Bangsa Eropa yang Pertama Kali Datang ke Indonesia adalah Portugis, Berikut Sejarahnya

Portugis datang ke Indonesia pada awal abad ke-16.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 21 Mar 2023, 07:50 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2023, 07:50 WIB
Vasco da Gama (2)
Pengutusan Vasco da Gama. Pada tahun 1511, Portugis yang dipimpin oleh Afonso de Albuquerque menaklukkan Malaka, sebuah pelabuhan penting di Selat Malaka yang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah. (Sumber Ancient Origins)

Liputan6.com, Jakarta Bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Indonesia adalah bangsa Portugis pada awal abad ke-16. Pada tahun 1511, Portugis yang dipimpin oleh Afonso de Albuquerque menaklukkan Malaka, sebuah pelabuhan penting di Selat Malaka yang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah. 

Setelah itu, Bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Indonesia adalah Portugis mulai memperluas pengaruhnya di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Portugis mendirikan pelabuhan-pelabuhan di Pulau Solor, Flores, dan Timor, serta menjalin hubungan dagang dengan Kerajaan Maluku yang terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti cengkeh dan pala.

Kedatangan Portugis ini kemudian diikuti oleh kedatangan bangsa-bangsa Eropa lainnya, seperti Spanyol, Belanda, dan Inggris, yang juga memperluas pengaruhnya di Indonesia pada abad-abad selanjutnya. Berikut ulasan tentang Bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Indonesia adalah Portugis yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (21/3/2023).

Latar Belakang Kedatangan portugis ke Indonesia

Segudang Manfaat Cengkeh untuk Kesehatan
Latar belakang kedatangan Portugis ke Indonesia adalah untuk menguasai perdagangan rempah-rempah yang sangat berharga, terutama cengkih dan pala yang banyak tumbuh di wilayah Maluku dan sekitarnya.

Bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Indonesia adalah Portugis. Latar belakang kedatangan Portugis ke Indonesia adalah untuk menguasai perdagangan rempah-rempah yang sangat berharga, terutama cengkih dan pala yang banyak tumbuh di wilayah Maluku dan sekitarnya. Pada saat itu, rempah-rempah merupakan komoditas yang sangat penting dan memiliki nilai yang sangat tinggi di Eropa karena digunakan sebagai bumbu penyedap makanan, pengobatan, dan pengawetan makanan.

Sebelum kedatangan Portugis, perdagangan rempah-rempah di Indonesia didominasi oleh pedagang Arab dan Tiongkok. Namun, pada abad ke-15, Portugis mulai mencari jalan baru untuk mencapai sumber rempah-rempah langsung dari sumbernya, yaitu Maluku. Mereka ingin memotong jalur perdagangan yang selama ini melibatkan pedagang-pedagang Muslim dan Hindu yang menguasai rute laut dari India ke Asia Tenggara.

Pada tahun 1498, Vasco da Gama, seorang penjelajah Portugis, berhasil menemukan jalur laut baru ke India melalui Tanjung Harapan yang terletak di ujung selatan Afrika. Hal ini membuka peluang bagi Portugis untuk memperluas pengaruhnya di Asia, termasuk Indonesia.

Dalam upaya menguasai perdagangan rempah-rempah, Portugis melakukan ekspansi ke berbagai wilayah di Indonesia, seperti Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Mereka mendirikan pos-pos perdagangan, benteng-benteng, dan membangun hubungan dagang dengan para pemimpin lokal. Namun, kebijakan eksploitatif mereka dalam menguasai perdagangan rempah-rempah di Indonesia memicu perlawanan dari masyarakat dan para penguasa lokal, dan memicu konflik yang berkepanjangan.

Masa Kolonialisme Portugis di Indonesia

Benteng Maas Peninggalan Portugis sebagai Pemantau Perairan Sulawesi
Benteng Maas peninggalan Portugis di Gorontalo. Portugis mendirikan benteng-benteng dan pos-pos perdagangan di Maluku, serta menjalin hubungan dagang dengan para pemimpin lokal. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Indonesia adalah Portugis. Sejarah kolonialisme Portugis di Indonesia dimulai pada awal abad ke-16, ketika Portugis menaklukkan Malaka dan memperluas pengaruhnya di Asia Tenggara. Pada masa itu, perdagangan rempah-rempah menjadi sangat penting bagi Portugis, dan mereka melakukan ekspansi ke berbagai wilayah di Indonesia, seperti Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.

Portugis mendirikan benteng-benteng dan pos-pos perdagangan di Maluku, serta menjalin hubungan dagang dengan para pemimpin lokal. Namun, kebijakan eksploitatif mereka dalam menguasai perdagangan rempah-rempah memicu perlawanan dari masyarakat dan para penguasa lokal, dan memicu konflik yang berkepanjangan.

Pada abad ke-17, Portugis mulai kehilangan pengaruhnya di Indonesia, terutama setelah kedatangan Belanda yang lebih kuat dan agresif. Pada tahun 1605, Belanda menyerang dan merebut benteng Portugis di Ambon, yang kemudian diikuti dengan penyerangan dan pengusiran Portugis dari wilayah-wilayah lain di Maluku.

Meskipun demikian, Portugis tetap memiliki pengaruh kecil di Indonesia, terutama di wilayah timur seperti Flores dan Timor. Mereka mendirikan pos-pos perdagangan dan membangun hubungan dagang dengan para pemimpin lokal. Portugis juga memperkenalkan agama Katolik ke Indonesia, yang masih dianut oleh sebagian penduduk di Flores dan Timor.

Pengaruh Portugis di Indonesia semakin melemah pada abad ke-19, dan pada akhirnya mereka kehilangan semua wilayah yang pernah mereka kuasai di Indonesia. Pada tahun 1975, Timor Timur, wilayah terakhir yang dikuasai Portugis di Indonesia, memproklamirkan kemerdekaannya sebagai negara yang baru terbentuk, tetapi kemudian direbut oleh Indonesia pada tahun yang sama.

Peninggalan Kolonialisme Portugis di Indonesia

20160705-Menikmati Keindahan Panorama Benteng Otanaha di Gorontalo-Sulawesi
Wisatawan ketika menikmati keindahan Benteng Otanaha di Kota Gorontalo, 5 Juli 2016. Benteng yang dibangun oleh Bangsa Portugis pada tahun 1522 ini seolah menjadi saksi bisu kejayaan Kerajaan Gorontalo. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Indonesia adalah Portugis. Meskipun pengaruh kolonialisme Portugis di Indonesia tidak sebesar pengaruh Belanda atau Inggris, ada beberapa pengaruh yang masih dapat dilihat hingga sekarang. Berikut pengaruh kolonialisme Portugis di Indonesia. 

1. Bahasa

Portugis memberikan pengaruh pada beberapa bahasa di Indonesia, terutama di wilayah timur seperti Flores dan Timor. Beberapa kata dalam bahasa daerah di wilayah tersebut memiliki kemiripan dengan bahasa Portugis.

2. Agama

Portugis memperkenalkan agama Katolik ke Indonesia, terutama di wilayah timur. Hingga saat ini, agama Katolik masih dianut oleh sebagian penduduk di Flores dan Timor.

3. Budaya

Portugis juga memberikan pengaruh pada budaya di Indonesia, terutama di wilayah timur. Misalnya, dalam upacara adat di Flores, terdapat pengaruh dari tradisi Portugal, seperti pemakaian topi pada saat upacara.

4. Seni

Seni rupa di Indonesia juga terpengaruh oleh Portugis, terutama dalam seni ukir kayu dan seni tenun. Terdapat seni ukir kayu dengan corak Portugal yang masih dipraktikkan hingga saat ini di Flores. Sementara di Timor, seni tenun khas Timor juga memiliki kemiripan dengan seni tenun Portugal.

5. Arsitektur

Arsitektur di Indonesia juga terpengaruh oleh Portugis, terutama di wilayah timur. Terdapat beberapa gereja dan bangunan yang memiliki arsitektur khas Portugal di Flores, seperti gereja di Ruteng dan Gereja Bunda Maria di Maumere.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya