Haul adalah Peringatan Hari Kematian Wali atau Ulama, Ini Hukum dan Hikmahnya

Haul adalah tradisi yang dilakukan untuk memperingati hari kematian sorang kiai atau ulama.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 28 Des 2022, 15:55 WIB
Diterbitkan 28 Des 2022, 15:55 WIB
Berebut Apem Pada Perayaan Haul Kiai Ageng Gribig
Warga berebut apem pada perayaan haul Kiai Ageng Gribig di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah, Jumat (26/10). Perayaan haul Kiai Ageng Gribig dilakukan dengan upacara Yaqowiyu atau sedekah bumi dengan menyebar apem. (Liputan6.com/HO/Agus)

Liputan6.com, Jakarta Haul adalah sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa untuk memperingati hari kematian seseorang. Umumnya, haul adalah tradisi yang dilakukan untuk memperingati hari kematian sorang kiai atau ulama. Haul biasanya diselenggarakan oleh ahli waris dari orang yang hari kematiannya diperingati tersebut. 

Tidak hanya sebagai tradisi, haul adalah suatu kebiasaan yang juga memiliki nilai-nilai religiusitas. Seperti halnya ulang tahun yang diperingati setiap tahun sekali, haul juga dilakukan setahun sekali. Yang membedakan antara haul dengan ulang tahun adalah, jika ulang tahun adalah peringatan hari lahir, maka haul adalah peringatan hari kematian.

Dari segi cara merayakan atau memperingatinya, baik ulang tahun maupun haul bahkan memiliki cara yang kurang lebih mirip. Cara memperingati haul adalah dengan mengadakan selamatan yang mengundang sanak saudara, tetangga, dan semua orang yang dianggap memiliki relasi. Bahkan tak jarang, jika haul dilakukan untuk memperingati tokoh yang sangat terkenal, semua orang diperkenankan untuk hadir.

Untuk memahami lebih dalam mengenai haul sebagai tradisi peringatan hari kematian, berikut adalah ulasan selengkapnya seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (28/12/2022).


Pengertian Haul

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), haul adalah peringatan hari wafat seseorang yang diadakan setahun sekali biasanya disertai selamatan arwah. Sementara itu menurut Prof. Dr. Mudjahirin Thohir (via Amin, 2020), haul adalah peringatan hari meninggalnya seorang kiai yang diadakan oleh ahli warisnya.

Upacara Haul dilakukan dengan tujuan memperingati kematian seseorang, biasanya kyai atau tokoh agama, baik itu di tahun pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, bahkan hingga ratusan tahun.

Dalam sebuah upacara haul, hal yang paling umum dilakukan adalah pembacaan bacaan tahlil (membaca kalimat Lailahaillallah), dan serangkaian bacaan-bacaan lainnya yang ditujukan untuk mendoakan kepada orang yang telah meninggal dunia. Pembacaan doa dilakukan oleh setiap orang yang hadir di acara haul, yang dipimpin oleh orang yang dianggap paling dituakan dan menguasai ilmu-ilmu keagamaan atau kiai.

Tujuan dari pembacaan doa dalam upacara haul adalah adalah memohon kepada Allah SWT agar orang yang haulnya diperingati diberikan keselamatan di akhirat, dan diterima semua amal ibadahnya selama hidup di dunia. Selain itu, haul juga memiliki tujuan untuk menunjukkan kehormatan dan rasa terima kasih kepada orang yang haulnya diperingati karena telah berjasa menyebarkan dan mengenalkan ajaran Islam di tengah masyarakat.

Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa haul adalah peringatan hari kematian setelah genap satu tahun, yang dilakukan dengan cara membaca doa, dengan tujuan untuk memohon kepada Allah SWT agar orang yang bersangkutan diberi keselamatan di akhirat. Selain itu, haul juga memiliki tujuan untuk menunjukkan rasa penghormatan dan rasa terima kasih karena orang yang haulnya diperingati telah berkontribusi dalam mengenalkan ajaran Islam selama hidupnya.


Hukum Melaksanakan Haul

Foto: Momen Haru saat Skuad Arema FC Berziarah ke Makam Korban Tragedi Kanjuruhan
Malam hari pun di tempat salah satu korban lainnya, Ahmad Fajar Khoiron yang juga menjadi korban tewas dalam Tragedi Kanjuruhan dilakukan Tahlilan dengan membaca Surat Yasin untuk mendoakan almarhum. (AP/Dicky Bisinglasi)

Sebagian besar ulama sepakat bahwa hukum peringatan haul adalah diperbolehkan, bahkan dianjurkan. Hukum ini didasarkan pada sejumlah hadis antara lain sebagai berikut:

Diriwayatkan: Rasulullah berziarah ke makam Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dalam perang Uhud dan makam keluarga Baqi’. Beliau mengucap salam dan mendoakan mereka atas amal-amal yang telah mereka kerjakan. (HR. Muslim)

Ada pula hadis lain yang diriwayatkan oleh Al-Wakidi bahwa Rasulullah SAW mengunjungi makam para pahlawan perang Uhud setiap tahun. Jika telah sampai di Syi’ib (tempat makam mereka), Rasulullah agak keras berucap: Assalâmu’alaikum bimâ shabartum fani’ma uqbâ ad-dâr. (Semoga kalian selalu mendapat kesejahteraan ats kesabaran yang telah kalian lakukan. Sungguh akhirat adalah tempat yang paling nikmat). Abu Bakar, Umar dan Utsman juga melakukan hal yang serupa. (Dalam Najh al-Balâghah, hlm. 394-396)

Sementara itu, Ibnu Hajar dalam Fatâwa al-Kubrâ Juz II hlm. 18 menjelaskan, para sahabat dan ulama tidak ada yang melarang peringatan haul sepanjang tidak ada yang meratapi mayyit atau ahli kubur sambil menangis. Peringatan haul sedianya diisi dengan menuturkan biografi orang-orang yang alim dan saleh guna mendorong orang lain untuk meniru perbuatan mereka.

Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa melaksanakan hal tidak dilarang bahkan dianjurkan. Ini karena adanya sejumlah hikmah dari melaksanakan haul.


Hikmah Melaksanakan Haul

Suasana Haul di Kota Surakarta
Suasana Haul di Kota Surakarta (Dewi Divianta/Liputan6.com)

1. Menyambung Tali Silaturahim

Dengan melaksanakan haul, maka kita akan dapat membuat banyak orang berkumpul. hal yang demikian dapat merekatkan kembali tali silaturrahim yang lama terpisah.

2. Sarana Berdzikir kepada Allah

Dalam upacara haul biasanya orang-orang yang hadir akan membaca silsilah Yasin dan Tahlil bersama-sama. Meski tujuan dari haul adalah memperingati kematian seseorang dan mendoakannya agar selamat di akhirat, namun dengan begitu kita juga akan mengingat Allah, dengan cara membaca bacaan doa dan tahlil.

3. Mengingat Kematian

Memperingati hari kematian orang lain tentu akan mengingatkan kita pada kematian yang juga akan datang cepat atau lambat.

Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad Saw bersabda : “perbanyaklah mengingat penghancur segala kenikmatan (yang dimaksud adalah kematian); tidak lah seorang hamba mengingatnya dalam keadaan sempit, (maka dengan mengingat kematian) akan meluaskannya, dan tidaklah seorang hamba mengingatnya di saat lapang kecuali (dengan mengingat kematian) akan menyempitkannya.

Maksud dari pada hadits di atas adalah, di saat kita sedang dalam keadaan sulit, sempit bahkan terhimpit dengan segala macam problematika hidup, hendaklah kita mengingat kematian. Dengan kita mengingat kematian, kita akan menyadari bahwa cobaan yang ada sifatnya sementara serta yakin semuanya akan ada akhirnya. Maka dengan begitu, kita akan lebih mudah berserah diri kepada Allah Swt.

4. Sarana Bersedekah dan Menebar Amal Soleh

Dalam peringatan haul sudah menjadi tradisinya selalu ada jamuan makan bersama dalam acara tersebut. Memberi makan pahalanya amat besar di sisi Allah Swt.

Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash R.A, bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw: “Islam seperti apa yang baik, wahai Rasulullah Saw? Lalu Rasulullah Saw menjawab: berikanlah makan, dan ucapkanlah salam kepada (muslim) yang kamu kenal ataupun yang tidak kamu kenal (HR. Bukhari & Muslim).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya