Liputan6.com, Jakarta Mutasi virus Corona COVID-19, varian Omicron (BA.1) pada penelitian data awal diungkap oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lebih cepat menular daripada varian Delta. Tak hanya itu, WHO melalui AFP yang dikutip Senin (13/12/2021) menyatakan varian Omicron dapat melemahkan vaksin COVID-19 yang tersedia.
Baca Juga
Advertisement
Bukti awal menunjukkan Omicron menyebabkan “pengurangan kemanjuran vaksin terhadap infeksi dan penularan”, kata WHO dalam penjelasan teknisnya
Penemuan varian Omicron di Afrika Selatan yang dikatakan oleh para ilmuwan lebih cepat bermutasi dan menular ini sudah menyebar ke berbagai belahan dunia. Tercatat di Afrika Selatan varian Delta tak banyak dan di Inggris justru menjadi yang dominan. WHO menyatakan varian Omicron telah menyebar setidaknya ke 63 negara sesuai data tertanggal 9 Desember 2021.
Sesuai dengan data penelitian awal yang tersedia saat ini WHO memprediksi mutasi varian Omicron akan melampaui varian Delta. Produsen obat Inggris Glaxo Smith Kline (GSK) pada 2 Januari 2021 melalui Reuters, mengatakan obat Sotrovimab yang dikembangkan olehnya bersama AS Vir (VIR.O) masih efektif untuk melawan varian Omicron gejala ringan-sedang.
Begitu pula produsen vaksin Pfizer/BioNTech pekan lalu melalui AFP mengatakan tiga dosis suntikan mereka masih efektif melawan Omicron. Berikut Liputan6.com ulas lebih dalam tentang varian Omicron yang lebih cepat menular dan melemahkan vaksin, Senin (13/12/2021).
Data Awal Masih Belum Cukup
Data yang tersedia saat ini mengenai varian Omicron menurut WHO masih belum cukup untuk menetapkan tingkat keparahan gejalanya. Demikian, sejauh ini varian Omicron masih menyebabkan sejumlah gejala ringan atau tanpa gejala di kalangan penderitanya.
Dalam konferensi pers, Jumat (3/12/2021) Kepala Urusan Darurat WHO, Dr. Michael Ryan melalui VOA mengingatkan untuk bersikap hati-hati ketika menyebut kasus varian Omicron yang “ringan” karena menurutnya “fakta bahwa sebagian besar kasusnya ringan mungkin mencerminkan fakta bahwa varian ini merebak di antara orang-orang muda yang sehat.”
Kepala Urusan Teknis COVID-19 di WHO, Maria Van Kerkhove pada kesempatan yang sama menunjukkan sebuah laporan gejala infeksi varian Omicron cukup bervariasi. Dijelaskan, kasus awal terdeteksi di “kelompok mahasiswa” yang menunjukkan gejala ringan, tetapi menambahkan bahwa mereka adalah “individu yang cenderung lebih muda, dan cenderung menunjukkan infeksi yang lebih ringan.”
Advertisement
Gejala Awal Varian Omicron
Praktisi swasta dan ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, Dr Angelique Coetzee, melalui Reuters mengungkap sesuai data temuan awal pada 18 November 2021, ada tujuh pasien terinfeksi varian baru COVID-19, virus Omicron dengan gejala sangat ringan.
Varian Omicron disebut rentan menginfeksi anak muda yang belum mendapat vaksinasi COVID-19.
"Keluhan klinis yang paling dominan adalah kelelahan yang parah selama satu atau dua hari. Dengan mereka, sakit kepala dan tubuh pegal-pegal," ungkap Coetzee.
Berikut gejala awal varian Omicron yang diungkap Coetzee:
1. Merasa Sangat Lelah
Gejala varian Omicron yang sedang menjadi perhatian masyarakat di seluruh dunia, khususnya Indonesia sangat berbeda dengan varian Delta. Dijuluki memiliki gejala sangat ringan, penderita yang terinfeksi varian Omicron akan merasakan kelelahan ekstrem atau sangat lelah.
2. Nyeri Tubuh dan Sakit Kepala
Penelitian mengenai gejala varian Omicron ini diungkap oleh Coetzee yang mendapati seorang pasien melaporkan infeksi di Kliniknya. Gejala varian Omicron yang menjadi ciri khas adalah penderita akan merasakan kelelahan ekstrem selama 2 hari berturut-turut disertai rasa nyeri di tubuh dan sakit kepala.
3. Tidak Kehilangan Indra Penciuman
Persis seperti yang dijelaskan sebelumnya, berbeda dengan varian Delta. Gejala varian Omicron sejauh ini bagi pasien yang terinfeksi tidak kehilangan indra penciuman atau rasa. Begitu pula gejala varian Omicron masih terpantau, tidak ada penurunan besar pada saturasi oksigen.
Inilah yang menjadikan gejala varian Omicron dijuluki sangat ringan, beberapa pasien terinfeksi mungkin tak menyadarinya. Komite Penasihat Menteri untuk Vaksin, Coetzee dalam kesempatan sama mengungkap belum ada pasien yang melaporkan kasus infeksi dengan kehilangan indra penciuman.
4. Suhu dan Denyut Nadi Tinggi
Ada satu gejala varian Omicron yang cukup mengejutkan dan ini terjadi pada anak-anak. Pada kasus infeksi yang sudah terjadi, Coetzee menceritakan anak usia enam tahun mengalami suhu tubuh dan denyut nadi yang sangat tinggi.
“Saya bingung apakah saya harus merujuknya, tapi ketika saya memantaunya dua hari kemudian dia jauh lebih baik," jelas Coetzee.
5. Menyerang Anak Muda
Waspadai bagi anak muda yang belum divaksin, dari kebanyakan kasus infeksi dan pasien bergejala varian Omicron hampir setengahnya dilaporkan belum mendapat vaksinasi COVID-19. Masih melansir sumber yang sama, varian baru Omicron sangat berisiko bagi usia 40 tahun atau lebih muda.