Pemerintah Ungkap Belum Ada Temuan Bukti Mutasi Baru COVID-19 di Indonesia

Pemerintah antisipasi jika ada temuan kasus COVID-19 varian baru.

oleh Novita Ayuningtyas diperbarui 27 Des 2020, 14:15 WIB
Diterbitkan 27 Des 2020, 14:15 WIB
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19.
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta Adanya temuan mutasi genetik COVID-19 di Inggris beberapa waktu belakangan menjadi sorotan masyarakat luas. Tak hanya di Inggris saja, beberapa pasien positif COVID-19 varian baru juga telah ditemukan di beberapa negara lainnya termasuk di Singapura.

Meski negara tetangga telah melaporkan adanya pasien positif COVID-19 dengan mutasi genetik baru, Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro menyebut jika hingga saat ini belum ada bukti jika mutasi genetik COVID-19 telah ada di Indonesia. Hal ini ia sampaikan melalui channel YouTube BNPB pada Kamis (24/12/2020) lalu.

Tak hanya itu saja, Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio juga menyebut jika belum ada temuan mengenai COVID-19 jenis baru atau B117 di Indonesia.

"Ya kami meneliti whole genetics sudah sejak lama, tapi sampai saat ini yang sudah dianalisis belum ditemukan varian tersebut tapi kami masih akan meneliti varian virus virus baru. Masih butuh waktu," ujar Amin, Jumat (25/12/2020).

Baru lakukan uji terhadap 115 virus

Tak hanya menyebutkan jika belum ada penemuan mutasi COVID-19 di Indonesia saja, akan tetapi Amin menyebutkan jika jumlah penelitian yang dilakukan di Indonesia dan Inggris berbeda.

Di Indonesia diketahui baru melakukan penelitian terhadap 115 genetik virus. Sedangkan Inggris telah melakukan puluhan ribu jenis virus. Hal ini pula yang menyebabkan jika pelacakan mutasi virus COVID-19 di Inggris lebih cepat terlihat.

"Sebetulnya caranya sama. Caranya dengan uji lab sequence artinya cara yang dipakai untuk mendeteksi baik yang di Inggris maupun di Australia atau Singapura itu sama persis seperti yang dilakukan di Eijkman, hanya saja mereka melakukannya lebih massif di Inggris, kalau di Indonesia baru 115 virus yang dianalisis kalau di Inggris sudah puluhan ribu," paparnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya