Liputan6.com, Jakarta Penyakit jiwa Schizophrenia merupakan gangguan jiwa terbanyak yang dialami orang dewasa di Indonesia setelah gangguan bipolar dan depresi. Penyakit jiwa Schizophrenia perlu mendapat perhatian khusus karena orang yang mengalami penyakit ini tidak mampu menjalani hidupnya dengan produktif.
Bukan hanya itu, apabila penyakit jiwa Schizophrenia cukup berat, tidak jarang penderitanya dikucilkan dan dipasung. Penyakit jiwa Schizophrenia merupakan kondisi jangka panjang yang dapat membutuhkan penanganan seumur hidup dan dapat terjadi pada siapa saja.
Advertisement
Baca Juga
Seseorang yang mengalami penyakit jiwa Schizophrenia seakan-akan memiliki dunia sendiri. Karena penyakit jiwa Schizophrenia tidak bisa dianggap sepele, orang-orang di sekitarnya harus selalu mendukung agar mereka berkeinginan untuk berobat ke dokter.
Hal ini bertujuan agar kekambuhan penyakit ini dapat dikontrol dan dikendalikan, sehingga pengidap dapat kembali menjalani hidup layaknya orang normal. Berikut ulasan penyakit jiwa Schizophrenia yang telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Minggu (23/2/2020).
Mengenal tentang Penyakit Jiwa Schizophrenia
Schizophrenia merupakan bahasa Inggris dari istilah skizofrenia yang memiliki arti pikiran terbagi atau terpecah, di mana hal ini mengacu pada terganggunya keseimbangan pada emosi dan pikiran.
Melansir dari Mayo Clinik dan WebMD, skizofrenia juga diartikan sebagai sekelompok gangguan berat pada otak di mana orang akan menafsirkan realitas dengan abnormal, tidak seperti orang pada umumnya.
Orang yang mengalami hal ini akan mengalami beberapa hal seperti halusinasi, khayalan, dan gangguan pada pemikiran dan perilaku. Mayoritas penderitanya mengalami rasa takut yang luar biasa. Biasanya penyakit jiwa Schizophrenia muncul pada usia dewasa.
Penyakit jiwa Schizophrenia bisa dikatakan merupakan sebuah kondisi yang kronis. Pasalnya, penderitanya tidak dapat dilepaskan dari yang namanya pengobatan. Mereka harus mendapatkan perawatan seumur hidupnya. Namun, apabila kondisi ini ditangani sejak dini, maka peluang kesembuhan cukup besar.
Â
Advertisement
Penyebab Penyakit Jiwa Schizophrenia
Penyebab penyakit jiwa Schizophrenia belum diketahui. Namun, beberapa peneliti percaya bahwa penyakit ini dapat terjadi akibat unsur kimia pada otak bermasalah, termasuk neurotransmiter dopamin dan glutamat.
Hal ini telah dibuktikan dari sebuah studi neuroimaging yang menunjukkan perbedaan dalam struktur otak dan sistem saraf pusat dari penderita Schizophrenia. Selain itu, para peneliti juga percaya bahwa faktor genetika dan lingkungan turut berkontribusi dalam perkembangan penyakit ini.
Namun, ada beberapa faktor yang tampaknya dapat meningkatkan risiko penyakit ini timbul dan berkembang, seperti:
- Kondisi hidup yang penuh stres
- Sering mengonsumsi obat psikoaktif selama masa remaja dan dewasa muda
- Sering terkena paparan virus, racun, atau kekurangan gizi selama masa kehamilan, khususnya pada trimester pertama dan kedua
Â
Â
Penyakit Jiwa Schizophrenia bukan Gila
Predikat 'gila' sebaiknya tidak digunakan untuk pengidap penyakit jiwa Schizophrenia. Sebab ungkapan tersebut akan membuat banyak orang takut dan memandang pengidap penyakit jiwa Schizophrenia sebagai orang aneh yang harus dijauhi.
Padahal, yang harus dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya adalah mendukung pengidap penyakit jiwa Schizophrenia agar mereka berkeinginan untuk berobat ke dokter. Hal ini bertujuan agar kekambuhan penyakit ini dapat dikontrol dan dikendalikan, sehingga pengidap dapat kembali menjalani hidup layaknya orang normal.
