Liputan6.com, Jakarta - Hari AIDS sedunia (World AIDS Day) pasti diperingati setiap tanggal 1 Desember. Tema Hari AIDS Sedunia tahun 2022 adalah Equalize yang artinya menyamakan atau menyetarakan. Apa arti dari tema Hari AIDS sedunia tahun 2022 ini?
Melansir dari UNAIDS, pada Kamis (1/12/2022), slogan “menyetarakan” sebagai tema Hari AIDS Sedunia 2022 ini menjadi jawaban untuk mengatasi dan menjadi solusi adanya penghambat kemajuan dan upaya mengakhiri AIDS.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Diungkap, penanggulangan HIV menurun drastis terhitung selama dua tahun terakhir bebarengan dengan penanganan pandemi COVID-19 dan krisis gobal, terutama mengenai sumber daya dan mengakibatkan jutaan nyawa terancam karenanya.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang Hari AIDS Sedunia 2022 bertema Equalize dan sejarahnya, Kamis (1/12/2022).
Hari AIDS Sedunia 2022 Bertema Equalize
Di tahun 2022, tema Hari AIDS sedunia adalah “Equalize” yang artinya menyamakan atau menyetarakan. Ini berupa slogan untuk mengatasi dan menjadi solusi adanya ketidaksetaraan penghambat kemajuan dan upaya mengakhiri AIDS.
Menghimpun data dari UNAIDS, penanggulangan HIV terhitung selama dua tahun terakhir bebarengan dengan pandemi COVID-19 dan krisis gobal, penanganan HIV menurun, terutama mengenai sumber daya, dan mengakibatkan jutaan nyawa terancam karenanya.
Ketidaksetaraan penanganan HIV yang berakhir menjadi AIDS masih saja bertahan di kebutuhan akan layanan paling mendasar, seperti tes, pengobatan, kondom, dan teknologi terbaru sebagai penunjangnya.
Lalu, tindak diskriminasi, kriminalisasi, dan stigma masih terus terjadi pada pihak-pihak yang disebut sebagai populasi kunci penyebab HIV AIDS. Mereka adalah laki-laki gay, laki-laki yang berhubungan dengan seks dengan sesamanya, transgender, pengguna narkoba, pekerja seks, dan narapidana.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan HIV AIDS masih menjadi ancaman kesehatan global yang nyata. Hanya tersisa waktu 8 tahun sampai tahun 2030 untuk mengakhiri AIDS sebagai ancaman global.
Menghimpun data dari WHO, pada 2020 total ada 37.7 juta orang yang menderita HIV, lalu 1.5 juta infeksi HIV baru, dan 680 ribu kematian terjadi disebabkan oleh AIDS.
UNAIDS mengungkap upaya-upaya untuk menyamakan atau menyetarakan di Hari AIDS Sedunia 2022 dengan tema “Equalize” yang dimaksud sebagai berikut:
1. Pemerintah dan masyarakat diajak berupaya meningkatkan ketersediaan, kualitas dan kesesuaian layanan, untuk pengobatan, tes dan pencegahan HIV, sehingga setiap orang dapat terlayani dengan baik.
2. Pemerintah dan masyarakat diajak berupaya melakukan reformasi undang-undang, kebijakan dan praktik untuk mengatasi stigma dan eksklusi yang dihadapi oleh orang yang hidup dengan HIV dan oleh populasi kunci dan terpinggirkan, sehingga setiap orang dihormati dan diterima.
3. Pemerintah dan masyarakat diajak berupaya memastikan berbagi teknologi untuk memungkinkan akses yang sama ke ilmu pengetahuan HIV terbaik, antara masyarakat dan antara Dunia Selatan dan Utara.
4. Pemerintah dan masyarakat diajak berupaya membuat komunitas dapat memanfaatkan dan mengadaptasi pesan “Setarakan” untuk menyoroti ketidaksetaraan tertentu yang mereka hadapi dan mendesak tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
Advertisement
Sejarah Hari AIDS Sedunia dan Penjelasan
Hari AIDS Sedunia pertama kali digagas pada tahun 1987 dan pertama kali diperingati pada tahun 1988. Kampanye global menanggulangi AIDS oleh WHO, utamanya untuk memfasilitasi pertukaran informasi antar pemerintah, organisasi internasional, dan individu tentang penyakit HIV AIDS.
Sosok penting yang menjadi pelopor Hari AIDS Sedunia melansir dari Time, Jim Bunn dan Thomas Netter. Mereka memulainya untuk meluruskan segala informasi yang salah, prasangka, dan ketakutan yang tidak tepat menyebar ke seluruh lapisan masyarakat di dunia.
Sejarah Hari AIDS Sedunia yang diperingati setiap 1 Desember karena di tanggal itu, jauh dari masa pilpres (pemilihan presiden) di Amerika Serikat, maka pemerintah dan masyarakat bisa fokus dengan masalah kesehatan global ini. Ini sekaligus bentuk perayaan atas perang masyarakat mampu melawan HIV AIDS.
Menghimpun data dari World AIDS Day, ditegaskan bahwa peringatan Hari AIDS Sedunia menjadi hal yang sangat penting karena diperkirakan ada 38 juta orang yang terinfeksi HIV secara global dan ada lebih daru 35 juta orang meninggal dunia karenanya. UNAIDS pun menyebut ada 46.000 kasus infeksi baru di Indonesia setiap tahun.
Dukungan HIV AIDS tidak hanya dari peringatan Hari AIDS Sedunia, melainkan dari simbol pita berwarna merah. Melansir dari BBC, simbol berbentuk pita merah sebenarnya tidak miliki arti warna yang signifikan dan dipilih karena pita berwarna merah mudah direplika.
Gagasan mengenai simbol pita berwarna merah untuk HIV AIDS adalah utamanya untuk simbol dukungan dan kepedulian kepada pengidap HIV AIDS. Ini mengingat banyak penderita HIV AIDS banyak yang malu dan merasa tidak bisa mengungkap alasan sakit yang dideritanya.
Mendalami Tentang Penyakit HIV AIDS
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah tahap akhir dari infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang berisiko menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat. Perlu waktu lebih kurang 2 sampai 15 tahun untuk HIV berkembang menjadi AIDS hingga menyebabkan kematian.
HIV adalah penyakit serius yang menyerang sistem imun. HIV menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia.
Politeknik Kesehatan Denpasar menjelaskan infeksi HIV membuat seseorang sangat rentan terhadap berbagai jenis peradangan. Mulai dari tuberkulosis, kandidiasis, kulit, paru-paru, saluran pencernaan, otak, dan kanker. HIV sudah bisa ditangani dengan memperlambat laju virus, akan tetapi penyakit ini sebenarnya belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV adalah penyakit yang akan menetap seumur hidup penderitanya. Itu artinya, virus ini akan selalu berada di dalam tubuh penderita meski mereka sudah melakukan pengobatan. Belum bisa disembuhkan, tetapi ada obat yang bisa memperlambat perkembangan infeksi HIV dan mampu meningkatkan harapan hidup penderitanya.
Mayo Clinic menjelaskan infeksi HIV bisa terjadi ketika ada darah, air mani, dan cairan vagina dengan virus HIV masuk ke dalam tubuh seseorang. Penularan HIV dilaporkan tidak berada dalam air mata dan keringat.
Lalu apa saja penyebab HIV atau bagaimana penularan HIV terjadi?
Politeknik Kesehatan Denpasar mengutip dari Widoyono (2011) menjelaskan ada empat penyebab HIV atau penularan HIV bisa terjadi. Ini penjelasan penyebab HIV tersebut:
1. Ibu Hamil
- Secara intrauterine, intrapartum, dan postpartum (ASI)
- Angka transmisi mencapai 20-50%
- Angka transmisi melalui asi ASI dilaporkan lebih dari sepertiga
- Laporan lain menyatakan resiko penularan melalui ASI adalah 11-29%
- Laporan pada ibu menyusui
Sebuah studi meta-analisis prospektif yang melibatkan penelitian pada dua kelompok ibu yang menyusui sejak awal kelahiran bayi dan kelompok ibu yang menyusui setelah beberapa waktu usia bayinya, melaporkan bahwa HIV pada bayi yang belum disusui adalah 14% (yang diperoleh dari penularan melalui mekanisme kehamilan dan persalian), dan angka penularan HIV meningkat menjadi 29% setelah bayinya disusui.
- Bayi normal dengan Ibu HIV bisa memperoleh antibody HIV dari ibunya selama 6-15 bulan.
2. Jarum Suntik
- Prevalensi 5-10%
- Penularan HIV pada anak dan remaja biasanya melalui jarum suntik karena penyalahgunaan obat
3. Transfuse Darah
- Resiko penularan sebesar 90%
- Prevalensi 3-5%
4. Hubungan Seksual
- Prevalensi 70-80%
- Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan intim
- Model penularan ini adalah yang tersering di dunia. Akhir- akhir ini dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan pengaman saat berhubungan intim.
Kemenkes RI menegaskan HIV tidak menular melalui udara, air, keringat, air mata, air liur, gigitan nyamuk, atau sentuhan fisik. Hubungan seksual sangat beresiko tinggi menularkan virus HIV, tetapi ada pasangan seksual penderita HIV yang tidak tertular virus HIV, mereka bisa disebut pasangan serodiskordant.
ODHA serodiskordant adalah jalinan hubungan pasangan ODHA (suami atau istri) dengan status salah satu dari pasangan terinfeksi HIV (HIV positif) dan pasangan lainnya tidak terinfeksi HIV (HIV negative). Pasangan serodiskordant mempunyai harapan untuk dapat hidup normal layaknya pasangan lainnya yang tidak menderita HIV. Tujuannya ingin memiliki keturunan dan memenuhi kebutuhan biologis.
Meski demikian, dalam forum tanya jawab, Dr. Robert J. Franscino dari The Roberts James Franscino Aids Foundation melansir dari The Body, dijelaskan pasangan yang sama-sama terinfeksi HIV harus memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual. Tujuannya mencegah infeksi ganda (dual infection) atau infeksi ulang (re-infection) antarpasangan.
Advertisement