Menristek: Vaksin Masih Jadi Teknologi Kesehatan Teranyar

Meskipun perkembangan teknologi kesehatan tidak sepesat teknologi di bidang pertanian, tapi peneliti kesehatan terus bertambah

oleh Fitri Syarifah diperbarui 11 Feb 2014, 18:09 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2014, 18:09 WIB
menristek-130828-b.jpg
Meskipun perkembangan teknologi kesehatan tidak sepesat teknologi di bidang pertanian, tapi peneliti kesehatan terus bertambah dan selalu ada inovasi.

Begitu disampaikan oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi, Prof. Dr. Ir. H. Gusti Muhammad Hatta saat temu media dalam acara launching program Ristek-Kalbe Science Award 2014 di kantor BPPT (BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), Jakarta, Selasa (11/2/2014).

"Masih kalah memang kesehatan dengan pertanian, tapi kami tetap berupaya untuk mengakrabkan ABG (Academic, Bussiness, Goverment) agar peneliti dan industri menjadi kebutuhan masyarakat," kata Gusti.

Gusti menyampaikan, saat ini perkembangan teknologi di bidang kesehatan masih fokus pada vaksin. "Setahu saya anak balita masih banyak perlu vaksin, tapi sangat disayangkan kebanyakan bahan baku dari luar. Jadi kita mengupayakan lebih banyak produk".

Menristek pun menyayangkan bahwa 90 persen vaksin yang diproduksi di dalam negeri ternyata 95 persen bahan bakunya dari luar.

"Sangat disayangkan. Untuk itu, kita bentuk konsorsium untuk vaksin hepatitis B dan C. Saya juga mencoba beberapa fase," ungkapnya.

Gusti menambahkan, kita harus memahami kalau ingin menjadi masyarakat yang maju, harus ada nilai tambah di bidang Iptek (Ilmu Pengetahuan dan teknologi).

"Di Ristek, ada mahasiswa yang diseleksi dan terpilih. Setelah terpilih, akan dilatih kewirausahaan dan setelah itu kami beri dana untuk meneiliti di bidang teknologi," jelasnya.

(Fit/Abd)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya