Selamatkan Anak dari Bahaya COVID-19, Pahami Gejala dan Cara Mencegahnya

Berdasarkan data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) per 21 Juni 2021, 1 dari 8 pasien COVID-19 di Indonesia adalah anak-anak.

oleh Septika Shidqiyyah diperbarui 27 Jun 2021, 18:14 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2021, 17:45 WIB
Ilustrasi anak tertular COVID-19 (Liputan6.com / Abdillah)
Ilustrasi anak tertular COVID-19 (Liputan6.com / Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta Seiring lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia, angka infeksi pada anak usia 0-18 tahun juga meningkat tajam. Berdasarkan data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) per 21 Juni 2021 menunjukkan satu dari 8 pasien COVID-19 di Indonesia adalah anak-anak.

Kelompok usia anak dan remaja yang tertinggi tertular virus Covid-19 adalah umur 6-18 tahun. Ada 252.264 anak yang positif Covid-19 dari total 2.018.113 kasus positif di seluruh Indonesia.

"Data Satgas Nasional, saat ini proporsi kasus kematian COVID-19 pada anak usia nol sampai 18 tahun itu, satu dari delapan kasus konfirmasi positif COVID-19 adalah anak," kata Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Aman Bhakti Pulungan.

Peningkatan kasus pada anak di Indonesia jadi bukti orangtua dan orang dewasa lengah dalam menerapkan protokol kesehatan turut memberi andil. Di tengah lonjakan kasus COVID-19 saat ini, para orangtua tidak boleh lengah dalam memberikan perlindungan kepada anak dari virus itu.

"Jangan terlena dengan anggapan bahwa anak lebih tahan terhadap COVID-19. Pada kenyataannya, kali ini kasusnya meningkat tajam," kata Adrianti dalam rilis yang diterima Liputan6.com.

Apalagi anak belum bisa mendapatkan vaksin COVID-19. Hal ini membuat mereka rentan terpapar dan alami kondisi parah akibat virus itu.

Jumlah kematian anak akibat COVID-19 tinggi

Ada lebih dari 7.100 anak dan remaja meninggal karena COVID-19. Sekitar 0,3 persen dari 2,4 kasus juta kematian COVID-19 di 78 negara. Data ini hasil penelitian Universitas John Hopkins, UNICEF. Masih dari data yang sama, ada sekitar 12 juta kasus Covid-19 yang menyerang anak-anak dan remaja.

Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu negara dengan angka kematian tinggi akibat Covid-19. Bahkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut kasus kematian anak di Indonesia jadi yang tertinggi dunia. Case fatality atau tingkat kematian mencapai tiga hingga lima persen.

Dari total kasus kematian Covid-19 pada anak, 50 persen dikontribusikan usia balita (bawah lima tahun).

Minimnya fasilitas kesehatan khusus anak yang terpapar Covid-19 juga diakui dr Aman Pulungan. Tidak hanya fasilitas, kekurangan juga terjadi pada sumber daya manusia, dokter dan perawat yang menangani pasien anak. Hingga kekurangan obat-obatan khusus anak.

"Sampai saat ini bahkan ICU khusus anak ini tidak tersedia di sebagian besar rumah sakit," kata Aman.

Gejala COVID-19 pada anak

Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra dalam diskusi virtual beberapa waktu lalu menjelaskan, gejala COVID-19 pada anak yang umum biasanya berupa demam.

"Pada orang dewasa banyak yang orang tanpa gejala, tetapi pada anak itu biasanya ada reaksi demam, karena antibodi pada anak-anak memang lebih sensitif," kata Hermawan dikutip dari saluran Youtube FMB9ID_IKP, Kamis, 24 Juni 2021.

Selain itu, menurut Hermawan, pada anak-anak biasanya COVID-19 juga menimbulkan batuk. "Sehingga kalau ciri-ciri demam, batuk, ditambah dengan pilek, itu samar sekali dengan influenza biasa."

Kemiripan COVID-19 dengan flu biasa pada anak inilah yang menuntut agar orangtua memiliki kewaspadaan lebih tinggi.

"Dalam keadaan seperti ini orangtua harus punya awareness lebih. Jangan sampai menyederhanakan seperti 'ini batuk pilek biasa' tetapi harus lebih," kata Hermawan.

Hermawan melanjutkan, saat ini kasus COVID-19 pada anak bisa dikatakan sangat tinggi.

"Dengan adanya percepatan penularan virus melalui varian baru, anak-anak itu menjadi sangat empuk buat virus corona."

Hermawan mengatakan, kasus ini harus jadi perhatian masyarakat, khususnya orangtua, serta tenaga epidemiologi yang melakukan surveilans, agar tidak berhenti melakukan tracing atau pelacakan pada orang dewasa saja.

"Anak-anak boleh jadi tidak merasakan gejala, tetapi kewaspadaan seringkali harus lebih pada orangtua. Ini kondisi yang membedakan kita dari situasi biasa, karena gejalanya agak samar dengan influenza."

"Bahkan anak-anak tanpa penyakit lain-lain pun, kalau ada substance apapun apakah bakteri, virus, atau jamur, pasti ada respon demam. Itu bagian dari gejala yang khas pada anak."

Gejala Covid-19 yang muncul pada anak mirip seperti gejala yang dialami orang dewasa. Anak yang terinfeksi Covid-19 biasanya mengalami salesma, seperti batuk dan pilek. Kemudian anosmia, diare dan lemas otot. Namun, gejala Covid-19 yang paling banyak ditemukan pada anak adalah diare.

"Hanya saja memang sebagian besar anak itu lebih banyak yang gejalanya ringan atau asimtomatik atau tanpa gejala," ujar anggota Satgas Covid-19 IDAI, dr. Nastiti Kaswandani.

Cara mencegah penularan virus COVID-19 pada anak

Merespons ancaman COVID-19 terhadap anak, Deputi Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Nahar mengatakan, fakta ini menjadi peringatan kepada orang tua agar disiplin menerapkan protokol kesehatan. Terutama saat di dalam rumah dan bersinggungan dengan anak.

"Ini menjadi warning kepada keluarga yang tinggal bersama anak. Pastikan protokol kesehatan di dalam rumah berjalan. Mengetahui bagaimana seharusnya berhubungan dengan anak di masa pandemi ini," kata Nahar seperti dikutip dari Merdeka.com.

Para orang tua yang seharian beraktivitas di luar, harus menjalani protokol kesehatan ketika tiba di rumah. Sebab, anak yang selalu ada di rumah rentan tertular jika orang tua yang beraktivitas di luar tidak menerapkan protokol kesehatan.

"Ya itu, mengganti baju, langsung mandi. Baru sentuh anak. Karena kita tidak tahu kan kuman atau bahkan virus yang menempel di badan setelah seharian berkaktivitas di luar," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya