Liputan6.com, Jakarta Nama ayah nabi Ibrahim masih menjadi perdebatan yang tak kunjung usai. Banyak ulama yang mempermasalahkan ini. Namun, masih dijelaskan secara pasti terkait pendapat nama ayah nabi Ibrahim.
Nabi Ibrahim adalah tokoh dalam Al-Qur'an, Alkitab, dan Tanakh, dihormati dan menjadi sosok teladan dalam agama Islam, Kristen, dan Yahudi. Diketahui, nabi Ibrahim merupakan anak dari seoran penyembah berhala. Tugas utama dari nabi Ibrahim adalah menyadarkan kaumnya untuk tidak menyembah berhala dan kembali ke jalan Allah SWT. Sebagaimana Allah berfirman,
“Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)-nya.” (QS. Al-Anbiya: 51)
Advertisement
Dibalik tugas kenabiannya, silsilah keluarga nabi Ibrahim tak dijelaskan secara terperinci di dalam Al-Qur’an. Hanya saja, Al-Qur’an menjelaskan mengenai nama ayah nabi Ibrahim. Sedangkan untuk ibu kandungnya tidak disebutkan.
Untuk lebih paham, berikut ini Liputan6.com ulas mengenai nama ayah nabi Ibrahim yang telah dijelaskan dari berbagai sumber, Selasa (7/2/2023).
Nama Ayah Nabi Ibrahim dalam Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an secara detail dijelaskan siapa nama ayah nabi Ibrahim. Meski begitu masih banyak para ulama dan sejarawan muslim yang berpendapat bahwa itu bukan ayah kandungnya, melainkan seseorang yang bertanggungjawab atas kehidupan nabi Ibrahim.
Al-Qur'an tidak menjelaskan silsilah Ibrahim selain bahwa ayahnya bernama Azar. Salah satu ayat Al-Qur’an yang dimaksud menjelaskan tentang nama ayah nabi Ibrahim berbunyi,
“Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Azar, ‘Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata’.” (QS al-Anam [6]: 74)
Pada kalimat pertama pada ayat tersebut, jelas disebutkan dengan istilah bapak yang berarti dalam bahasa Arab adalah Ab. Kata Ab sendiri menurut bahasa, diartikan sebagai pengasuh atau penanggungjawab, yang dalam hal ini bisa jadi kakek, paman, atau kerabat lainnya.
Hal ini berarti nama ayah nabi Ibrahim bukanlah Azar. Namun nama Azar adalah paman nabi atau kakek dari ibu Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim memanggil Azar dengan sebutan Ab, untuk menunjukkan panggilan sopan kepada orang tua, baik paman, kakek, maupun guru.
Menurut sebuah riwayat ada yang mengatakan bahwa ayah kandung Nabi Ibrahim sendiri bernama Tarakh atau Terah yang tidak pernah menyembah berhala. Hal ini juga dijelaskan pada Alkitab, bahkan ada yang berpendapat bahwa Azar adalah nama patung yang disembah ayahnya Ibrahim.
Dengan banyaknya perdebatan mengenai identitas dari nabi Ibrahim membuat para mufassir kebingungan untuk menentukan nama ayah nabi Ibrahim yang sesungguhnya. Bahkan Mufassir seperti M Quraish Shihab memilih diam dan berusaha netral, namun ia meyakini bahwa Azar bukanlah ayah kandung Nabi Ibrahim.
Dikutip dari jurnal Identitas Azar dalam Literatur Tafsir Nusantara karya Egi Sukma Baihaki, perdebatan terkait nama ayah nabi Ibrahim terus terjadi pada masa klasik hingga para mufassir Nusantara. Mengenai identitas Âzar, Muhammad Nawawi al-Bantani dalam Tafsir Marah Labîd menjelaskan sebagai berikut:
“Âzar adalah ayah Ibrâhîm, di dalam Taurat ia memiliki dua nama salah satunya adalah Tarah.”
Advertisement
Identitas Azar dalam Peradaban Klasik
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, persoalan mengenai identitas Âzar mewarnai sejarah, baik diantara kalangan para sejarawan maupun mufasir. Perbedaan pendapat ini terjadi karena kebanyakan sejarawan dan juga para mufasir membandingkan antara nama lawan bicara Ibrâhîm dalam kisah dialog dengan anggota keluarganya dan antara nama yang disebutkan dalam Al-Qur’an dengan nama yang disebutkan dalam kitab terdahulu.
Para ulama dari kalangan Ahlussunah berpendapat bahwa Âzar adalah ayah hakiki Ibrâhîm. Sedangkan kalangan mufasir Syi’ah semuanya berpandangan bahwa Âzar bukanlah ayah Ibrâhîm. Sebagian ada yang berpendapat bahwa ia adalah kakek dari ibu Ibrâhîm, dan mayoritas berpendapat bahwa Âzar adalah paman Ibrâhîm.
Penggunaan perbandingan nama yang terdapat dalam Taurat dan nama yang disebutkan dalam Al-Qur’an dikomentari oleh Hisyam Thalbah yang menyebutkan bahwa Kitab Perjanjian Lama menjadi sumber satu-satunya berkaitan dengan kehidupan Ibrâhîm. Namun, banyak diantara riwayat yang terkandung di dalamnya tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Ali ash-Shâbûnî mengkritik pandangan yang beranggapan bahwa nama Tarih adalah nama ayah Ibrâhîm dan Âzar adalah paman Ibrâhîm berdasarkan catatan Taurat, yang memang tidak bisa dipercaya, karena sumber Taurat sendiri telah diselewengkan, meski pandangan ini banyak diikuti oleh kalangan mufasir. Menurutnya, nama yang terdapat dalam Al-Qur’an adalah pendapat yang benar dan terpercaya.
Nama Ibu Nabi Ibrahim
Selain perdebatan mengenai nama ayah nabi Ibrahim, para ulama juga mempermasalahkan nama ibu kandung nabi Ibrahim. Menurut Al-Hafidz Ibnu Asakir meriwayatkan bahwasanya ibu kandung Ibrahim bernama Amilah. Sementara menurut al-Kalbiy, ibu kandung nabi Ibrahim bernama Buna binti Karbeta bin Kartsi yang masih keturunan Arpakhsad bin Sem bin Nuh. Lebih lanjut, Ibnu Asakir kembali meriwayatkan dalam kitab at-Tarikh dari Ishaq bin Basyar al-Kahiliy bahwasanya Nabi Ibrahim dijuluki sebagai "Abu adh-Dhaifan."
Advertisement