7 Kebiasaan yang Tingkatkan Risiko Serangan Jantung di Usia Muda

Jangan abaikan kebiasaan yang sebabkan serangan jantung ini

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 19 Feb 2020, 20:05 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2020, 20:05 WIB
20151013-Ilustrasi-Serangan-Jantung
Ilustrasi Serangan jantung (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Angka kematian akibat serangan jantung makin meningkat seiring waktu. Kini serangan jantung tak hanya dialami oleh lanjut usia, melainkan pada generasi muda. Kini tingkat serangan jantung meningkat pada orang dewasa berusia antara 20-an dan 30-an. 

Menurut American College of Cardiology di tahun 2019, proporsi orang dewasa di bawah 40 yang mengalami serangan jantung naik 2 persen per tahun selama 10 tahun terakhir. Sejumlah faktor dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan penyakit jantung lainnya.

Faktor penyebab serangan jantung pada usia muda ini bisa disebabkan oleh kebiasaan buruk tertentu. Kebiasaan yang membahayakan kesehatan jantung ini bahkan kerap tidak disadari generasi muda. Berikut 7 kebiasaan yang bisa meningkatkan risiko serangan jantung di usia muda, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu(19/2/2020).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kurang tidur

Kurang tidur (iStock)
Ilustrasi kurang tidur (iStockphoto)

Jumlah tidur yang tepat adalah pelindung pada kesehatan jantung. Durasi tidur dapat memengaruhi risiko seseorang terkena serangan jantung, terlepas dari faktor risiko jantung lainnya, termasuk yang genetik.

Dilansir dari Medical News Today, menurut penelitian oleh American College of Cardiology, mengungkapkan bahwa mereka yang tidur kurang dari 6 jam per malam memiliki risiko 20% lebih tinggi terkena serangan jantung pertama dibandingkan dengan mereka yang tidur 6-9 jam. Sementara itu, mereka yang tidur lebih dari 9 jam memiliki risiko 34% lebih tinggi terkait serangan jantung.


Merokok

Merokok
Ilustrasi Merokok (sumber: unsplash)

Merokok adalah penyebab utama penyakit jantung. Zat kimia dalam asap tembakau merusak sel darah. Mereka juga dapat merusak fungsi jantung dan struktur dan fungsi pembuluh darah. Kerusakan ini meningkatkan risiko aterosklerosis.

Ketika dikombinasikan dengan faktor-faktor risiko lain - seperti kadar kolesterol darah yang tidak sehat, tekanan darah tinggi, dan kelebihan berat badan atau obesitas, merokok semakin meningkatkan risiko penyakit jantung dan serangan jantung.


Malas berolahraga

Ilustrasi Malas
Ilustrasi malas (dok. Pixabay.com/Putu Elmira)

Berolahraga setiap hari adalah faktor penting lain yang berkontribusi terhadap kesehatan jantung. Tak jarang anak muda sering malas berolahraga. Jantung membutuhkan latihan sama seperti otot lainnya. Otot yang digunakan secara teratur menjadi lebih kuat dan lebih sehat.

Saat berolahraga, jantung dapat memompa lebih banyak darah ke seluruh tubuh dan terus bekerja dengan efisiens. Menurut American Heart Association, berolahraga 30 menit sehari lima hari seminggu akan meningkatkan kesehatan jantung dan membantu mengurangi risiko penyakit jantung.


Stres

Liputan 6 default 3
Ilustraasi foto Liputan 6

Stres memacu tubuh untuk melepaskan adrenalin yang bisa membuat detak jantung meningkat dan tekanan darah naik. Seiring waktu, terlalu banyak stres dapat merusak pembuluh darah di jantung dan meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

Studi juga menghubungkan stres dengan perubahan cara pembekuan darah, yang membuat serangan jantung lebih mungkin terjadi. Selain itu, beberapa cara menghilangkan stres juga berpengaruh pada kesehatan jantung. Beberapa orang mengatasi stres dengan makan makanan tidak sehat, merokok, dan minum alkohol. Semua cara ini makin memperburuk kondisi jantung.


Duduk terlalu lama

Liputan 6 default 3
Ilustraasi foto Liputan 6

Duduk terlalu lama, atau kurang aktif dapat menjadi pemicu serangan jantung. Kini tak sedikit orang dewasa yang lebih muda menghabiskan waktunya duduk 8 jam di kantor. Aktivitas yang tak disertai olahraga dan pola hidup sehat akan berdampak buruk pada kesehatan jantung.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada Januari 2014 di American Heart Association, dibandingkan dengan orang-orang dengan gaya hidup aktif, mereka yang tidak bergerak cukup dan cenderung duduk selama lima jam atau lebih setiap hari memiliki dua kali lipat risiko gagal jantung.


Pola makan yang buruk

Lip 6 default image
Gambar ilustrasi

Pola makan yang buruk seperti makan makanan berlemak, makanan olahan, dan menghindari sayur dan buah bisa menjadi pemicu penyakit jantung. Jumlah terbesar kematian akibat penyakit jantung dikaitkan dengan asupan tinggi daging olahan dan minuman manis dengan asupan sayuran dan buah yang rendah.

Para peneliti dari Tufts University di Boston, University of Cambridge di Inggris dan Montifiore Medical Center di New York mereka menunjukkan bahwa sekitar 45 persen kematian terkait dengan kebiasaan makan yang tidak sehat dikaitkan dengan pengaruh kesehatan jantung dan metabolisme.


Mengabaikan medical check-up

Ilustrasi Cek Kesehatan
Ilustrasi Cek Kesehatan

Medical check-up kerap kali dilewatkan. Padahal, pemeriksaan ini sangat penting untuk mengetahui kondisi kesehatan secara berkala. Secara umum medical check-up akan memeriksa indeks masa tubuh, gula darah, tekanan darah, kolesterol, dan rekam jantung. Semua proses ini dapat mengetahui kesehatan jantung secara keseluruhan.

Dengan melakukan medical check-up seseorang bisa mendeteksi secara dini jika ada masalah jantung. Melakukan medical check-up jantung dapat mendeteksi adanya penyempitan pembuluh darah yang menyebabkan serangan jantung.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya