Begini Sejarah Munculnya Hari Film Nasional, Diperingati Tiap 30 Maret

Tidak banyak orang yang tahu bahwa 30 Maret diperingati sebagai Hari Film Nasional.

oleh Afifah Cinthia Pasha diperbarui 30 Mar 2019, 15:00 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2019, 15:00 WIB
Hari Film Nasional
Ilustrasi Hari Film Nasional (sumber: unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Hari Film Nasional diperingati hari ini, 30 Maret 2019. Tidak banyak orang yang tahu bahwa 30 Maret diperingati sebagai Hari Film Nasional. Tapi mengapa 30 Maret diperingati sebagai Hari Film Nasional? Hal ini masih mengundang banyak pertanyaan.

Bagi kamu pecinta film, jangan mengaku jika belum tahu sejarah Hari Film Nasional. Hari Film Nasional adalah hari di mana pada tanggal 30 Maret diselenggarakan berbagai acara sebagai bentuk apresiasi.

Hal ini sebagai upaya meningkatkan kepercayaan diri, semangat dan motivasi insan film Indonesia serta guna meningkatkan prestasi yang dapat mengangkat derajat film Indonesia secara regional, nasional dan internasional di mata dunia.

Tanggal ini dipilih karena merupakan hari yang menjadi momen pengambilan gambar pertama film Darah dan Doa. Ya, film Darah dan Doa merupakan film pertama hasil kreasi orang Indonesia dan diproduksi oleh perusahaan film milik orang Indonesia. Berikut fakta-fakta Hari Film Nasional.

Mengapa Film Darah dan Doa?

Ada alasan khusus mengapa film ini dijadikan sebagai penanda bangkitnya industri perfilman Indonesia. Darah dan Doa menceritakan perjalanan panjang prajurit Indonesia dan keluarga mereka dari Yogyakarta ke pangkalan utama mereka di Jawa Barat.

Perjalanan ini dipimpin oleh Kapten Sudarto, yang menjadi tokoh utama di dalam film ini. Kapten Sudarto diceritakan bukan hanya sebagai pemimpin, tapi juga sebagai seorang manusia yang rawan membuat kesalahan.

Di dalam perjalanannya, ia dipertemukan oleh seorang pengungsi wanita berdarah Indo-Belanda. Dan sang komandan pun menaruh hati padanya meski ia telah beristri.

Meski memiliki bumbu romansa, film ini sukses menggambarkan ideologi yang dimiliki orang-orang Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan mereka. Oleh karena itu, Darah dan Doa dianggap film pertama yang mencerminkan ciri khas Indonesia dan pantas menjadi titik bangkitnya perfilman Tanah Air.

Sejarah Hari Film Nasional

Tepat pada tanggal 30 Maret 1950 merupakan hari pertama pengambilan gambar film Darah dan Doa atau Long March of Siliwangi yang disutradarai oleh Usmar Ismail. Hal ini karena film tersebut merupakan film lokal pertama yang mencirikan Indonesia. Selain itu film ini juga merupakan film pertama yang benar-benar disutradarai oleh orang Indonesia asli.

Film Darah dan Doa adalah film pertama yang diproduksi Usmar Ismail dengan perusahaan filmnya sendiri yang bernama Perfini (Perusahaan Film Indonesia). Usmar Ismail yang sempat bekerja untuk perusahaan film Belanda, akhirnya keluar dari perusahaan tersebut karena ketidakcocokannya dengan sistem yang diterapkan.

12 Tahun sesudah produksi film Darah dan Doa, tepatnya pada 11 oktober 1962 konferensi kerja Dewan Film Nasional dengan organisasi perfilman menetapkan hari shooting pertama film tersebut yaitu 30 Maret 1950 sebagai Hari Film Nasional.

Sempat Ditentang oleh Berbagai Pihak

Ketetapan tersebut sempat mendapat perlawanan dari golongan kiri yang sangat agresif dalam menghadapi pihak yang dianggap sebagai lawan-lawannya. Pada 1964, golongan kiri membentuk PAPFIAS (Panitia Aksi Pemboikotan Film Imperialis Amerika Serikat) dan melakukan serangan-serangan kepada film Usmar Ismail yang dianggap tidak nasionalis atau kontra-revolusioner.

PKI (Partai Komunis Indonesia) dan golongan kiri pun tidak mengakui tanggal 30 Maret 1950 sebagai Hari Film Nasional. Akan tetapi menuntut 30 April 1964 yang dijadikan sebagai Hari Film Nasional, saat berdirinya PAPFIAS.

Kemudian pada 1966 terjadi peristiwa Gestapu, golongan komunis yang dianggap sebagai biang keladi peristiwa ini akhirnya dihabisi. Artinya wacana penggantian tanggal Hari Film Nasional ikut lenyap dan tanggal 30 Maret 1950 tetap diakui sebagai lahirnya Hari Film Nasional sampai saat ini.

Kemunculan film Indonesia diawali dengan munculnya bioskop pertama di Indonesia pada 5 Desember 1900. Film pertama yang dibuat adalah film bisu tahun 1926 yang berjudul Loetoeng Kasaroeng dan dibuat oleh sutradara Belanda G. Kruger dan L. Heuveldorp. Film ini dibuat dengan dukungan aktor lokal. Setelah itu industri film Shanghai datang dan menyutradarai Lily van Java (1928).

Film Pertama yang Dibuat di Indonesia

Seperti yang Liputan6.com kutip dari PNRI, Sabtu (30/3/2019), berikut 5 film pertama yang dibuat di Indonesia:

1. Loetoeng Kasaroeng – (1926)

2. Eulis Atjih – (1927)

3. Lily Van Java – (1928)

4. Rensia Boroboedor – (1928)

5. Setangan Berloemoer Darah – (1928)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya