Liputan6.com, Jakarta Anak dengan kebutuhan khusus tunarungu adalah anak yang mempunyai kesulitan atau gangguan pada indera pendengaran, baik total ataupun sebagian. Hal itu dapat menyebabkan anak dengan kebutuhan khusus tunarungu mengalami kesulitan dalam hal komunikasi dan berbicara. Tak jarang mereka terhambat juga dalam menyerap pelajaran.
Selain itu anak dengan gangguan pendengaran juga memiliki penguasaan kosakata yang kurang, baik secara lisan maupun tulisan. Sehingga mereka sering mengalami miskin kosakata. Oleh karena itu dibutuhkannya media belajar yang tepat untuk dapat membantu anak berkebutuhan khusus tunarungu untuk belajar kosakata.
Advertisement
Baca Juga
Salah satu media pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus tunarungu yang sering digunakan adalah bahasa isyarat. Bahasa isyarat digunakan untuk mendobrak hambatan yang dihadapi para penyandang tunarungu dalam berkomunikasi. Walau perbendaharaan kosa kata dalam bahasa isyarat begitu kaya, ada saja sejumlah istilah yang masih sulit diterjemahkan, khususnya istilah di dunia sains.
Hal ini lah yang mendorong seorang mahasiswa tunarungu asal Skotlandia untuk mencari cara agar anak-anak tunarungu bisa belajar sains dengan mudah. Kesulitan belajar sains ini juga pernah dihadapi Liam McMulkin saat ia baru menyandang status mahasiswa di University of Dundee, Skotlandia, pada 2015 lalu, seperti yang Liputan6.com lansir dari The Courier, Rabu (7/8/2019).
Kesulitan Belajar Sains
McMulkin yang terlahir dalam kondisi tuli, menjadi orang pertama di keluarganya yang duduk di bangku universitas setelah memperoleh beasiswa dari The Robertson Trust. Di tengah rasa bangga, ada ketakutan yang dirasakan McMulkin saat itu.
"Saat saya mendaftar kuliah, ada dua hal yang paling saya takutkan. Pertama, dulu di sekolah saya ada 10 anak tuli, tapi sekarang di kampus saya jadi satu-satunya yang tuli. Bagaimana caranya saya berkomunikasi?" ujar McMulkin.
"Kedua, bahasa Inggris di universitas pasti levelnya lebih tinggi. Apa saya sanggup?" sambungnya.
Walau dibantu penerjemah British Sign Language (BSL) selama proses perkuliahan, McMulkin mengaku kerap frustrasi karena tidak dapat mengikuti pemaparan dosen dengan baik.
"Ada beberapa istilah sains yang panjang, seperti 'deoxyribonucleotide' dan 'deoxyribonucleoside'. Terkadang penerjemah akan menerjemahkan istilah ini dengan mengeja hurufnya satu-satu dan saya harus memerhatikan sampai selesai," tutur McMulkin. "Rasanya melelahkan sekali."
Advertisement
Menciptakan Cara Belajar Sains
Didorong oleh pengalaman pribadinya ini, McMulkin pun membuat sendiri sejumlah isyarat baru untuk istilah-istilah sains. Hanya dalam waktu dua bulan, McMulkin telah menciptakan lebih dari 100 isyarat baru untuk mempermudah belajar sains bagi tunarungu. Proyek pembuatan isyarat ini memperoleh dukungan modal dari BSDB Gurdon Summer Studentship dan The Robertson Trust.
"Untuk membuat isyarat baru, kita harus memahami definisi dari setiap kata. Bahasa isyarat melibatkan gerakan tangan, orientasi, dan lokasi untuk menandai maknanya," papar McMulkin.
"Dengan isyarat ini, belajar sains menjadi lebih mudah karena tidak perlu mengeja satu-persatu."
Bahasa isyarat sains ini tidak hanya digunakan McMulkin sendiri. Kumpulan isyarat sains ini telah diakui dalam BSL, bahasa isyarat resmi di Britania Raya, dan telah digunakan oleh para penyandang tunarungu di negeri itu.
September mendatang, McMulkin akan kembali kuliah untuk mengejar gelar master. Ia berharap ingin menjadi peneliti sambil memperbanyak kosa kata baru dalam bahasa isyarat yang dapat mempermudah belajar sains bagi semua orang.