Liputan6.com, Jakarta Penyebab rematik kambuh dipengaruhi oleh berbagai faktor. Selain faktor genetik, pola hidup yang tidak sehat menjadi faktor utama seseorang mengalami penyakit ini. Mengenali penyebabnya ini tentu sangat penting agar kamu bisa menghindarinya.
Baca Juga
Advertisement
Rematik merupakan penyakit yang menyerang persendian, dan dapat menyerang persendian manapun di dalam tubuh. Rematik menimbulkan nyeri yang berkepanjangan yang bisa sangat menyakitkan.
Penyebab rematik kambuh perlu dikenali untuk mencegahnya terjadi. Selain itu, mengenali gejala rematik juga perlu kamu ketahui agar dapat menanganinya dengan cepat.
Persendian yang sering terkena rematik adalah persendian pada kaki dan juga tangan. Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (5/7/2021) tentang penyebab rematik kambuh.
Gejala Rematik
Sebelum mengetahui penyebab rematik kambuh, kamu perlu mengenali gejalanya terlebih dahulu. Ada beberapa gejala yang bisa dirasakan penderita rematik, di antaranya adalah:
Kelelahan. Kelelahan bisa muncul sebelum timbulnya gejala lain dalam beberapa minggu atau bulan. Kelelahan terkadang disertai dengan perasaan tidak sehat atau bahkan depresi.
Kekakuan pagi. Rasa kaku di pagi hari seringkali merupakan tanda awal radang sendi seperti rematik. Kekakuan yang berlangsung selama beberapa menit biasanya merupakan gejala dari bentuk artritis yang dapat memburuk seiring waktu tanpa pengobatan yang tepat.
Kekakuan sendi. Kekakuan pada satu atau lebih sendi yang lebih kecil adalah tanda awal rheumatoid arthritis yang umum. Biasanya, kekakuan dimulai di persendian tangan. Biasanya muncul perlahan, meski bisa datang tiba-tiba dan memengaruhi banyak sendi selama satu atau dua hari.
Nyeri sendi. Kekakuan sendi sering kali diikuti dengan nyeri sendi atau nyeri saat bergerak atau saat istirahat. Ini juga memengaruhi kedua sisi tubuh secara merata.
Pembengkakan sendi ringan. Peradangan ringan pada persendian biasanya terjadi sejak dini, menyebabkan persendian bengkak. Pembengkakan ini biasanya berhubungan dengan panasnya persendian. Pembengkakan dapat berlangsung dari beberapa hari hingga beberapa minggu, dan pola ini diperkirakan akan meningkat seiring waktu.
Demam. Rheumatoid arthritis juga sering disertai demam. Nyeri sendi dan peradangan yang disertai demam mungkin merupakan tanda peringatan dini terkait rheumatoid arthritis.
Mati rasa dan kesemutan. Peradangan tendon bisa memberi tekanan pada saraf. Ini dapat menyebabkan mati rasa, kesemutan, atau rasa terbakar di tangan. Sendi tangan atau kaki bahkan dapat menghasilkan suara mencicit atau berderak saat tulang rawan yang rusak bergesekan dengan sendi saat bergerak.
Menurunnya pergerakan tubuh. Peradangan pada persendian dapat menyebabkan tendon dan ligamen menjadi tidak stabil atau berubah bentuk. Saat penyakit berkembang, beberapa sendi mungkin tidak dapat ditekuk atau diluruskan.
Advertisement
Penyebab Rematik Kambuh
Dilansir dari Mayo Clinic, penyebab rematik kambuh terjadi ketika sistem kekebalan menyerang sinovium, lapisan selaput yang mengelilingi persendian. Peradangan yang dihasilkan mengentalkan sinovium yang pada akhirnya dapat menghancurkan tulang rawan dan tulang di dalam sendi.
Pada kondisi ini tendon dan ligamen yang menahan sendi melemah dan meregang. Secara bertahap, sendi kehilangan bentuk dan kesejajarannya. Genetik adalah salah satu penyebab yang paling besar memengaruhi rematik. Selain itu, faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko rematik.
Faktor Penyebab Rematik Kambuh
Dirangkum dari Healthline, berikut beberapa faktor penyebab rematik kambuh:
- Genetik. Riwayat dalam keluarga dapat meningkatkan peluang untuk mengembangkan rematik. Jika anggota keluarga menderita rheumatoid arthritis, kamu mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit tersebut.
- Infeksi. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science Translational Medicine dari Johns Hopkins University pada Desember 2016 menemukan bakteri yang diketahui menyebabkan infeksi gusi inflamasi kronis dapat memicu RA. Virus juga dapat berperan dalam memicu RA. Menurut Klinik Cleveland, orang dengan RA, rata-rata, memiliki tingkat antibodi yang lebih tinggi terhadap virus Epstein-Barr.
- Trauma. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Open Access Rheumatology, trauma dapat memicu peradangan yang dapat menyebabkan rematik. Contoh trauma meliputi patah tulang, dislokasi sendi, dan kerusakan ligamen. Trauma biasanya menyebabkan peradangan yang suatu hari bisa menyebabkan rheumatoid arthritis.
Faktor Penyebab Rematik Kambuh
- Merokok. Merokok dapat memengaruhi penyebab rematik kambuh, tingkat keparahan gejala, dan efektivitas pengobatan. Sebuah studi menunjukkan bahwa merokok setiap hari dapat melipatgandakan risiko wanita terkena RA. Jika penderita rematik memerlukan operasi, merokok dapat meningkatkan kemungkinan komplikasi.
- Hormon. Rheumatoid arthritis lebih banyak diderita wanita daripada pria. Diyakini, kadar hormon wanita dapat berkontribusi pada perkembangan penyakit. Misalnya, beberapa wanita mungkin mengalami fluktuasi gejala rematik saat mereka hamil. Gejala seorang wanita bisa mereda saat dia hamil dan kemudian memburuk setelah kehamilan.
Menyusui, dan peningkatan kadar hormon yang terkait dengannya, juga dapat memperburuk gejala rematik. Menggunakan alat kontrasepsi juga dikaitkan dengan peningkatan risiko pengembangan rematik.
- Iritan dan polutan. Meskipun kurang dipahami, beberapa paparan seperti asbes atau silika dapat meningkatkan risiko pengembangan rheumatoid arthritis. Para peneliti telah mengaitkan paparan iritan udara dengan pengembangan rematik, ini termasuk asap rokok, polusi udara, dan insektisida.
- Obesitas. Menurut Arthritis Foundation, diperkirakan dua pertiga orang dengan rheumatoid arthritis mengalami obesitas atau kelebihan berat badan. Lemak dalam tubuh dapat melepaskan protein yang berhubungan dengan penyebab peradangan. Secara khusus, lemak melepaskan sitokin, yang juga merupakan senyawa yang dilepaskan pada sendi yang meradang.
Semakin seseorang kelebihan berat badan, semakin parah gejala rematik mereka. Obesitas juga tampaknya memengaruhi pengobatan rematik. Kelas obat anti-RA yang dikenal sebagai obat antirematik modifikasi penyakit (DMARDs), kurang efektif selama setahun pada orang yang kelebihan berat badan.
Advertisement
Cara Mencegah Rematik Agar Tidak Kambuh
Rematik dapat menurunkan kualitas hidup bagi yang mengalaminya. Namun ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk menurunkan kemungkinan penyebab rematik kambuh. Untuk mencegah kekambuhan atau mengurangi sakit, penting bagi penderitanya untuk melakukan pola hidup yang sehat.
Berikut beberapa cara untuk menurunkan kemungkinan penyebab rematik kambuh:
1. Olahraga Rutin
Melakukan olahraga yang tepat, akan membuat rasa sakit akibat rematik berangsur-angsur hilang. Selain itu, sendi-sendi tubuh akan menjadi fleksibel.
Fokuskan latihan pada sendi-sendi tubuh, namun jangan terlalu berat karena akan menimbulkan cedera dan memperparah kondisi.
2. Menjaga Nutrisi
Untuk meningkatkan kekuatan dan kesehatan sendi, perbanyak jumlah buah-buahan dan sayuran dalam menu makan kamu. Kurangi mengonsumsi daging.
Singkirkan kemak jenuh dengan lemak yang lebih sehat. Hal ini bisa kamu dapatkan pada minyak zaitun, alpukat, dan kacang-kacangan.
Tak hanya itu, dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan asam lemak omega-3 juga terbukti mengurangi peradangan, di antaranya seperti salmon, sarden, biji-bijian, dan bawang putih.
3. Mengurangi Stres
Penelitian menunjukkan pentingnya sikap psikologis dalam meredakan sakit akibat radang sendi. Jika menderita radang sendi, kamu harus bisa belajar memahaminya.
Jangan memaksakan diri mengerjakan semua hal saat kamu tidak merasakan sakit. Hal ini akan membuat kamu kelelahan dan kesakitan di hari berikutnya. Lakukan sedikit demi sedikit setiap hari, baik saat mengalami sakit ataupun tidak.
4. Jangan Memposisikan Sendi dalam Satu Posisi Terlalu Lama
Hindari melakukan gerakan yang membuat persendian tertekan semakin kuat. Kalau kamu melakukan hal ini, maka persendian akan mudah bengkak dan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.
Biasakan diri untuk menggerakkan sendi secara konstan, jangan membiarkan sendi pada posisi yang sama terlalu lama.