Advertisement
Penyakit Jiwa Schizophrenia Ada Lima Subtipe
Paranoid
Orang yang mengalami hal ini akan sering berkhayal dan mengalami halusinasi, biasanya pada pendengaran. Penderitanya sering mendengar suara-suara pada telinganya, padahal suara itu tidak didengarkan oleh orang lain.
Namun, fungsi intelektual dari penderitanya biasanya relatif normal. Jika seseorang mengalami paranoid, biasanya penderitanya lebih sering menunjukkan kemarahan, bersikap acuh tak acuh, dan cemas. Namun, hal ini masih bisa disembuhkan.
Katatonik
Seseorang yang mengalami subtipe dari Schizophrenia ini seringkali melakukan kegiatan dan gerakan yang tidak berarti. Mereka juga akan menarik diri dari lingkungan sosial. Mereka lebih senang menyendiri dan tidak melakukan interaksi dengan orang lain.
Tidak Teratur
Jenis penyakit jiwa Schizophrenia ini ditandai dengan ucapan dan perilaku yang tidak teratur atau sulit dipahami. Misalnya tertawa tanpa alasan yang jelas. Mereka juga sering meluapkan emosi yang tidak pantas.
Selain itu, orang yang mengalami hal ini akan terlihat sibuk dengan pemikiran atau persepsi mereka sendiri. Sangat kecil kemungkinan untuk menyembuhkan jenis Schizophrenia ini.
Diferentiatif
Dibandingkan dengan subtipe lainnya, jenis Schizophrenia ini adalah jenis yang paling banyak dialami oleh para penderitanya. Gejala yang ditimbulkan merupakan kombinasi dari beberapa subtipe dari Schizophrenia.
Residual
Orang yang mengalami hal ini biasanya tidak akan menunjukkan gejala-gejala positif dari penyakit jiwa Schizophrenia, seperti berkhayal, halusinasi, tidak teratur dalam berbicara dan berperilaku. Biasanya, jenis penyakit ini akan terdiagnosa setelah salah satu dari empat subptipe Schizophrenia telah terjadi.
Meski sudah dijelaskan mengenai subtipe dari penyaki Schizophrenia, namun sangat sulit untuk menentukan jenis Schizophrenia mana yang dialami oleh si penderita. Sebab, mayoritas dari penderita akan menunjukkan gejala-gejala yang hampir sama dengan penderita lainnya.Â
Apabila penderita sudah menunjukkan beberapa gejala yang dianggap sudah mewakili penyakit jiwa Schizophrenia, maka pengobatan harus dilakukan dengan cepat. Sebab, bila tidak, hal ini dapat menimbulkan beberapa masalah lain.
Seringkali, penderita ingin berbuat sesuatu yang dapat menyakiti dirinya sendiri. Bila hal itu tidak berhasil dilakukan, mereka mungkin akan mencoba untuk bunuh diri. Â
Gejala Penyakit Jiwa Schizophrenia
Tanda dan gejala penyakit jiwa Schizophrenia seringkali dikaitkan dengan penyakit mental lainnya. Hal ini dikarenakan tanda dan gejala dari penyakit ini memang hampir sama dengan tanda dan gejala penyakit mental lainnya.
Inilah yang membuat penyakit jiwa Schizophrenia sulit didiagnosis. Berikut tanda dan gejala penyakit jiwa Schizophrenia:
Gejala Positif
Fungsi otak dari penderita penyakit jiwa Schizophrenia akan bekerja lebih aktif atau bisa dikatakan berlebihan. Hal ini menyebabkan otak bekerja dengan tidak normal. Akibatnya, penderita akan mengalami beberapa hal seperti ini:
Berkhayal
Ini merupakan hal yang paling umum dialami oleh para penderita Schizophrenia. Mereka memiliki keyakinan yang berbeda dengan orang normal. Mereka akan melihat realitas yang berbeda pula. Selain itu, penderita juga sering salah menafsirkan persepsi.
Halusinasi
Orang yang mengalami penyakit ini sering berhalusinasi. Mereka seringkali melihat atau mendengar hal-hal yang sebenarnya tidak ada.
Gangguan Pikiran
Penderita Schizophrenia akan kesulitan berbicara dan mengatur pikirannya sehingga hal ini mengganggu kemampuan berkomunikasi.
Perilaku Tidak Teratur
Orang yang mengalami Schizophrenia sering berperilaku aneh, seperti anak kecil yang melakukan hal-hal konyol.
Selain keempat hal di atas, para penderitanya juga sering curiga dan mereka seolah-olah berada di bawah pengawasan yang ketat. Hal itu menyebabkan mereka merasa tertekan.
Gejala Negatif
Gejala ini mengacu pada berkurangnya atau bahkan tidak adanya karakteristik fungsi otak yang normal. Gejala ini mungkin muncul disertai atau tanpa adanya gejala positif. Gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain:
- Sulit mengekspresikan emosi
- Menarik diri dari lingkungan sosial
- Kehilangan motivasi
- Tidak minat melakukan kegiatan sehari-hari
- Mengabaikan kebersihan pribadi
Gejala-gejala tersebut seringkali dianggap sebagai kemalasan yang biasa dialami oleh tiap orang. Namun, hal itu ternyata keliru.
Gejala Kognitif
Jenis gejala ini akan menimbulkan masalah pada proses berpikir. Tanda dan gejala yang mungkin timbul, antara lain:
- Masalah dalam membuat informasi yang masuk akal dan dapat dimengerti
- Sulit berkonsentrasi
- Masalah pada memori otak
Selain ketiga gejala di atas, penyakit Schizophrenia juga akan menimbulkan masalah pada suasana hati. Para penderitanya akan mengalami depresi, cemas, dan seringkali mencoba untuk bunuh diri.
Gejala-gejala dari penyakit ini lambat laun dapat melumpuhkan para penderitanya. Sebab, hal ini sangatlah mengganggu kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari. Namun, apabila penderitanya masih berusia remaja, gejala yang ditimbulkan sulit untuk dideteksi dan kemudian dianggap sebagai penyakit Schizophrenia. Sebab, pada usia tersebut mereka pasti akan mengalami hal-hal ini yang ternyata merupakan gejala dari penyakit Schizophrenia:
- Menarik diri dari keluarga dan teman
- Penurunan kinerja di sekolah
- Sulit tidur
- Cepat emosi
Namun, bila dibandingkan dengan orang dewasa, anak muda cenderung kurang mengalami khayalan dan lebih cenderung mengalami halusinasi visual.
Â
Advertisement
Cara Menangani Penderita Penyakit Jiwa Schizophrenia
Penyakit jiwa Schizophrenia dapat membutuhkan penanganan seumur hidup, walaupun gejala sudah mereda. Penanganan dengan pengobatan dan terapi psiko-sosial dapat membantu menangani kondisi ini.
Pada kasus tertentu, rawat inap dapat dibutuhkan. Penanganan dari Schizophrenia umumnya melibatkan psikiater, psikolog, pekerja sosial, perawat psikiatri, serta case manager untuk mengkoordinasikan pelayanan.
Pengobatan merupakan salah satu hal yang penting pada penanganan Penyakit Jiwa Schizophrenia. Pengobatan anti-psikotik yang umum digunakan dapat mengendalikan gejala dengan memengaruhi kadar dopamin pada otak.
Tujuan dari pengobatan dengan anti-psikotik adalah untuk menangani tanda dan gejala secara efektif dengan dosis paling minimal yang memungkinkan. Dokter yang merawat dapat menggunakan beberapa jenis obat, dengan dosis yang berbeda, atau kombinasi jenis pengobatan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pengobatan Schizophrenia juga dapat menyebabkan beberapa efek samping, salah satunya adalah gangguan anggota gerak.
Selain pengobatan, intervensi psikologis dan sosial juga berperan pada penanganan Schizophrenia. Salah satu hal yang dapat dilakukan mencakup terapi individual dengan cara psikoterapi untuk membantu menyusun pola pikir, mengetahui cara mengatasi stres, dan menangani tanda dan gejala yang timbul. Selain itu, juga dapat dilakukan pelatihan keterampilan sosial, terapi keluarga, serta rehabilitasi pekerjaan.
Sebagian orang dengan Schizophrenia juga membutuhkan dukungan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh sebab itu, anggota keluarga atau kerabat yang tinggal bersama juga memiliki peran yang penting dalam penanganan pada orang dengan Schizophrenia.