Liputan6.com, Jakarta Omicron BA.4 dan BA.5 terus menjadi perhatian karena penyebarannya yang cepat di berbagai negara. Di Indonesia, per Senin(13/6/2022), sudah ada 8 temuan kasus Omicron BA.4 dan BA.5 di Bali dan Jakarta. Omicron BA.4 dan BA.5 dinilai lebih mudah menginfeksi dari sub-varian lainnya.
Baca Juga
Advertisement
Omicron BA.4 dan BA.5 menjadi salah satu penyebab lonjakan kasus COVID-19 di Eropa, Amerika dan Asia. Omicron BA.4 dan BA.5 diyakini dapat menghindar dari imunitas tubuh manusia yang dibentuk oleh vaksin.
Umumnya, varian BA.4 dan BA.5 menyebabkan penyakit ringan tetapi berpotensi menyebar dalam jumlah besar. Ini sebabnya, penting mengetahui sekaligus mewaspadai gejala Omicron BA.4 dan BA.5. Berikut gejala Omicron BA.4 dan BA.5, yang berhasil Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (14/6/2022).
Kasus di Indonesia dan gejalanya
Pada Jumat(10/6/2022), Kemenkes melaporkan ada 4 kasus Omicron baru BA.4 dan BA.5. Kasus ini ditemukan di Bali dengan seluruhnya sudah divaksinasi lengkap. 4 kasus terdiri dari 1 orang positif BA.4 seorang WNI dengan kondisi klinis tidak bergejala serta vaksinasi sudah dua kali.
Sisanya 3 orang kasus positif BA.5. Mereka merupakan pelaku perjalanan luar negeri delegasi pertemuan the Global Platform for Disaster Risk Reduction di Bali pada 23 sampai 28 Mei. Kondisi klinis tiga orang itu antara lain dua orang tidak bergejala dan satu orang gejala ringan dengan sakit tenggorokan dan badan pegal.
Pada Minggu(12/6/2022), Kemenkes melaporkan 4 kasus di Jakarta. Menurut data yang dibagikan Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dokter spesialis paru konsultan Erlina Burhan, empat orang yang terdeteksi di Jakarta itu tiga diantaranya bergejala, sementara satu kasus tidak diketahui ada gejala atau tidak.
Berdasarkan hasil tes whole genome sequencing yang keluar 10 Juni 2022, salah seorang pasien perempuan yang terpapar BA.5 tercatat sebagai satu-satunya yang bergejala sedang. Pasien tersebut bergejala batuk, sesak napas, sakit kepala, mual muntah. Sementara dua lainnya bergejala ringan.
Pasien sudah mendapatkan dua kali suntikan vaksin Sinovac. Vaksinasi terakhir yang ia lakukan pada 21 Mei 2021 dan ia belum mendapatkan booster.
Sementara itu, dua pasien lain di Jakarta mengeluhkan gejala ringan seperti demam, batuk, dan nyeri tenggorokan.
"Gejala BA.4 dan BA.5 ini mirip dengan awal-awal Omicron terdahulu ya BA.1 yang ringan dan sedang. Semoga tidak ada yang berat meski berkaca dari 8 kasus saja," kata Erlina.
Advertisement
Gejala Omicron BA.4 dan BA.5
Menurut Erlina dalam seminar daring Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Minggu (12/6/2022), hingga saat ini para ahli sepakat bahwa Gejala Omicron BA.4 dan BA.5 mirip dengan Omicron yang ada sebelumnya.
"Hingga saat ini para ahli sepakat gejala BA.4 dan BA.5 gejala mirip Omicron terdahulu. Tidak akan berbeda yang bermakna," ujar Erlina.
Gejala terbanyak pada Omicron adalah batuk, sesak napas, demam, badan pegal-pegal, dan kelelahan. Menurut Pusat Pengendalian Penyakit (CDC), gejala Omicron meliputi batuk, kelelahan, hidung tersumbat, dan pilek.
Menurut Peter Katona, profesor klinis Kedokteran dalam Penyakit Menular di David Geffen School of Medicine at UCLA dikutip dari Medpagetoday, umumnya varian BA.4 dan BA.5 menyebabkan penyakit ringan tetapi berpotensi menyebar dalam jumlah besar. Ini karena tidak seperti jenis Wuhan, yang mengendap di paru-paru, jenis yang lebih baru ini tampaknya menempel pada saluran hidung bagian atas yang lebih jinak.
Seperti varian Omicron lainnya, gejala BA.4 dan BA.5 umumnya ringan, dan mungkin termasuk demam, malaise, dan kehilangan penciuman, meskipun prevalensi gejala jangka panjang (long COVID) masih dievaluasi.
Tingkat keparahan
Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC), saat ini tidak ada indikasi perubahan tingkat keparahan BA.4/BA.5 dibandingkan dengan garis keturunan Omicron sebelumnya. Meski begitu, BA.4 dan BA.5 termasuk sebagai varian Omicron yang menjadi varian perhatian dalam pemantauan.
The UK Health Security Agency (UKHSA) menerbitkan penilaian risiko dari dua subvarian yang membandingkannya dengan Omicron BA.2. Ini menunjukkan bahwa subvarian baru mungkin lebih baik dalam menghindari sistem kekebalan daripada BA.2, tetapi datanya tidak cukup untuk menarik kesimpulan yang pasti.
“Namun, untuk tingkat keparahan, saat ini karena kasusnya masih sedikit belum ada indikasi lebih parah. Jadi minimal sama dengan varian Omicron yang original. Belum terlihat indikasi perbedaan mungkin karena baru sedikit (kasusnya),” ujar Erlina Minggu (12/6/2022).
Advertisement
Risiko penularan
Melansir Channelnewsasia, menurut para ilmuwan Afrika Selatan, sub-varian BA.4 dan BA.5 dapat menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya tetapi jauh lebih sedikit mampu berkembang dalam darah orang yang divaksinasi COVID-19.
Afrika Selatan saat ini mengalami lonjakan kasus COVID-19 baru yang didorong oleh dua subvarian, dengan angka melonjak dari rata-rata 300 per hari pada awal April menjadi sekitar 8.000 per hari minggu ini.
Secara global, setidaknya 1.000 kasus BA.4 dan BA.5 telah dilaporkan di setidaknya 16 negara pada 11 Mei, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Tetapi pengetahuan tentang varian tetap terbatas, dengan WHO menambahkannya ke daftar untuk pemantauan awal bulan lalu.