Makna Jihad dalam Islam, Usaha untuk Mencapai Kebaikan Diri

Makna Jihad dalam Islam beserta dengan bentuk-bentuknya.

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 23 Feb 2023, 15:40 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2023, 15:40 WIB
Ilustrasi seorang muslim berdoa, Islam
Ilustrasi seorang muslim berdoa, Islam. (Photo by Masjid Pogung Dalangan on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Jihad seringkali disalah artikan oleh sebagian orang, hingga akhirnya menimbulkan tindakan ekstrim yang merugikan dan dapat melukai banyak orang. Seringkali, banyak orang menyamakan istilah jihad dan terorisme. Ini sebagian karena banyak penulis menggunakan istilah “jihadis” ketika menggambarkan kekerasan Muslim radikal.

Pandangan akan Jihad yang tidak tepat ini membuat munculnya paham-paham radikal yang membawa doktrin agama yang keliru. Padahal pada prinsipnya Jihad dalam Al Quran tidak selalu bermakna peperangan, apalagi menghimbau orang-orang untuk melakukan peperangan. Jidah adalah usaha untuk mengalahkan hawa nafsu dan mencapai kebaikan.

Kata jihad sendiri setidaknya disebutkan sebanyak 41 kali dalam Al Quran, yang mana kata Jihad di dalam Al Quran ini bermakna kesungguhan dan usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh demi memperjuangkan kebaikan. Memiliki makna yang dalam, makna Jihad dalam Islam penting untuk dipahami agar tidak terjadi kekeliruan dalam penerapannya.

Lebih lengkapnya, berikut ini Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pada Kamis (23/2/2023). Makna Jihad dalam Islam beserta dengan bentuk-bentuknya.

Jihad Menurut Hukum Islam

Ilustrasi Islam, muslim, membaca Al-Qur'an
Ilustrasi Islam, muslim, membaca Al-Qur'an. (Photo by Syed Aoun Abbas on Unsplash)

Istilah Arab jihad secara harfiah berarti “perjuangan” atau “berjuang.” Istilah ini muncul dalam Al-Qur'an dalam konteks yang berbeda dan dapat mencakup berbagai bentuk perjuangan tanpa kekerasan: misalnya perjuangan untuk menjadi orang yang lebih baik. Ini termasuk dalam kategori “jihad diri”, sebuah subjek penting dalam karya-karya renungan Islam .

Namun, dalam konteks khusus hukum Islam, jihad secara umum berarti perjuangan bersenjata melawan pihak luar. Sarjana hukum Islam abad pertengahan menggambarkan dua bentuk dasar jihad bersenjata jihad defensif, perjuangan bersenjata melawan penjajah dan jihad agresif, serangan pencegahan atau ofensif yang ditugaskan oleh otoritas politik.

Selain itu Jihad juga dibedakan menjadi, jihad kecil dan jihad besar. Jihad yang besar juga disebut jihad melawan diri sendiri, yaitu perjuangan untuk menaklukkan ego sendiri, melawan kecenderungan dan kecenderungan jahat. Ini adalah perjuangan spiritual untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan, dan merupakan kewajiban perjuangan sadar seumur hidup pada setiap Muslim.

Sedangkan Jihad kecil adalah berperang untuk membela diri melawan musuh yang telah memulai serangan. Ini juga merupakan upaya untuk menghadapi musuh yang secara tidak sah mengusir seseorang dari rumahnya dan melanggar batas kebebasan beribadah kepada Tuhan. Jihad tidak dimaksudkan untuk menumpahkan darah, mendorong ketidaksetiaan terhadap pemerintah yang mapan atau mengganggu perdamaian dengan cara apa pun. Karena semua tindakan seperti itu bertentangan dengan ajaran Islam.

Penerapan Jihad Dalam Kehidupan Part 1

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Jihad merupakan upaya dan usaha untuk mencapai kebaikan diri. Dan penerapan jihad dalam kehidupan sehari-hari haruslah dimulai dengan melawan hawa nafsu diri sendiri. 

Jihad Melawan Diri

1. Imam Ibnu Qayyim menyarankan pertama-tama untuk mengangkat jati diri kita dengan mempelajari Islam. Tentunya, ini harus berasal dari sumber yang otentik dan kredibel. Ketika kita mempelajari Islam dan sebagai bagian dari proses melepaskan hal-hal negatif kita sendiri, kita mungkin jatuh ke dalam kesalahan yang sama lagi meskipun berusaha sebaik mungkin untuk menghindarinya. Kedua contoh ini adalah Jihad nyata bagi setiap Muslim.

Intinya, kita harus melengkapi upaya kita dengan mencari bimbingan-Nya yang terus menerus. Hidaya (petunjuk) memang milik-Nya, dan hanya Dia yang berhak melimpahkannya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Allah mengingatkan Nabi kita tercinta Muhammad saw tentang hak-Nya untuk memberikan petunjuk dalam Surat Al-Qasas:

Surat Al-Qashash Ayat 56

إِنَّكَ لَا تَهْدِى مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ

Artinya: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.

 

2. Kedua, menerapkan apa yang telah kita pelajari dengan mempraktekkannya sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan kita. Ini tidak akan menjadi perjalanan berlayar yang mulus juga tidak sempurna sepanjang waktu. Tekad kita akan diuji. Dan mempertahankannya juga merupakan bentuk jihad.

 

3. Ketiga adalah menyebarkan ajaran Islam, khususnya bagi mereka yang mencari. Al-Qur'an yang mulia tidak pernah kekurangan catatan tentang orang-orang sebelum kita yang menyembunyikan kebenaran. Banyaknya ilmu yang mereka peroleh tidak bermanfaat bagi siapapun juga tidak menyelamatkan mereka dari siksa api neraka. Itu harus menjadi refleksi dan pencegah. Renungkan firman Allah dalam surat As-Saff:   

Surat As-Shaff Ayat 3

كَبُرَ مَقْتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفْعَلُونَ

Artinya: Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

 

4. Terakhir, adalah konsisten meningkatkan kesadaran tentang pesan Islam. Kadang-kadang, kita mungkin menghadapi tantangan untuk memperbaiki kesalahan atau informasi yang salah tentang Islam, terutama jika itu berasal dari lingkungan terdekat kita. Hal ini membutuhkan pendekatan yang halus untuk mencapai tujuan tanpa memutuskan hubungan. Inilah ranah Jihad lain yang membutuhkan hikmah untuk melengkapi ilmu. Allah mengingatkan kita dalam Surat An-Nahl:      

Surat An-Nahl Ayat 125

ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Penerapan Jihad Dalam Kehidupan Part 2

Jihad Melawan Setan

Ibn Qayyim mengidentifikasi dua domain di mana kehadiran setan menonjol. Dia juga mengusulkan dua cara yang layak untuk mengatasi masalah ini. Domain pertama menargetkan Iman dengan tujuan melemahkan negaranya. Lebih sering daripada tidak, itu menimbulkan keraguan yang dapat merugikan iman kita. 

Sebagai contoh adalah kondisi saat Covid 19 kemarin, di antara kita atau seseorang yang kita kenal mungkin kehilangan pekerjaan dalam semalam. Krisis kehidupan nyata ini dapat mendorong orang kehilangan rasa aman dan pada tingkat yang lebih luas, stabilitas. Hal ini dapat menimbulkan dampak besar bagi seorang Muslim yang taat. 

Krisis kehidupan ini memberikan jalan bagi setan untuk meragukan keyakinan seseorang pada takdir (Qada & Qadar), perlakuan tidak adil dan pikiran baik kepada Allah.  Di sini, Ibn Qayyim menjelaskan bahwa Jihad dapat diamati dengan menaruh kepercayaan yang tidak tergoyahkan pada pekerjaan Allah. 

Ada banyak peristiwa kehidupan yang tidak dapat kita ketahui atau kendalikan. Oleh karena itu, keyakinan kita pada Qadha dan Qadar-Nya sedang diuji, dan kita harus waspada terhadap hasutan jahat yang dibuat oleh setan. Dzikir atau doa harian dapat membantu menenangkan pikiran yang bermasalah. Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita doa yang sangat baik dalam kaitannya dengan cobaan dalam hidup: 

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa khawatir dan sedih, dari ketidakmampuan dan kemalasan, dari sifat kikir dan pengecut, dari beban hutang dan dikuasai oleh manusia." (Sahih Al-Bukhari)

Surat Al-Hajj Ayat 11

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَعْبُدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ حَرْفٍ ۖ فَإِنْ أَصَابَهُۥ خَيْرٌ ٱطْمَأَنَّ بِهِۦ ۖ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ ٱنقَلَبَ عَلَىٰ وَجْهِهِۦ خَسِرَ ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةَ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلْخُسْرَانُ ٱلْمُبِينُ

Artinya: Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.

Terakhir, Ibnu Qayyim juga menjelaskan ketangguhan seseorang dalam menghadapi godaan dan kejahatan sebagai wilayah lain yang sering dieksploitasi oleh setan. Ulama menyarankan bahwa meniru kesabaran dan ketekunan orang-orang beriman sebelum kita adalah juga bentuk Jihad. Hal ini sama dengan ayat Al Quran yang berbunyi  

Surat As-Sajdah Ayat 24

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا۟ ۖ وَكَانُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا يُوقِنُونَ

Artinya: Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.

 

Jihad memiliki makna yang dalam dan juga baik, sayangnya doktrin Jihad telah berada dalam sorotan negatif untuk waktu yang lama karena perilaku tidak sah dari kelompok minoritas Muslim di seluruh dunia. Dan seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur'an, kita harus mengambil langkah tegas untuk mengoreksi kesalahan ini dari segala penjuru. 

Kita harus menghilangkan trauma Jihad menjadi istilah yang tidak bermusuhan untuk dipahami oleh orang-orang di sekitar kita dan generasi mendatang. Sebagai umat Islam kita memikul kewajiban untuk menunjukkan belas kasihan dan kasih sayang kepada mereka yang mungkin memiliki informasi yang salah tentang Jihad.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya