Animisme adalah Kepercayaan Pada Roh yang Mendiami Benda-benda, Ini Jejak Keberadaannya

Pemuja animisme adalah percaya bahwa benda-benda tertentu memiliki jiwa atau roh, tak hanya makhluk hidup.

oleh Laudia TysaraFitriyani Puspa Samodra diperbarui 13 Agu 2024, 13:17 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2021, 13:00 WIB
20150822-Festival-Pontianak-Suku-Dayak-Landak
Sejumlah warga suku Dayak bersiap meriahkan pagelaran Karnaval Katulistiwa di Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (22/8/2015). Kegiatan ini dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-70 Kemerdekaan Republik Indonesia. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Mengenal animisme adalah paham kepercayaan atau pemujaan kepada jiwa atau roh. Pemuja animisme adalah percaya bahwa benda-benda tertentu memiliki jiwa atau roh, tak hanya

Animisme adalah salah satu kepercayaan awal yang muncul sejak zaman prasejarah. Kata "animisme" berasal dari bahasa Latin anima, yang berarti jiwa atau roh. Kepercayaan ini menganggap bahwa semua benda selain manusia, baik yang bergerak seperti hewan, maupun yang tidak bergerak seperti batu dan pohon, memiliki roh atau jiwa.

Animisme adalah kepercayaan yang menganggap setiap objek di alam memiliki roh yang harus dihormati. Jika tidak, roh-roh tersebut bisa menyebabkan masalah atau gangguan. Jadi, penganut animisme percaya bahwa menjaga hubungan baik dengan roh-roh ini sangat penting.

Selain itu, animisme juga mengajarkan bahwa roh orang yang sudah meninggal bisa memasuki tubuh hewan. Dengan demikian, animisme juga sering dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap roh leluhur. Berikut ulasan lebih lanjut tentang animisme adalah kepercayaan pada roh yang mendiami benda-benda, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (13/8/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Apa Itu Kepercayaan Animisme?

Animisme adalah salah satu bentuk kepercayaan primitif yang menganggap bahwa semua benda dan makhluk di alam ini memiliki jiwa atau roh. Istilah "animisme" berasal dari bahasa Latin anima, yang berarti jiwa atau roh. Kepercayaan ini menganggap bahwa roh-roh tersebut dapat mempengaruhi kehidupan manusia dan harus dihormati untuk menjaga keseimbangan dan harmoni.

Dalam animisme, setiap objek, baik itu yang hidup seperti hewan dan tumbuhan, maupun yang tidak hidup seperti batu dan pohon, dianggap memiliki roh atau jiwa. Penganut animisme percaya bahwa roh-roh ini memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kehidupan manusia, baik secara positif maupun negatif. Oleh karena itu, mereka melakukan ritual dan upacara untuk menghormati roh-roh tersebut dan menjaga hubungan yang baik dengan mereka.

Animisme juga sering melibatkan kepercayaan bahwa roh-roh orang yang telah meninggal dapat berpindah ke dalam tubuh hewan atau benda-benda tertentu. Dalam banyak masyarakat, roh nenek moyang dianggap sebagai pelindung dan penjaga, dan penghormatan kepada mereka dianggap penting untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan.

Contoh animisme dapat ditemukan di berbagai suku bangsa di Indonesia. Misalnya, di suku Jawa, terdapat kepercayaan bahwa pantai selatan Laut Jawa adalah wilayah kerajaan Nyi Roro Kidul, sosok mitologis yang dianggap memiliki kekuatan besar. Di Kalimantan, suku Ngaju menghormati roh nenek moyang sebagai penjaga lingkungan, sementara di Toraja, roh nenek moyang dianggap memiliki kekuatan menentukan nasib hidup seseorang.


Penelusuran Teori Animisme

Melihat Rumah Adat Tertua di Kalimantan Barat
Potret warga di Rumah Radakng atau Rumah Panjang di Desa Saham, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, Rabu (8/8/2019). Rumah Radakng atau Rumah Panjang adalah Rumah adat Suku Dayak di Kalimantan Barat salah satu yang tertua. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Animisme sebagai salah satu sistem kepercayaan dapat ditelusuri kembali melalui pemikiran E.B. Tylor, seorang sarjana Inggris yang terkenal dengan teori evolusionismenya. Tylor adalah orang pertama yang mengemukakan teori animisme secara sistematis. Ia berpendapat bahwa pada dasarnya, segala sesuatu di dunia ini dianggap memiliki jiwa atau roh, dan keyakinan ini adalah bentuk awal dari pemikiran agama.

Menurut Tylor, manusia purba menghadapi dua persoalan utama yang mendorong munculnya animisme. Pertama adalah perbedaan antara orang yang masih hidup dan yang telah meninggal. Kedua adalah pengalaman dalam mimpi. Untuk menjelaskan fenomena-fenomena aneh ini, manusia purba mulai mengembangkan pemikiran animisme. Misalnya, mereka percaya bahwa kedatangan kupu-kupu bisa menjadi tanda akan kedatangan tamu.

Tylor berargumen bahwa animisme adalah bentuk pemikiran awal yang kemudian berkembang menjadi agama. Dalam pandangan ini, animisme bukan hanya sekadar kepercayaan pada roh, tetapi juga merupakan cikal bakal dari pembentukan agama-agama yang lebih kompleks.

Teori animisme memiliki dua keyakinan pokok. Pertama, ada keyakinan bahwa setiap makhluk hidup memiliki jiwa yang tetap ada meskipun makhluk tersebut mati atau tubuhnya dihancurkan. Kedua, animisme mengajarkan bahwa ada banyak roh yang memiliki berbagai tingkat kekuasaan, dengan dewa-dewa sebagai puncaknya. Masyarakat animisme percaya bahwa roh orang yang telah meninggal memiliki kekuatan besar untuk menentukan nasib dan mengontrol tindakan manusia.

Lebih jauh, dalam kepercayaan animisme, roh dianggap bisa memasuki benda-benda dan menjadikannya sakral atau sakti. Untuk menjaga hubungan baik dengan roh-roh ini dan menghindari kemarahan mereka, sering kali diadakan ritual dan upacara khusus.

Dengan demikian, animisme dapat dipandang sebagai bentuk kepercayaan awal yang mempengaruhi perkembangan agama-agama di kemudian hari, melalui keyakinan pada roh dan ritual yang dilakukan untuk menghormati kekuatan spiritual tersebut.


Jejak Animisme di Indonesia

Keris dari Desa Wisata Aeng Tong-tong Jadi Suvenir untuk Delegasi G20
Ilustrasi keris. (dok. Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf)

Keberadaan animisme di Indonesia menunjukkan jejak yang mendalam dan beragam, tercermin dalam berbagai kepercayaan dan praktik yang masih dipelihara oleh beberapa suku bangsa hingga saat ini.

Di Indonesia, kepercayaan animisme terus berkembang dan bertahan dalam bentuk-bentuk yang beragam. Misalnya, di kalangan masyarakat suku Jawa, pantai selatan Laut Jawa diyakini sebagai wilayah kerajaan Nyi Roro Kidul, seorang sosok mitologis yang dipercaya memiliki kekuatan spiritual besar. Mitos ini sangat kuat dalam budaya Jawa, dan ada keyakinan bahwa Nyi Roro Kidul memiliki hubungan khusus dengan kerajaan Mataram, seperti yang dikutip dari buku Horizon IPS oleh Drs. Sudjatmoko Adisukarjo.

Sementara itu, di Kalimantan, suku Ngaju mempraktikkan animisme dengan menghormati roh nenek moyang sebagai penjaga kelestarian kampung, sungai, dan sawah. Roh-roh ini dianggap penting untuk memastikan fungsi dan keseimbangan lingkungan. Di Suku Toraja, roh nenek moyang dipandang sebagai pelindung dan penjaga yang memiliki kekuatan menentukan nasib hidup seseorang. Tanpa restu dari roh-roh ini, mereka percaya hidup akan penuh dengan musibah dan bencana.

Di tempat lain, seperti pada suku Dayak, animisme terwujud dalam kepercayaan terhadap roh-roh baik dan jahat. Misalnya, Tempu Tulon adalah roh baik yang membantu memandu roh orang yang telah meninggal agar tidak tersesat, sementara Keriau atau Krian adalah roh jahat yang suka menyesatkan dan menyembunyikan orang di hutan, sebagaimana dijelaskan dalam buku Antropologi oleh Tedi Sutardi.

Keberadaan animisme dalam budaya Indonesia menunjukkan bagaimana kepercayaan ini tidak hanya bertahan, tetapi juga beradaptasi dengan konteks lokal dan memperkaya warisan budaya masyarakat setempat. Dari pantai selatan Jawa hingga pedalaman Kalimantan, animisme terus memainkan peran penting dalam kehidupan spiritual dan budaya berbagai suku bangsa di Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya