Program Lansia Tangguh, Upaya BKKBN Bikin Lansia Produktif

Untuk meningkatkan kualitas hidup para lansia (lanjut usia) BKKBN menerapkan program Bina Keluarga Lansia.

oleh Kusmiyati diperbarui 14 Feb 2014, 10:00 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2014, 10:00 WIB
bkkbn-131124b.jpg
Penduduk Indonesia berusia 60 tahun ke atas atau lanjut usia (lansia) diperkirakan meningkat menjadi 80 juta pada 2030, atau naik 23 sampai 24 persen.

Kondisi ini membuat BKKBN mau tidak harus bekerja keras. Salah satu upayanya adalah dengan meluncurkan program Bina Keluarga Lansia (BKL).

Kelompok kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup para lansia. Kegiatan yang dilakukan antara lain penyuluhan, kunjungan rumah, rujukan dan pencatatan serta pelaporan.

"Banyaknya lansia sebenarnya bukan suatu ancaman jika mereka produktif. Karena itu, BKKBN bersama berbagai sektor, seperti kesehatan dan pendidikan mengembangkan program lansia tangguh. Selain merawat lansia ini lebih banyak hidupnya, dan lebih panjang masa produktif, BKKBN sekarang bersama pakar geriatri berupaya mengembangkan lansia tangguh," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Prof Dr. Fasli Jalal ditulis Jumat (14/2/2014).

Lansia tangguh adalah upaya agar meskipun telah berusia di atas 60 sampai 70 tahun lansia tetap produktif. Misalnya, memperpanjang usia bekerja bagi lansia pensiunan di sektor formal, baik perusahaan maupun PNS, di atas 58 tahun dan 60 tahun.

"Yang dibutuhkan dari mereka lebih banyak kebijaksanaannya atau otak, bukan otot. Juga mempertimbangkan risiko pekerjaan kasar. Para lansia itu diberikan berbagai pelatihan, sehingga masih bisa bekerja sampai 10 tahun berikutnya setelah pensiun. BKKBN membantu mempersiapkan menjadi kader keliling untuk mengampanyekan berbagai hal, termasuk soal KKB," kata Fasli.

Lansia 70 sampai 80 tahun diharapkan bisa mandiri. Artinya bisa mengurus dirinya sendiri. Baru di usia 80 tahun ke atas hampir sebagian besar membutuhkan pendampingan melalui pengembangan home care atau pengobatan di rumah.

Upaya tersebut perlu didukung dengan kemampuan kesehatan, dan fasilitas publik yang mendukung lansia bisa berkarya. Mulai dari jalan, jembatan penyeberangan, transportasi publik, dan lainnya.

"Upaya lainnya adalah intervensi sejak awal siklus kehidupan manusia. Dimulai dari program 1000 hari pertama kehidupan. Antara lain dengan intervensi gizi yang memadai sejak dalam kandungan, saat bayi, balita, dan wajib belajar. Intervensi 1000 hari pertama penting karena penelitian menunjukkan balita yang kurang gizi kecenderungan menderita penyakit degeneratif di masa tua," kata Fasli saat ditemui usai acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Jakarta Convention Center.

Fasli berharap para lansia lebih sehat, sehingga tidak merepotkan anggota keluarga, khususnya perempuan, untuk merawat mereka. Sebab, nanti diharapkan lebih banyak perempuan bekerja di sektor formal.

(Mia/Abd)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya