Liputan6.com, Jakarta Halimah Sa’diyah merupakan suatu nama yang mungkin belum dikenali oleh sebagian orang Islam. Kamu mungkin pernah mendengar nama ini disebutkan dalam kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Di Makkah, ada kebiasaan ketika bayi baru lahir, maka akan diasuh dan disusui oleh wanita dari desa. Tujuannya agar bayi yang baru dilahirkan dapat diasuh di lingkungan pergaulan masyarakat yang baik dan mempelajari bahasa Arab yang baku dan murni.
Halimah Sa’diyah adalah ibu susuan Nabi Muhammad SAW. Kisahnya perlu kamu pahami sebagai umat Nabi Muhammad SAW. Pasalnya, kisah Halimah Sa’diyah ini juga sangat penting dalam perjalanan hidup Rasulullah SAW.
Advertisement
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (27/2/2023) tentang Halimah Sa’diyah.
Kisah Kabilah Hawazin
Kisah Halimah Sa’diyah berkaitan dengan kebiasaan masyarakat Arab kuno, di mana orang tua akan menitipkan anaknya kepada wanita-wanita yang tinggal di dusun pedalaman. Mereka berharap anak akan mendapatkan lingkungan yang baik dan mempelajari bahasa Arab yang baku dan murni.
Halimatus Sa'diyah atau Halimah As Sa’diyah adalah ibu susuan Nabi Muhammad SAW. Halimah Sa’diyah berasal dari bani Saad, Kabilah Hawazin, suku yang tinggal di Ta'if Arabia. Pada tahun-tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW, Ta'if adalah wilayah dusun yang jauh dari hiruk pikuk kota.
Alkisah, Kabilah Hawazin mengalami paceklik panjang karena musim kering berkepanjangan. Kekeringan di mana-mana dan menyebabkan gagal panen. Hewan ternak kurus dan tidak menghasilkan susu sebagaimana biasanya. Keluarga Halimah dan suaminya, Harits bin 'Abd al-'Uzza yang dijuluki Abu Kabsyah tak luput dari deraan paceklik tersebut. Terlebih, mereka adalah keluarga miskin.
Kondisi ini memaksa Halimah as Sa'diyah dan sejumlah wanita dari sukunya pergi ke Makkah, sebuah kota besar dengan penduduk kaya raya. Mereka akan menawarkan diri sebagai ibu susuan dengan imbalan tertentu. Para wanita didampingi para suami ini lantas berangkat bersama-sama ke Makkah. Namun, karena untanya yang kurus kering, Halimah dan suaminya tertinggal dari rombongan. Untanya terlalu lemah karena kurang gizi. Kemudian, beberapa waktu kemudian, wanita-wanita lainnya pun mendapat anak susuan dan akan segera kembali ke tempat asalnya. Saat itulah, Halimah as Sa'diyah mendapati masih ada satu bayi laki-laki Bani Hasyim yang belum diambil oleh teman-temannya.
Bayi itu bernama Muhammad yang terlahir yatim. Ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib meninggal ketika ia masih dalam kandungan ibunya, Aminah. Rupanya, tak ada yang mau mengambil Bayi Muhammad. Mereka khawatir, tidak akan mendapatkan imbalan atau bayaran semestinya karena Muhammad terlahir yatim. Meski dari keluarga terhormat, Bani Hasyim bukanlah keluarga yang kaya raya. Mereka terhormat karena berasal dari nasab yang terhormat dan statusnya sebagai pelayan Baitullah, Ka'bah. Jadi, masuk akal wanita-wanita kabilah Hawazin enggan mengambil Muhammad sebagai anak susuan. Sebab, mereka pun butuh imbalan demi mencukupi hidupnya.
Advertisement
Kisah Halimah As Sa’diyah
Halimah as Sa'diyah sendiri datang ke Makkah dengan anak bayi dan suaminya dalam kondisi yang memprihatinkan. Karena kelaparan yang dahsyat, air susu atau ASI Halimah hanya sedikit, bahkan dalam berbagai riwayat dikatakan susunya mengering. Hanya untuk menyusui bayinya saja, kadang tidak cukup.
Namun, Halimah telah bertekad tidak akan kembali ke kabilahnya tanpa membawa bayi susuan. Oleh karena itu, dia tetap mau mengambil Muhammad bayi. Dia berharap dari menjadi ibu asuh itulah, dia mendapatkan berkah. Sebelumnya, Muhammad menyusu kepada ibunya, pengasuhnya Ummu Aiman dan Tsuwaibah, pengasuh dari keluarga Abu Lahab.
Mungkin saja, saat itu Halimah belum menyadari bahwa bayi yang diasuhnya adalah Nabi Besar paling akhir. Naluri keibuan, kasih sayang, dan kondisinya yang serba kekurangan itulah yang membulatkan tekadnya mengasuh Muhammad.
Namun, berikutnya, segera saja Halimah mendapatkan berkah-berkah tak terduga setelah resmi menjadi ibu susuan Muhammad. Keajaiban itu bahkan langsung terjadi, begitu Halimah menyusui Muhammad kecil.
Kejaiban yang Terjadi pada Halimah
Keajaiban pertama, ASI halimah yang biasanya sedikit, kini begitu berlimpah sehingga ia tak khawatir dengan kecukupan ASI bagi Muhammad dan anaknya sendiri. Mulai saat itu juga, Halimah mulai menyadari keberkahan-keberkahan itu sehingga semakin sayang dan mantap mengasuh Nabi Muhammad. Maka dia pun kembali ke kabilahnya dengan untanya yang kurus kering lagi lemah itu.
Keberkahan dan limpahan kebaikan yang diperoleh Halimah tak berhenti pada ASI-nya yang mendadak melimpah. Dalam perjalanan pulang, tampaklah untanya bugar. Si unta kelihatan begitu gesit dan kuat sehingga mampu menyusul rombongan wanita-wanita dari kabilahnya yang telah berangkat terlebih dahulu. Sang suami juga kaget, karena mendadak saja, unta yang tak mengeluarkan susu kini justru penuh susu yang cukup dikonsumsi oleh Halimah dan suaminya. Keajaiban ini membuat teman-temannya bertanya-tanya, apa gerangan yang terjadi. Halimah kala itu sudah menyadari bahwa ada kemungkinan doanya bahwa bayi yatim itu akan membawa keberkahan dalam hidupnya.
Kepada teman-temannya, Halimah pun menjawab bahwa keberadaan anak dari Bani Hasyim yang kini jadi anak susuannya itulah yang membuat semuanya berubah penuh berkah. Singkat kisah, sampailah rombongan kafilah tersebut ke kabilahnya. Sejak saat itu pula, Muhammad SAW kerap dipanggil sebagai Ibnu Kabsyah, alias Muhammad anak Kabsyah.
Selama itu pula, Muhammad bayi tak pernah menyusahkan keluarga Halimah. Dalam salah satu riwayat, Muhammad bayi akan mengatupkan mulutnya erat-erat jika akan disusui dengan puting lainnya, sementara dia sudah menyusu ke salah satunya. Tampak sudah sejak bayi, Nabi Muhammad SAW sudah berlaku adil. Dia tak mau mengambil jatah saudara sepersusuannya yang kala itu juga masih menyusu.
Advertisement
Keluarga Halimah As Sa’diyah
Dalam berbagai riwayat, saudara sesusuannya adalah adalah Syaima binti al-Harits bin Abdul Uzza, atau Abi Kabsyah, alias anak kandung Halimah as Sa'diyah. Keluarga Halimah dipenuhi keberkahan sejak kedatangan Muhammad SAW. Dia tumbuh di tengah keluarga yang penuh kemuliaan bersama saudara-saudara sepersusuan lainnya, yakni Abdullah bin al-Harits dan Anisa binti al-Harits. Bahkan, keluarga miskin itu kini hidup berkecukupan karena berkah manusia mulia yang ada di tengah keluarga mereka.
Domba dan Unta yang semula tak mengeluarkan susu, kini produksi susunya berlimpah. Hewan ternak juga jadi gemuk-gemuk. Ini berbeda dengan kondisi hewan milik tetangganya yang tetap kurus lantaran kurang makanan. Dan itu membuat tetangganya juga menyadari bahwa anak yang diasuh Halimah penuh berkah. Boleh dibilang, Halimah, suaminya, dan saudara-saudara Nabi Muhammad di kabilah Hawazinlah yang menyaksikan pertama kali keajaiban-keajaiban di sekitar Muhammad kecil.