Apa Itu Stunting? Ketahui Ciri-Ciri, Penyebab, dan Cara Mencegahnya

Berikut adalah penjelasan mengenai stunting, masalah pertumbuhan anak yang memiliki dampak jangka panjang.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 08 Sep 2022, 20:35 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2022, 18:00 WIB
Ilustrasi Stunting
Ilustrasi Stunting. Foto: Ade Nasihudin Liputan6.com (9/11/2020).

Liputan6.com, Jakarta Stunting adalah kondisi di mana seorang anak tumbuh tidak sesuai usianya. Hal ini ditandai dengan tinggi badan yang lebih rendah untuk rata-rata usianya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) anak-anak yang tergolong mengalami stunting adalah tingginya lebih rendah dari rata-rata untuk usia mereka, dan berada di bawah dua standar deviasi Median Standar Pertumbuhan Anak WHO.

Penting untuk dicatat bahwa stunting berbeda dengan wasting. Jika stunting adalah kondisi di mana tinggi badan yang rendah tidak sesuai dengan berat badan anak, sedangkan wasting adalah berat badan yang rendah tidak sesuai tinggi badan anak.

Anak yang mengalami stunting kemungkinan juga memiliki sistem kekebalan, fungsi otak, dan perkembangan organ yang lebih buruk. Stunting juga dapat membatasi produktivitas dan mengancam kesehatan anak-anak ketika dewasa.

Tapi ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk mencegah stunting, terutama di 1.000 hari pertama antara kehamilan dan ulang tahun kedua anak. Namun sebelum lebih jauh membahas mengenai langkah pencegahan, penting untuk mengetahui apa saja penyebab stunting seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (8/9/2022).

Penyebab Stunting

Dilansir dari Concern Worldwide US, secara umum ada empat faktor yang menjadi penyebab stunting, yakni gizi buruk, sanitasi yang buruk, layanan medis yang tidak memadai, dan stimulus psikososial yang tidak memadai. Buruknya sanitasi dan kualitas air juga menjadi penyebab dari stunting.

Selain itu, dilansir dari Fimela.com, penyebab stunting salah satunya adalah ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis, Berat Badan Lahir Rendah, Asupan Gizi tidak Adekuat.

Ciri-Ciri Anak Stunting

stunting
Ilustrasi/copyrighshutterstock/PR Image Factory

Ada beberapa ciri yang bisa dilihat dengan jelas dari anak yang mengalami stunting. Ciri-ciri tersebut bisa dilihat dari fisiknya maupun perkembangannya. Berikut beberapa ciri-ciri stunting yang sering terjadi pada anak.

1. Anak memiliki postur tubuh yang lebih pendek dari anak-anak seusianya.

2. Anak rentan sakit dan mengalami masalah kesehatan baik masalah ringan hingga masalah berat. Anak yang stunting akan lebih sering mengalami demam, diare dan sejenisnya.

3. Penurunan kemampuan kognitif. Dalam beberapa kasus anak stunting juga erat kaitannya dengan IQ yang rendah dan perkembangan kognitif yang lambat.

4. Pada beberapa kasus, anak stunting justru lebih mudah gemuk jika dibandingkan dengan anak normal lainnya. Anak stunting rentan mengalami pertumbuhan ke samping, bukan ke atas.

5. Wajah anak stunting juga terlihat lebih muda dari anak-anak seusianya. Meski lebih muda, ia masih seperti anak kecil di bawah usia seharusnya.

6. Beberapa anak menjadi lebih pendiam.

7. Anak stunting juga mengalami keterlambatan pertumbuhan gigi.

8. Pada anak perempuan, stunting juga menyebabkan menstruasi yang terlambat datang.

Dampak Stunting

Ilustrasi anak stunting
Ilustrasi anak (Foto: Pixabay/PixelLoverK3)

Pertumbuhan pada anak harus diperhatikan dengan seksama, sebab stunting bisa memberikan dampak buruk pada anak dalam jangka panjang. Anak yang mengalami stunting biasanya memiliki postur tubuh yang lebih pendek, di mana dia akan tumbuh dan menjadi kerdil.

Selain itu, stunting juga dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam risiko penyakit, termasuk kematian dini.

Dalam jangka panjang, stunting juga dapat menghambat perkembangan mental dan kognitif. Akibatnya, anak nantinya akan kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah dan kemudian mengurangi produktivitas dalam pekerjaan.

Stunting juga dapat diturunkan ke generasi berikutnya dan ini disebut siklus malnutrisi antargenerasi.

Langkah Pencegahan Stunting

Hari Gizi Nasional, Ini 4 Cara Mencegah Stunting dan Obesitas Pada Anak
Hari Gizi Nasional, simak cara mencegah stunting dan obesitas pada anak. (pexels/alex green).

Tidak ada solusi sederhana untuk mencegah stunting. Namun, penting untuk memperhatikan 1.000 hari pertama, rentang waktu antara kehamilan ibu dan ulang tahun kedua anaknya. Periode ini adalah peluang kunci untuk memastikan perkembangan anak yang sehat.

Berikut ini adalah solusi jangka panjang untuk mengatasi stunting:

Mempromosikan Kesetaraan Gender

Meningkatkan kesetaraan gender adalah tujuan penting. Yang dimaksud di sini adalah keterlibatan ayah dalam mengasuh anak. Ini penting untuk dilakukan, mengingat stunting juga disebabkan oleh kurangnya stimulus psikososial yang timbul dari interaksi antara anak dan orang tua.

Program Perbaikan Gizi

Program perbaikan gizi bagi ibu dan anak sangat penting untuk dilakukan, mengingat hal ini merupakan faktor utama yang menjadi penyebab stunting. Program perbaikan gizi perlu dilakukan oleh pemerintah setempat dengan menggandeng masyarakat.

Meningkatkan Kualitas Layanan Kesehatan

Seperti diketahui, layanan kesehatan yang memadai sangat berperan penting dalam mencegah stunting pada anak. Selain memberikan layanan kesehatan, fasilitas kesehatan juga dapat memberikan edukasi mengenai stunting dan pentingnya memperhatikan periode kunci untuk ,mencegah stunting.

Meningkatkan Kualitas Sanitasi

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, ketersediaan air bersih dan sanitasi yang layak juga memiliki dampak yang luas. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hampir 400.000 anak di bawah usia lima tahun meninggal setiap tahun karena penyakit diare, yang seringkali disebabkan oleh sanitasi yang buruk dan air minum yang terkontaminasi.

Masalah stunting harus menjadi di dijadikan perhatian, baik itu bagi pemerintah maupun masyarakat secara umum. Sebab selain berpengaruh pada pertumbuhan anak, stunting juga memiliki dampak jangka panjang pada kesehatan dan perkembangan mental.

Selain itu, cara pencegahan stunting juga tidak sederhana, sehingga butuh kerja sama yang sinergis antara pemerintah dan masyarakat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya