Liputan6.com, Jakarta - Bilal bin Rabah adalah seorang budak milik Muawiyah yang masuk golongan orang-orang yang pertama kali memeluk agama Islam. Kisah Bilal bin Rabah yang populer adalah tentang dirinya yang memeluk agama Islam dan mendapat siksa dari tuannya karena Muawiyah tidak terima ada yang mengikuti ajaran Muhammad pada saat itu.
Baca Juga
Advertisement
Dalam buku berjudul Kisah Seru Para Sahabat Nabi (2017) oleh Lisdy Rahayu, Bilal bin Rabah adalah seorang budak kulit hitam yang berasal dari Ethiopia, akan tetapi Bilal dan kedua orang tuanya menetap di Mekkah. Bilal dan kedua orang tuanya adalah budak milik Muawiyah.
Bilal bin Rabah adalah sosok berkulit hitam yang memiliki suara sangat merdu. Bilal bin Rabah adalah muazin pertama kepercayaan Rasulullah SAW. Ia mendapat julukan Muadzdzin Ar-Rasul. Sosok Bilal bin Rabah pun dikenal sebagai umat yang sangat mencintai Nabi Muhammad SAW. Ia dibeli oleh Abu Bakar dengan harga berlipat-lipat dari Muawiyah, kemudian dibebaskan.
Kementerian Agama atau Kemenag RI mengisahkan Bilal bin Rabah sebagai sosok sahabat yang mencintai Rasulullah lebih dari segala-galanya. Baginya mencintai baginda Nabi sama halnya mencintai Allah SWT. Begitu besar rasa cintanya kepada Rasulullah, dikisahkan Bilal bin Rabah terakhir melakukan azan tidak pernah tuntas hingga ajalnya datang sejak Rasulullah wafat.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang kisah Bilal bin Rabah, Senin (23/1/2023).
Bilal bin Rabah Dimerdekakan oleh Abu Bakar AS
Bilal bin Rabah adalah seorang budak milik Muawiyah yang masuk golongan orang-orang yang pertama kali memeluk agama Islam. Ia budak Mekkah yang berasal dari Ethiopia. Kisah Bilal bin Rabah yang populer adalah tentang dirinya yang memeluk agama Islam dan mendapat siksa dari tuannya karena Muawiyah tidak terima ada yang mengikuti ajaran Muhammad pada saat itu.
Dalam Kitab Rijalul Haular Rasul, sosok Bilal bin Rabah adalah digambarkan sebagai pria kulit hitam, kurus kerempeng, tinggi jangkung, berambut lebat, dan bercambang tipis. Bilal adalah sosok yang selalu menundukkan kepala dengan air mata mengalir membasahi pipinya, dan berkata, "Saya ini hanyalah seorang Habsyi, dan kemarin saya seorang budak belian."
Bilal bin Rabah memiliki kisah haru ketika memutuskan memeluk Islam, tepat sebelum dimerdekakan oleh Abu Bakar. Ia Bilal disiksa bersama ibunya, hingga ibunya menjadi umat Islam yang pertama kali mati dalam keadaan syahid.
Dalam jurnal sejarah berjudul Peranan Bilal bin Rabbah dalam Perkembangan Islam di Jazirah Arab Tahun 611 M - 641 M (2014) oleh Sri Pajriah dan Andi Mulyadi, Bilal bin Rabah adalah seorang budak dari kaum Quraisy yang bernama Umayah bin Khalaf. Bilal bin Rabah dimerdekakan oleh Abu Bakkar ketika disiksa oleh majikannya karena diketahui memeluk agama Islam.
Bilal bin Rabah disiksa mati-matian oleh tuannya sampai seluruh tubuhnya dipenuhi dengan darah. Bilal pun disiksa di bawah teriknya sinar matahari. Meski demikian, siksaan-siksaan ini tidak menyulutkan keyakinannya untuk mengakui Allah sebagai Tuhan satu-satunya (Ahad) dan mengakui Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT.
Dalam buku berjudul Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah oleh Syekh Muhammad Sa'id Mursi, Umayyah bin Khalaf pernah menyiksa dan membiarkannya di jemur di tengah gurun pasir selama beberapa hari. Di perut Bilal bin Rabah, diikat sebuah batu besar dan lehernya diikat dengan tali. Lalu, orang-orang kafir menyuruh anak-anak mereka untuk menyeretnya di antara perbukitan Mekkah.
Bilal bin Rabah selalu mengucapkan, "Ahad-Ahad." Bilal menolak mengucapkan kata kufur (mengingkari Allah SWT). Abu Bakar membeli dan memerdekakannya, sementara Umar bin Khattab mengucap, "Abu Bakar adalah seorang pemimpin (sayyid) kami dan dia telah memerdekakan seorang pemimpin (sayyid) kami."
Advertisement
Kecintaan Bilal bin Rabah kepada Rasulullah SAW
Bilal bin Rabah adalah muazin pertama kepercayaan Rasulullah SAW. Ia mendapat julukan Muadzdzin Ar-Rasul. Sosok Bilal bin Rabah dikenal sebagai umat yang sangat mencintai Nabi Muhammad SAW. Bilal sangat jatuh cinta kepada Rasulullah SAW.
Kementerian Agama atau Kemenag RI mengisahkan Bilal bin Rabah sebagai sosok sahabat yang mencintai Rasulullah lebih dari segala-galanya. Baginya mencintai baginda Nabi sama halnya mencintai Allah SWT. Begitu besar rasa cintanya kepada Rasulullah, dikisahkan Bilal bin Rabah terakhir melakukan azan tidak pernah tuntas hingga ajalnya datang sejak Rasulullah wafat.
Ada beberapa versi riwayat yang menyebutkan terakhir kalinya Bilal bin Rabah mengumandangkan suara azan. Ada yang menyebut beliau terakhir azan pada saat dimohon oleh Hasan dan Husain. Setelah beliau berziarah ke makam Rasulullah, dengan mata lebam beliau mendekati kedua cucu Nabi dan memeluknya erat-erat. "Aku merindukan Nabi," katanya lirih.
Hasan dan Husain lalu berkata: "Wahai muazin Nabi, kami ingin engkau mengumandangkan azan sekali saja sesudah engkau lama tak azan semenjak Rasulullah wafat." Atas permintaan cucu Rasulullah itu, Bilal bin Rabah terakhir mengumandangkan azan di Madinah.
Ada riwayat lain yang menyebutkan Bilal bin Rabah menyuarakan azan terakhir di kota Syam. Beliau tak dapat menolak permintaan khalifah Umar bin Khattab yang rindu mendengar suara dirinya setelah lama tak menggema semenjak Rasulullah wafat.
Semenjak Nabi Muhammad SAW wafat, Bilal bin Rabah tidak mau mengumandangkan azan lagi. Beliau pernah diminta khalifah Abu Bakar untuk menjalankan tugasnya sebagai muazin, namun ditolak. "Wahai Khalifah, apa karena engkau memerdekakan aku, lalu aku harus menjadi muazin-mu!" tanyanya kepada Abu Bakar.
Terakhir kali Bilal menyuarakan azan, baik menurut versi permintaan Hasan-Husain maupun versi permohonan Umar, beliau disebut terhenti dan tidak dilanjutkan sampai sekarang. Bilal bin Rabah terhenti menyuarakan azan pada saat melafalkan kalimat "asyahadu anna Muhammadar Rasulullah."
Suara Bilal bin Rabah tersendat-sendat karena tak kuasa menahan isak tangis dan gejolak jiwanya yang sangat merindukan Nabi Muhammad. Beliau berkali-kali mencoba mengulang kalimat "asyahadu anna muhammad" tapi lagi-lagi suaranya hilang, tenggelam larut dalam aliran air mata rindu cintanya kepada Rasulullah SAW.
Seketika itu pula, sahabat-sahabat Rasul yang menyaksikan kumandang azan terakhir Bilal bin Rabah yang tidak berkelanjutan itu menangis seluruhnya. Tidak terkecuali Umar bin Khattab yang suara tangisannya meledak kencang. Tak pernah Umar bin Khattab menangis sekencang itu kecuali pada saat menyaksikan Bilal bin Rabah tak sanggup menyebut nama Muhammad dalam azannya.