Penyebab Pendarahan Otak yang Dialami Indra Bekti, Kenali Gejala dan Jenisnya

Untuk menambah kewaspadaan akan penyakit satu ini, berikut ulasan Liputan6.com tentang penyebab pendarahan otak yang dialami Indra bekti beserta jenisnya yang dilansir dari berbagai sumber.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 29 Des 2022, 08:50 WIB
Diterbitkan 29 Des 2022, 08:50 WIB
FOTO: Mirip Pemain Money Heist Korea, Gaya Indra Bekti Berponi Ini Curi Perhatian
Penyebab pendarahan otak yang dialami Indra Berkti (Liputan6.com/IG/@indrabekti).

Liputan6.com, Jakarta Pada Rabu 28/12/2022 salah satu presenter terkenal Indonesia, Indra Bekti, dikabarkan mengalami pendarahan otak. Dilansir dari Showbiz-Liputan6.com, kabar ini disampaikan oleh Roy selaku manajer Indra Bekti. Roy mengatakan bahwa sebelum dilarikan ke Rumah Sakit Abdi Waluyo, Indra Bekti pingsan saat berada di kamar mandi.

Roy menambahkan bahwa Indra Bekti beberapa waktu terakhir memang kerap mengeluhkan pusing di kepalanya. Sayangnya, Indra Bekti belum sempat memeriksakan diri karena kegiatannya yang begitu padat. Indra Bekti juga dikabarkan memiliki tekanan darah yang cukup tinggi, hal ini diduga menjadi faktor penyebab pendarahan otak yang dialaminya.

Namun apa itu pendarahan otak dan apa saja penyebab pendarahan otak? Untuk menambah kewaspadaan akan penyakit satu ini, berikut ulasan Liputan6.com tentang penyebab pendarahan otak yang dialami Indra bekti beserta jenisnya yang dilansir dari berbagai sumber, Kamis (29/12/2022).

Penyebab Pendarahan Otak

Ilustrasi Penanganan Pecah Pembuluh Darah Otak Tanpa Pembedahan/dok. Unsplash Robina
Ilustrasi Penanganan Pecah Pembuluh Darah Otak Tanpa Pembedahan/dok. Unsplash Robina

Tekanan darah tinggi diduga menjadi penyebab pendarahan otak yang dialami Indra Bekti, namun ternyata bukan itu saja penyebab penyakit yang menyerang salah satu organ vital manusia ini. 

1. Cedera Kepala

Cedera kepala atau trauma kepala adalah penyebab pendarahan otak paling umum terjadi. Cedera kepala umumnya terjadi ketika seseorang mengalami kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari ketinggian, atau cedera kepala akibat olahraga.

Cedera kepala sangat beresiko bagi lansia di atas 50 tahun, sebab keseimbangan tubuh yang menurun seiring bertambahnya. Hal ini memperbesar resiko terjadinya pendarahan otak meski cedera kepala yang dialami tergolong ringan.

2. Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi yang berlangsung dalam jangka panjang dan tidak mendapat penanganan serius dapat melemahkan dinding pembuluh darah, termasuk pembuluh darah di otak. Pembuluh darah yang lemah dapat pecah sewaktu-waktu dan menyebabkan pendarahan.

3. Malformasi Arteriovenosa

Malformasi arteriovenosa adalah kelainan pembuluh darah yang hadir saat lahir. Ini terjadi ketika arteri dan vena terhubung secara langsung tanpa melalui pembuluh kapiler. Kelainan ini berisiko menimbulkan sejumlah gangguan pada sistem peredaran darah, termasuk pendarahan otak. 

4. Gangguan Darah

Gangguan darah seperti hemofilia dan anemia sel sabit dapat menyebabkan penurunan kadar trombosit dan pembekuan darah atau sebaliknya pengenceran darah. Pembekuan darah dan pengenceran darah yang melampaui batas normal dapat menjadi penyebab pendarahan otak.

5. Kelainan pada Hati

Liver atau hati adalah organ yang bertugas menyaring racun yang ada di dalam tubuh. Selain itu hati berfungsi membantu proses penggumpalan darah apabila terjadi luka. Apabila terjadi kelainan pada organ hati, proses penggumpalan darah dapat terganggu sehingga resiko pendarahan otak meningkat.

6. Tumor Otak

Tumor benjolan yang muncul akibat sel-sel tubuh tumbuh secara berlebihan. Kondisi ini terjadi ketika sel lama yang seharusnya mati masih terus bertahan hidup, sementara pembentukan sel-sel baru terus terjadi. Tumor yang muncul di otak dapat menjadi penyebab pendarahan otak. Ukuran tumor yang semakin membesar dapat memberi tekanan di jaringan-jaringan otak. Tekana yang diberikan tumor berisiko menyebabkan pendarahan di dalam otak. 

7. Aterosklerosis

Aterosklerosis merupakan kondisi dimana terjadi penumpukan plak di dalam pembuluh darah yang disebut aterosklerosis. Penumpukan plak ini dapat menghambat aliran darah. Aliran darah yang terhambat ini kemudian berisiko pecah dan menyebabkan pendarahan.

8. Aneurisma

Aneurisma adalah pembengkakan pembuluh darah yang dapat menyebabkan pembuluh darah pecah dan menjadi penyebab perdarahan otak. Kondisi ini dapat menyebabkan stroke.

9. Angiopati amiloid

Angiopati amiloid adalah kelainan dinding pembuluh darah yang disebabkan oleh faktor usia atau hipertensi. Kondisi ini dapat menimbulkan banyak perdarahan kecil yang dapat menyebabkan perdarahan yang lebih besar.

Penyebab Pendarahan Otak: Jenis

Pendarahan Otak
Ilustrasi Pendarahan Otak Credit: pexels.com/Anna

Setelah mengetahui penyebab pendarahan otak, penyakit ini dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan lokasi terjadinya pendarahan. Berikut jenis pendarahan otak. 

a. Perdarahan Subarachnoid

Perdarahan subarachnoid terjadi pada jaringan otak di bawah selaput pelindung otak. Perdarahan ini sering disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak karena aneurisma, gangguan pembekuan darah, atau cedera kepala berat.

b. Hematoma epidural dan subdural

Hematoma epidural dan subdural merupakan penggumpalan darah yang terjadi di antara otak dan tengkorak kepala. Kondisi ini dapat terjadi di atas atau di bawah selaput pelindung otak.

c. Perdarahan Intraserebral

Perdarahan intraserebral terjadi pada jaringan otak itu sendiri. Perdarahan otak jenis ini bisa menyebar hingga ke ruang ventrikel otak dan menyebabkan pembengkakan otak.

Penyebab Pendarahan Otak: Gejala

Waspadai Perdarahan di Dalam Otak!
Waspadai Perdarahan di Dalam Otak!

Gejala pendarahan otak bermacam-macam, tergantung pada lokasi pendarahan, tingkat keparahan perdarahan, serta jumlah jaringan yang terdampak. Perkembangan gejala cenderung terjadi secara tiba-tiba sehingga berisiko cepat memburuk. Penting untuk mengenali tanda-tanda pendarahan otak agar segera mendapat perawatan yang tepat. Berikut gejala pendarahan otak.

- Sakit kepala parah yang muncul tiba-tiba.

- Kejang tanpa riwayat kejang sebelumnya.

- Kelemahan pada lengan atau kaki.

- Mual atau muntah.

- Kewaspadaan berkurang.

- Lesu.

- Perubahan penglihatan.

- Kesemutan atau mati rasa.

- Kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan.

- Kesulitan menulis atau membaca.

- Kehilangan keterampilan motorik halus, seperti tremor tangan.

- Koordinasi tubuh memburuk.

- Kehilangan keseimbangan.

- Indera perasa yang tidak normal.

- Hilang kesadaran.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya