7 Makanan Penyebab Keputihan, Gejala Hingga Cara Mencegah yang Harus Diketahui

Ketahui makanan penyebab keputihan, gejala dan cara mengatasinya.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 10 Agu 2022, 12:10 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2022, 12:10 WIB
Bolehkah Menggaruk Vagina yang Gatal saat Keputihan?
Bolehkah Menggaruk Vagina yang Gatal saat Keputihan?

Liputan6.com, Jakarta Keputihan adalah cara alami tubuh untuk menjaga kebersihan juga kelembapan organ kewanitaan. Keputihan dapat dipengaruhi oleh proses normal tubuh ataupun karena infeksi. Keputihan sendiri adalah kondisi saat cairan keluar dari vagina. Adapun makanan penyebab keputihan yang tanpa sadar selalu dikonsumsi, sehingga memicu keputihan yang normal bahkan tidak normal terjadi. 

Makanan penyebab keputihan juga harus diketahui, agar dapat dihindari atau mengurangi kadar dalam mengonsumsi makanan yang menjadi pemicu keputihan. Ada dua jenis keputihan, yaitu keputihan fisiologis atau alami dan keputihan patologis atau kelainan.

Keputihan fisiologis adalah keputihan yang bersifat normal dengan ciri-cirinya berjumlah sedikit, cair, bening, tidak berbau, dan tidak menyebabkan gatal. Hal ini biasanya terjadi karena adanya perubahan hormon yang dipengaruhi siklus haid, stres, kehamilan, hingga aktivitas seksual. Sementara itu, keputihan patologis merupakan keputihan yang tidak normal. Ciri-cirinya yaitu bau, gatal, biasanya disebabkan karena proses infeksi, alergi, atau tumor di saluran reproduksi. Oleh sebab itu, sangat penting dalam mengetahui makanan penyebab keputihan, gejala serta cara mengatasinya. 

Berikut ini makanan penyebab keputihan yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (10/8/2022). 

Penyebab Keputihan

Vagina Alat Kelamin Perempuan
Ilustrasi Foto Vagina (iStockphoto)

Penyebab keputihan bisa terjadi karena adanya proses normal dalam tubuh ataupun karena infeksi. Penyebab keputihan normal biasanya terjadi karena perubahan hormon, rangsangan seksual, hingga stres. Sementara itu, penyebab keputihan tidak normal a seringkali dipengaruhi oleh beberapa mikroorganisme seperti bakteri (vaginosis bacterial dan klamidiasis), jamur kandida (kandidiasis), serta  protozoa (trikomoniasis). Penyebab keputihan akibat infeksi ini biasanya disebabkan oleh kurangnya kebersihan pada area vagina, serta terjadi ketidakseimbangan kuman pada vagina, baik karena obat-obatan atau hormon, hingga karena hubungan seksual.

Makanan Penyebab Keputihan

Kebiasaan Mengonsumsi Junk Food
Ilustrasi junk food/credit: pexels.com/Robin

Setelah mengetahui tentang penyebab keputihan, maka perlu mengetahui makanan penyebab keputihan. Dilansir dari Merdeka, berikut makanan yang menjadi penyebab keputihan yang perlu kamu hindari:

1. Konsumsi makanan junk food

2. Es krim

3. Es serut

4. Semangka

5. Nanas

6. Pir 

7. Tomat

Seperti makanan pada umumnya yang mengandung banyak minyak dan makanan pedas secara berlebihan. Makanan penyebab keputihan ini perlu kamu hindari agar tidak menyebabkan keputihan berlebih.

Menurut ahli, dengan kebiasaan konsumsi makanan dingin juga dapat meningkatkan risiko keputihan pada wanita. Bahkan kebiasaan ini juga dapat membuat kondisi keputihan semakin buruk. Dengan mengonsumsi makanan dingin, maka dapat memperburuk kondisi keputihan karena merusak fungsi organ limpa dan lambung. Dalam hal ini, proses metabolisme air menjadi terhambat dan tidak dapat bekerja dengan lancar. Kondisi ini dapat menyebabkan penumpukan air dan kelembapan di dalam tubuh. 

Gejala Keputihan

Ilustrasi vagina
Ilustrasi vagina. Photo by Timothy Meinberg on Unsplash

Adapun berbagai gerbagai gejala keputihan normal dan tidak normal.

1. Gejala keputihan normal:

- Bau yang tidak menyengat

- Tidak berwarna (bening) atau warna normal (warna putih biasa)

- Tekstur cairan keputihan tergantung dengan siklus menstruasi

- Meninggalkan bercak kekuningan di celana dalam

2. Gejala keputihan tidak normal:

- Bau yang menyengat

- Keputihan memiliki warna (contoh: hijau, keabuan)

- Keputihan keluar lebih banyak dari biasanya

- Keputihan menggumpal seperti keju

- Mengalami nyeri hingga gatal pada area vagina

- Nyeri saat buang air kecil

- Terjadi pendarahan saat menstruasi

- Pendarahan terjadi setelah berhubungan seksual

3. Gejala keputihan juga dapat dibedakan berdasarkan penyebab keputihan yang mendasarinya:

- Keputihan yang disebabkan oleh jamur candida biasanya tidak akan berbau atau berbau asam, bersifat gatal, juga dapat menyebabkan kemerahan di luar vagina.

- Keputihan yang disebabkan oleh vaginosis bakterialis biasanya memiliki cairan keputihan yang berwarna keabu-abuan juga berbau amis.

- Keputihan yang disebabkan oleh klamidia dapat menyebabkan rasa nyeri pada tulang panggul atau merasakan nyeri saat buang air kecil.

- Keputihan yang disebabkan oleh penyakit menular seksual trikomoniasis biasanya memiliki cairan yang berwarna kekuningan atau kehijauan, berbuih, berbau amis, dan disertai rasa perih saat buang air kecil.

Pengobatan keputihan yang tidak normal juga harus disesuaikan dengan penyebab keputihan.

- Keputihan karena jamur candida, maka dokter akan memberikan obat antijamur dalam bentuk gel yang dimasukkan ke vagina, atau antijamur tablet yang diminum.

- Keputihan akibat vaginosis bacterial, juga dapat diobati dengan antibiotik jenis metronidazole atau klindamisin, baik diberikan melalui vagina atau diminum. 

- Keputihan akibat klamidia, diobati dengan antibiotik azitromisin satu kali minum atau doksisiklin selama 7 hari. Dengan mengonsumsi obat ini dapat membantu menghilangkan bakteri penyebab keputihan. 

- Keputihan akibat trikomoniasis, Dokter akan memberikan obat metronidazol. Pada klamidia dan trikomoniasis, selain itu  pasangan seksual harus diobati juga.

Cara Mencegah Keputihan

Vagina
Ilustrasi vagina (iStockphoto)

Keputihan dapat dihindari dengan menerapkan beberapa hal, sebagai berikut:

- Rutin dalam membersihkan vagina dengan sabun tanpa pewangi dan bahan kimia

- Keringkan vagina setelah buang air dengan handuk bersih atau tisu

- Hindari terlalu sering dalam menggunakan cairan pembersih vagina

- Bersihkan vagina dari arah depan ke belakang lalu pilih celana dalam yang berbahan katun

- Tidak berganti pasangan seksual atau menggunakan kondom agar terhindar dari risiko infeksi menular seksual

- Lakukan pemeriksaan kesehatan vagina secara rutin kepada dokter kandungan, agar dapat penanganan yang tepat

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya