ADHD adalah Gangguan Perkembangan Saraf, Ini Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Kondisi ADHD adalah membuat penderitanya kesulitan berkonsentrasi.

oleh Laudia Tysara diperbarui 04 Jan 2022, 17:40 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2022, 17:40 WIB
karakter zodiak
Ilustrasi ibu dan anak/Photo by cottonbro from Pexels

Liputan6.com, Jakarta Apa itu ADHD? ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan saraf. Umumnya ADHD adalah menyerang di usia kanak-kanak dan berisiko terus berlangsung hingga usia dewasa.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dalam keterangan tertulisnya dilansir, pada Selasa (4/1/2022) menggambarkan anak dengan ADHD adalah mengalami kesulitan memperhatikan dan kesulitan mengendalikan perilaku impulsif atau terlalu aktif.

Kondisi ADHD adalah membuat penderitanya kesulitan berkonsentrasi. CDC menegaskan pada kebanyakan kasus yang sudah tergolong parah, anak dengan ADHD adalah akan mengalami gangguan di sekolah, rumah, dan pergaulannya bersama teman-teman sebaya.

Menghimpun data dari American Psychiatric Association, pada Selasa (4/1/2022) ADHD adalah lebih berisiko terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan. Diperkirakan 8,4 persen anak-anak dan 2,5 persen orang dewasa menderita ADHD.

Ada 1,2 persen penderita ADHD adalah pertama kali diidentifikasi pada anak usia sekolah ketika mereka mulai sering menyebabkan gangguan di kelas atau mengalami masalah dengan pekerjaan sekolah. Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang ADHD, Selasa (4/1/2022).

Penyebab ADHD

Kecerdasan Anak
Ilustrasi Anak. Credit: pexels.com/Andrea

Masalah gangguan perkembangan saraf seperti ADHD memang cukup mengkhawatirkan. Apa penyebab ADHD itu? Penyebab ADHD menurut para ilmuwan sampai sekarang masih terus dipelajari. Itu memiliki arti, penyebab ADHD tidak diketahui.

Pada data penemuan awal yang dipaparkan American Psychiatric Association, penyebab ADHD adalah genetika memainkan peranan yang sangat penting. Studi terbaru mengaitkan adanya hubungan kuat antara ADHD dengan faktor genetika.

Selain itu, masih melansir sumber yang sama, para ilmuwan juga tengah mempelajari kemungkinan yang berisiko menjadi penyebab ADHD. Apa saja?

1. Terjadinya kerusakan otak

2. Adanya paparan risiko lingkungan (misalnya, timbal) selama kehamilan atau pada usia muda

3. Penggunaan alkohol dan tembakau selama kehamilan

4. Kelahiran prematur

5. Berat badan lahir rendah

Sejauh ini, penelitian tidak membenarkan bahwa ADHD adalah disebabkan terlalu banyak makan gula, terlalu banyak menonton televisi, mengasuh anak, atau faktor sosial dan lingkungan seperti kemiskinan atau kekacauan keluarga.

Hanya saja ini, dapat memperburuk gejala, terutama pada penderita ADHD tertentu. Akan tetapi, belum ada bukti yang tidak cukup kuat untuk menyimpulkan bahwa hal-hal yang disebutkan itu termasuk penyebab utama ADHD.

Gejala ADHD

Ilustrasi Orang Tua dan Anak. Unsplash/Alexander Dummer
Ilustrasi Orang Tua dan Anak. Unsplash/Alexander Dummer

Memahami gejala ADHD bisa dengan mengelompokkannya pada tiga jenis gangguan ADHD. American Psychiatric Association memaparkan ada tiga jenis ADHD, yakni tipe lalai, tipe hiperaktif/impulsif, dan tipe gabungan keduanya.

Diagnosis ADHD bisa dilakukan usai penderita mengalami gejala ADHD selama enam bulan terakhir. Ini penjelasan gejala ADHD:

1. Gejala ADHD Tipe Lalai (Inattentive)

- Tidak memperhatikan detail atau membuat kesalahan ceroboh di sekolah atau tugas pekerjaan.

- Memiliki masalah untuk tetap fokus pada tugas atau kegiatan, seperti selama kuliah, percakapan atau membaca panjang.

- Tampaknya tidak mendengarkan ketika diajak bicara (mis., tampaknya memperhatikan tempat lain).

- Tidak mengikuti instruksi dan tidak menyelesaikan tugas sekolah, tugas atau tugas pekerjaan (mungkin memulai tugas tetapi dengan cepat kehilangan fokus).

- Memiliki masalah dalam mengatur tugas dan pekerjaan (misalnya, tidak mengatur waktu dengan baik; memiliki pekerjaan yang berantakan dan tidak teratur; melewatkan tenggat waktu).

- Menghindari atau tidak menyukai tugas-tugas yang membutuhkan upaya mental yang berkelanjutan, seperti menyiapkan laporan dan mengisi formulir.

- Sering kehilangan barang-barang yang dibutuhkan untuk tugas atau kehidupan sehari-hari, seperti kertas sekolah, buku, kunci, dompet, ponsel dan kacamata.

- Mudah terganggu.

- Melupakan tugas sehari-hari, seperti mengerjakan tugas dan menjalankan tugas. Remaja dan orang dewasa yang lebih tua mungkin lupa membalas panggilan telepon, membayar tagihan, dan menepati janji.

2. Gejala ADHD Tipe Hiperaktif/Impulsif

- Gelisah dengan atau mengetuk tangan atau kaki, atau menggeliat di kursi.

- Tidak dapat tetap duduk (di kelas, tempat kerja).

- Berlari atau memanjat di tempat yang tidak pantas.

- Tidak dapat bermain atau melakukan aktivitas santai dengan tenang.

- Selalu “di perjalanan”, seolah-olah digerakkan oleh motor.

- Terlalu banyak bicara.

- Mengaburkan jawaban sebelum pertanyaan selesai (misalnya mungkin menyelesaikan kalimat orang, tidak sabar untuk berbicara dalam percakapan).

- Mengalami kesulitan menunggu gilirannya, seperti saat mengantri.

- Menyela atau mengganggu orang lain (misalnya, memotong percakapan, permainan atau aktivitas, atau mulai menggunakan barang orang lain tanpa izin).

- Remaja yang lebih tua dan orang dewasa dapat mengambil alih apa yang dilakukan orang lain.

Cara Mengobati ADHD

Memotivasi Anak
Ilustrasi Anak Belajar. Credit: pexels.com/August

Perawatan ADHD pada kebanyakan kasus diungkap CDC, paling baik dengan kombinasi terapi perilaku dan pengobatan. Penderita ADHD anak usia prasekolah (4-5 tahun) memerlukan terapi perilaku.

Hal yang sangat dianjurkan, penderita ADHD adalah harus memiliki gaya hidup yag sehat. Gaya hidup sehat ditegaskan CDC bisa membantu anak mengatasi gejala ADHD. Apa saja gaya sehat itu?

1. Memulai kebiasaan makan makanan yang sehat seperti makan banyak buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian dan memilih sumber protein tanpa lemak.

2. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik harian berdasarkan usia.

3. Membatasi waktu menonton TV, komputer, telepon, dan perangkat elektronik lainnya.

4. Memenuhi waktu atau jumlah tidur yang disarankan setiap malam berdasarkan usia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya