Masih memperingati hari kanker sedunia yang jatuh setiap tanggal 4 Februari, Rumah Sakit Kanker Dharmais rencananya akan mengoperasikan mobil Mammografi di Jakarta dan sekitarnya mulai hari ini. Sayang, meskipun mobil mammografi ini hibah dari PT. Pertamina, pihak RS belum bisa menggratiskan pemeriksaan kanker secara dini melalui mobil tersebut.
Seperti disampaikan oleh kepala instalasi deteksi dini dan onkologi sosial RS Kanker Dharmais, dr. Walta Gautama SpB (K) Onk bahwa perlu ada biaya operasional untuk pengoperasian mobil mammografi.
"Prinsipnya untuk operasional supaya bisa jalan, ada biaya untuk operasional dan pemeliharaan termasuk sopir. Kita kan perlu juga pemeliharaan alat seperti radiasinya supaya jangan bocor dan sebagainya. Jadi masyarakat bisa gratis asalkan ada yang mendanai," kata Walta saat temu media di RS Dharmais, Jakarta, Rabu (12/2/2014).
Sejauh ini, menurut Walta, mobil Mammografi yang digunakan, baru bersifat CSR (Corporate Social Responsibility). Ke depannya ia berharap masyarakat umum juga bisa melakukan deteksi dini kanker secara gratis.
Sekali jalan membutuhkan biaya Rp 6-7 juta atau setidaknya masyarakat perlu mengumpulkan minimal 30 orang agar bisa membayar iuran Rp 250 ribu per orang.
"Tapi kalau dananya cukup dan ada 5 orang yang mau periksa, tetap kami layani. Karena ini sifatnya hanya deteksi dini, jadi kami akan menganjurkan masyarakat untuk tetap melakukan pemeriksaan lanjutan. Kalau bisa sebelum ada benjolan sudah terdeteksi," ungkapnya.
Mobil mamografi sendiri terdiri dari satu unit bus yang dilengkapi dengan satu unit alat mamografi digital keluaran terbaru, satu uni silent genset sebagai pemasok daya, dan dua AC Split untuk menjaga suhu ruangan alat mamografi.
Unit mobil mamografi ini dijalankan atas kerjasama antara Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta bekerjasama dengan RS Kanker Dharmais.
(Fit/Abd)
Seperti disampaikan oleh kepala instalasi deteksi dini dan onkologi sosial RS Kanker Dharmais, dr. Walta Gautama SpB (K) Onk bahwa perlu ada biaya operasional untuk pengoperasian mobil mammografi.
"Prinsipnya untuk operasional supaya bisa jalan, ada biaya untuk operasional dan pemeliharaan termasuk sopir. Kita kan perlu juga pemeliharaan alat seperti radiasinya supaya jangan bocor dan sebagainya. Jadi masyarakat bisa gratis asalkan ada yang mendanai," kata Walta saat temu media di RS Dharmais, Jakarta, Rabu (12/2/2014).
Sejauh ini, menurut Walta, mobil Mammografi yang digunakan, baru bersifat CSR (Corporate Social Responsibility). Ke depannya ia berharap masyarakat umum juga bisa melakukan deteksi dini kanker secara gratis.
Sekali jalan membutuhkan biaya Rp 6-7 juta atau setidaknya masyarakat perlu mengumpulkan minimal 30 orang agar bisa membayar iuran Rp 250 ribu per orang.
"Tapi kalau dananya cukup dan ada 5 orang yang mau periksa, tetap kami layani. Karena ini sifatnya hanya deteksi dini, jadi kami akan menganjurkan masyarakat untuk tetap melakukan pemeriksaan lanjutan. Kalau bisa sebelum ada benjolan sudah terdeteksi," ungkapnya.
Mobil mamografi sendiri terdiri dari satu unit bus yang dilengkapi dengan satu unit alat mamografi digital keluaran terbaru, satu uni silent genset sebagai pemasok daya, dan dua AC Split untuk menjaga suhu ruangan alat mamografi.
Unit mobil mamografi ini dijalankan atas kerjasama antara Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta bekerjasama dengan RS Kanker Dharmais.
(Fit/Abd)