Liputan6.com, Jakarta - Memahami anak bungsu adalah anak yang terlahir paling akhir dalam sebuah anggota keluarga. Anak bungsu adalah anak terakhir dan anak bungsu adalah anak termuda dalam sebuah anggota keluarga.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Anak bungsu adalah anak yang cenderung lebih dimanja daripada anak-anak atau saudara-saudara lainnya. Anak bungsu adalah cenderung dianggap sering melakukan kesalahan karena sering dimanja. Mereka sulit mendapat kepercayaan bahkan dari orang tuanya sendiri.
Karakteristik anak bungsu pun tidak sekuat karakteristik saudara-saudaranya yang lain. Kesalahan yang dilakukan anak bungsu adalah mirip dengan kesalahan yang sering dilakukan oleh anak tunggal.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang anak bungsu dan karakteristik anak bungsu, Rabu (31/8/2022).
Anak Bungsu adalah Anak Terakhir
Anak bungsu adalah anggota keluarga yang terakhir. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan anak bungsu adalah yang terakhir. Anak bungsu adalah yang termuda (tentang anak). Apa lagi yang bisa mendefinisikan anak bungsu?
Anak bungsu adalah anak terakhir yang pada mayoritas keluarga mendapat perlakukan khusus dari orang tua. Tak hanya orang tua, sebenarnya anak bungsu adalah pasti mendapat perlakuan khusus pula dari kakak-kakak atau saudara-saudaranya.
Pustaka Digital Indonesia menjelaskan anak bungsu adalah ada tiga persamaaannya. Anak bungsu adalah anak yang termuda dari satu keluarga. Anak bungsu adalah anak yang terakhir. Anak bungsu adalah anak buncit.
Tak hanya dimanja, anak bungsu adalah kebanyakan sulit dipercaya melakukan sesuatu dan cenderung mendapat label suka melakukan kesalahan. Anak bungsu adalah mereka yang sulit mendapat kepercayaan dan dianggap tidak bisa melakukan sesuatu dengan benar karena lebih dimanja daripada anak lain.
Keadaan demikian menjadikan anak bungsu adalah mendapat sedikit tuntutan dari orang tua dan saudara-saudaranya. Anak bungsu adalah mayoritas sulit menciptakan karakter kuat dalam sebuah keluarga.
Dalam Jurnal Konseling dan Pendidikan berjudul Karakteristik Anak Bungsu oleh Nilma Zola, Asmidir Ilyas, dan Yusri, mengutip dari Agus Sujanto, anak bungsu adalah terlalu disayang oleh orangtua dan kakak-kakaknya, terlalu banyak mendapatkan perhatian, perawatan, pertolongan, dan hiburan, maka si anak bungsu seakan-akan berada di dalam kehidupan yang serba kecukupan, serba menyenangkan, serba tersedia, dan serba mengenakkan.
Semuanya hal tersebut memberi kesempatan kepada anak untuk berlaku manja, khususnya pada anak bungsu. Perlakuan yang selalu diterimanya dari orang-orang di sekitar inilah yang membuat anak bungsu adalah sering menjadi pemberontak, ceroboh, dan tidak sabar.
Advertisement
Karakteristik Anak Bungsu dan Penjelasannya
Sering kali masalah yang diciptakan oleh anak bungsu adalah sama dengan masalah yang dilakukan oleh anak tunggal. Karakteristik anak bungsu adalah tidak sekuat saudara-saudaranya yang lain dan cenderung lemah serta buruk.
Masih melansir dari sumber jurnal yang sama, mengutip dari Baker, anak bungsu adalahdemikian karena tekanan orang tua mereka sudah lelah menjadi orang tua dan kemarahan kakak-kakak mereka mengakibatkan tradiri di rumah, peraturan, dan jam malam tidak lagi berlaku.
Kemudian mengutip dari Hurlock ada enam karakteristik anak bungsu yang perlu diketahui:
1. Karakteristik anak bungsu adalah cenderung keras (berjiwa bebas) dan agak penurut (lebih sopan).
2. Karakteristik anak bungsu adalah memiliki rasa aman yang tinggi karena tidak pernah disaingi oleh saudara-saudaranya (egois, manja).
3. Karakteristik anak bungsu adalah biasanya dilindungi oleh orangtuanya dari serangan fisik dan verbal kakak-kakaknya (tidak dewasa, manipulatif).
4. Karakteristik anak bungsu adalah cenderung tidak berprestasi tinggi karena kurangnya harapan dari orangtua (merasa dirinya inferior / rendah diri).
5. Karakteristik anak bungsu adalah mengalami hubungan sosial yang baik di luar rumah dan biasanya popular tetapi jarang menjadi pemimpin karena kurang kemauan untuk memikul tanggung jawab (tipe ekstrovert, suka bergaul, dan pendengar yang baik).
6. Karakteristik anak bungsu adalah cenderung bahagia karena memperoleh perhatian dan dimanjakan keluarga selama masa anak-anak (selalu menginginkan semua perhatian tertuju padanya).
Cara Mendidik Anak dan Penjelasannya
Baik atau buruknya sifat anak terbentuk dari lingkungan keluarga. Maka dari itu orang tua sangat berperan penting dalam mendidik anak menjadi pribadi yang jujur. Lalu bagaimana cara mendidik anak supaya menjadi pribadi yang jujur?
Ini penjelasan cara mendidik anak agar jujur yang Liputan6.com lansir dari berbagai sumber:
1. Berani
Sifat jujur benihnya berani. Maka dari itu jika ingin mendidik anak untuk memiliki pribadi yang jujur, maka sebagai orang tua harus membentuk anaknya menjadi pribadi yang berani.Â
Semua aktivitas yang memerlukan keberanian akan membantu anak membentuk kejujuran. Sebagai orang tua juga harus menunjukan keberaniannya kepada anak, sehingga anak dapat belajar dari kita, dan dengan hal tersebut maka anak akan lebih mudah untuk jujur.
2. Latih Akui Kesalahan
Sebagai orang tua harus memberikan contoh kepada anaknya seperti jika melakukan kesalahan langsung meminta maaf.
Hal tersebut lama kelamaan anak akan mencontoh kita dan hal tersebut dapat mendidik anak menjadi pribadi yang jujur dengan mengakui kesalahannya.
3. Berkata Jujur Walaupun Bohong
Contohnya, satu waktu kita memiliki kepentingan yang tidak bisa mengajak mereka ikut serta. Lalu bagaimana cara menjelaskan kepada anaknya ? Meskipun berkata bohong mereka juga tidak akan tahu.
Tetapi jika ingin mendidik anak menjadi pribadi yang jujur maka jelaskan secara detail alasannya kepada anak sampai mereka mengerti, dengan hal tersebut secara tidak langsung itu dapat mengajarkan anak bahwa di situasi apapun sesulit apapun lebih baik jujur.
4. Memahami Kenapa Anak Berbohong
Anak itu berbohong ketika dia merasa dengan berbohong maka mama dan papa tidak akan marah, dan dengan berbohong anak beranggapan kita sebagai orang tua happy.
Anak melakukan kebohongan karena dia tidak inging kita sebai orang tua kecewa, maka dapat disimpulkan dengan hal tersebut, anak ini belum paham atas konsekuensi dari kebohongannya itu yang dapat merugikan orang lain.Â
5. Jangan Marah Jika Anak Berbohong
Anak melakukan kebohongan supaya kita tidak marah. Maka ketika kita mengetahui dia berbohong kita jangan marah, usahakan kita tetap tenang, dan jelaskan kepada anak segala konsekuensi yang akan didapatkan ketika melakukan kebohongan.
Advertisement