Mengenal Dekubitus yang Dialami Laura Anna, Luka Akibat Terlalu Lama Berbaring

Dekubitus rawan terjadi pada pasien tirah baring.

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 15 Des 2021, 15:30 WIB
Diterbitkan 15 Des 2021, 15:30 WIB
Ilustrasi orang sakit
Ilustrasi orang sakit (sumber: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Laura Anna dikabarkan meninggal dunia, Rabu (15/12/2021) pagi. Kabar duka ini pertama disampaikan oleh Shandy Purnamasari dan sahabat Laura, Aan Story. Selebgram berusia 21 tahun ini sebelumnya tengah mengajukan kasus kecelakaan mobil bersama Gaga Muhammad.

Akibat kecelakaan yang menimpanya, Laura mengalami cedera tulang belakang (spinal cord injury). Kondisi ini mengharuskan Laura untuk tirah baring selama dua tahun belakangan. Dari tirah baringnya yang lama, Laura juga mengalami dekubitus ulkus.

Laura sempat membagikan kisahnya selama menjalani perawatan dekubitus. Ia merasakan sakit luar biasa pada bagian belakang tubuhnya.

Apa penyebab dekubitus? Bagaimana tahapan terbentuknya, gejala, dan risiko komplikasinya? Berikut rangkuman Liputan6.com tentang dekubitus, dari berbagai sumber, Rabu (15/12/2021).

Mengenal dekubitus

dekubitus
dekubitus (sumber: Freepik)

Dekubitus ulkus juga dikenal dengan luka baring, luka tekan, atau bedsores. Melansir Mayo Clinic, dekubitus adalah luka yang terjadi akibat cedera pada kulit dan jaringan di bawahnya akibat tekanan yang berkepanjangan pada kulit. Dekubitus paling berisiko dialami orang dengan kondisi medis yang membatasi kemampuan mereka untuk mengubah posisi atau menyebabkan mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat tidur atau kursi.

Luka dekubitus terbentuk karena tekanan yang berlangsung lama pada area tertentu dari tubuh. Dekubitus sering berkembang pada kulit yang menutupi area tulang tubuh, seperti tumit, pergelangan kaki, pinggul, dan tulang ekor. Luka baring dapat berkembang selama berjam-jam atau berhari-hari.

Kebanyakan luka sembuh dengan pengobatan, tetapi beberapa tidak pernah sembuh sepenuhnya. Tanpa pengobatan, luka pada akhirnya dapat menyebabkan komplikasi yang berpotensi fatal.

Penyebab dekubitus

Ilustrasi kesehatan punggung/ Pexels
Ilustrasi kesehatan punggung (Foto oleh Karolina Grabowska dari Pexels).

Menurut Mayo Clinic, dekubitus disebabkan oleh tekanan pada kulit yang membatasi aliran darah ke kulit. Gerakan terbatas dapat membuat kulit rentan terhadap kerusakan dan menyebabkan perkembangan luka baring. Orang yang yang bertahan dalam satu posisi untuk waktu yang lama berisiko mengalami dekubitus.

Ada tiga faktor utama penyebab dekubitus. Ini meliputi:

Tekanan

Tekanan konstan pada bagian tubuh mana pun dapat mengurangi aliran darah ke jaringan. Aliran darah sangat penting untuk mengantarkan oksigen dan nutrisi lain ke jaringan. Tanpa nutrisi penting ini, kulit dan jaringan di sekitarnya akan rusak dan akhirnya bisa mati. Ini pada akhirnya yang akan menimbulkan luka.

Tekanan cenderung terjadi di area yang tidak dilapisi dengan baik oleh otot atau lemak dan yang terletak di atas tulang, seperti tulang belakang, tulang ekor, tulang belikat, pinggul, tumit, dan siku.

Gesekan

Gesekan bisa terjadi ketika kulit bergesekan dengan pakaian atau tempat tidur. Itu bisa membuat kulit yang rapuh lebih rentan cedera, apalagi jika kulit sedang lembap.

Geseran

Geseran terjadi ketika dua permukaan bergerak dalam arah yang berlawanan. Misalnya, ketika tempat tidur ditinggikan di kepala, tubuh bisa meluncur ke bawah di tempat tidur. Saat tulang ekor bergerak ke bawah, kulit di atas tulang mungkin tetap di tempatnya. Ini bisa menjadi penyebab timbulnya dekubitus.

Faktor risiko dekubitus

dekubitus
dekubitus (sumber: Freepik)

Terbaring di tempat tidur, tidak sadar, tidak dapat merasakan sakit, atau tidak dapat bergerak meningkatkan risiko terjadinya luka baring. Risiko meningkat jika orang tersebut tidak diputar, diposisikan dengan benar, atau diberikan nutrisi dan perawatan kulit yang tepat. Seseorang memiliki risiko lebih besar mengalami dekubitus jika memiliki faktor berikut:

Inkontinensia

Dekubitus juga bisa disebabkan karena kerentanan kulit pada paparan urin dan tinja yang berkepanjangan.

Kurangnya persepsi sensorik

Cedera tulang belakang, gangguan saraf, dan kondisi lain dapat menyebabkan hilangnya sensorik. Ketidakmampuan untuk merasakan sakit atau ketidaknyamanan dapat mengakibatkan seseorang tidak menyadari tanda-tanda peringatan dan kebutuhan untuk mengubah posisi.

Nutrisi dan hidrasi yang buruk

Tubuh membutuhkan cukup cairan, kalori, protein, vitamin dan mineral dalam makanan sehari-hari mereka untuk menjaga kesehatan kulit dan mencegah kerusakan jaringan. Jika nutrisi dan hidrasi kurang, kulit jadi rentan mengalami luka.

Kondisi medis yang memengaruhi aliran darah

Masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi aliran darah, seperti diabetes dan penyakit pembuluh darah, dapat meningkatkan risiko kerusakan jaringan seperti luka baring.

 

Tahap perkembangan dekubitus

rumah sakit
dekubitus (sumber: Freepik)

Melansir Hopkinsmedicine, dekubitus dibagi menjadi 4 tahap. Tahapan ini dari yang paling ringan hingga yang paling parah.

Tahap 1

Pada tahap satu, area kulit akan terlihat merah dan terasa hangat saat disentuh. Dengan kulit yang lebih gelap, area tersebut mungkin memiliki warna biru atau ungu. Pasien mungkin juga merasakan terbakar, sakit, atau gatal.

Tahap 2

Di tahap 2, area kulit terlihat lebih rusak dan mungkin memiliki luka terbuka, goresan, atau lecet. Pasien akan mengeluhkan rasa sakit yang signifikan dan kulit di sekitar luka mungkin berubah warna.

Tahap 3

Pada tahap 3, area kulit memiliki penampakan seperti kawah karena kerusakan di bawah permukaan kulit.

Tahap 4

Tahap 4 merupakan tahap parah di mana area kulit akan rusak parah dan terdapat luka besar. Otot, tendon, tulang, dan sendi dapat terpengaruh. Infeksi adalah risiko yang signifikan pada tahap ini.

Gejala dekubitus

Atasi Tekanan dan Nyeri Otot
Ilustrasi Nyeri Punggung Credit: pexels.com/Carolina

Gejala dekubitus biasanya tergantung pada tahapannya. Melansir Medical News Today, secara umum, gejala dekubitus meliputi:

Perubahan warna

Perubahan warna kulit seperti kulit gelap bisa menjadi kebiruan, ungu, atau mengkilat merupakan salah satu gejala dekubitus. Kulit terang bisa berubah menjadi merah muda atau merah, atau mungkin menjadi gelap. Jika perubahan warna tidak hilang setelah melepaskan tekanan selama 10-30 menit, ini mungkin menunjukkan bahwa luka sedang terbentuk.

Perubahan tekstur

Pada dekubitus, area kulit mungkin terasa keras atau kenyal dan hangat.

Kulit rusak

Pada dekubitus mungkin ada luka terbuka yang dangkal dengan cairan atau nanah di dalamnya. Luka dapat meluas ke lapisan jaringan yang lebih dalam.

Infeksi

Infeksi pada dekubitus ditandai dengan perubahan warna atau sensasi di sekitar tepi luka, adanya lebih banyak nanah, jaringan hijau atau hitam di sekitar luka, dan demam.

Komplikasi

Ilustrasi rumah sakit/dok. Unsplash Insung Yoon
Ilustrasi rumah sakit/dok. Unsplash Insung Yoon

Jika tidak mendapatkan perawatan, dekubitus bisa menyebabkan komplikasi. Menurut Mayo Clinic, komplikasi akibat dekubitus meliputi:

Selulitis

Selulitis adalah infeksi pada kulit dan jaringan lunak yang terhubung. Hal ini dapat menyebabkan kehangatan, kemerahan dan pembengkakan pada daerah yang terkena. Orang dengan kerusakan saraf seringkali tidak merasakan nyeri di area yang terkena selulitis.

Infeksi tulang dan sendi

Infeksi dari luka tekan dapat masuk ke dalam sendi dan tulang. Infeksi sendi (septic arthritis) dapat merusak tulang rawan dan jaringan. Infeksi tulang (osteomielitis) dapat menurunkan fungsi sendi dan anggota badan.

Kanker

Luka jangka panjang yang tidak sembuh-sembuh dapat berkembang menjadi jenis karsinoma sel skuamosa.

Sepsis

Meski jarang, dekubitus bisa menyebabkan sepsis.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya