak akan menemukan perbedaaanya hingga berusaha berhubungan seks dengannya atau tak mengalami menstruasi.
Beck dari Isle of Wight mengaku ketika pertama kali didiagnosa merasa seperti orang aneh. Dia mengangga[ dirinya berbeda dari perempuan lain dan informasi itu begitu mengejutkan.
"Saya yakin dokter telah keliru, tapi ketika dia menjelaskan mengapa saya tak mengalami haid, semuanya mulai masuk akal," ujarnya seperti dikutip Dailymail, Jumat (15/11/2013).
Sang dokter juga mengatakan ke Beck bahwa dirinya tak bisa mempunyai anak dan mungkin harus menjalani operasi sebelum bisa berhubungan seks. "Saya menangis ketika meninggalkan dokter. Saya tak akan pernah tahu bagaimana rasanya melahirkan, hamil, dan menstruasi. Semua hal yang saya bayangkan di masa depan tiba-tiba terhapus,
"Saya benar-benar marah dan merasa seperti saya bukan wanita sejati," kata Beck.
Kondisi langka MRKH mempengaruhi satu dari 5.000 wanita di Inggris. Kebanyakan penderitanya mengetahui kondisinya karena belum juga mendapat haid, tapi beberapa menemukan ketika berjuang melakukan hubungan intim.
Beck menjelaskan, ia sebenarnya memiliki lesung di organ intimnya sehingga dari luar terlihat normal. Inilah alasannya mengapa kondisinya tak terdeteksi sebelumnya.
Berobat Biar Bisa Bercinta
Diagnosa yang disampaikan dokter itu membuatnya terkejut dan malu. Ia bahkan terlalu malu mengakuinya ke keluarga dan teman-temannya. "Saya terlalu malu untuk menelepon ibu saya dan berbicara dengannya, jadi saya mengirim email kepadanya," ujar Beck.
Sang ibu kemudian menelepon langsung Beck. Meski sang ibu juga terkejut, ia berusaha mencari infromasi sebanyak mungkin sehingga bisa memahaminya.
Keduanya pun mencari pengobatannya. Salah satu usaha yang dijalani Beck adalah mendatangi Queen Charlotte dan Chelsea Hospital di London yang ada spesialisnya.
Di sana, Beck mendapatkan pengobatan pelebaran yang melibatkan penggunaan dilator dengan ukuran berbeda untuk mencoba meregangkan saluran vaginanya. Tapi, ia diberitahu jika tak berhasil maka harus dioperasi.
"Saya menghabiskan dua hari di sana, diajarkan bagaimana menggunakan dilator dan belajar lebih banyak tentang MRKH," ujarnya.
Di rumah sakit Beck bertemu dengan wanita lain yang memiliki kondisi yang sama. Ia berbicara dengan gadis-gadis itu sehingga merasa tak kesepian. "Ini juga memberi saya harapan karena saya berbicara dengan wanita yang bisa memiliki kehidupan seks," ujarnya.
Untungnya, perawatan yang dilalui Beck bekerja dan jika ia melanjutkannya ia mungkin tak memerlukan operasi dan bisa berhubungan seks.
Beck memiliki satu harapan yakni kondisi langkanya itu bisa lebih dikenal sehingga wanita lain bisa menyadarinya sejak dini dibanding dia.
(Mel)