Kaligrafi Aksara Bali adalah Seni Tulis, Ketahui Sejarah, Bentuk dan Maknanya

Kaligrafi aksara bali adalah salah satu seni tulis, yang memperlihatkan keindahan dalam bentuk tulisan.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 21 Apr 2023, 21:30 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2023, 21:30 WIB
Ilustrasi kaligrafi (sumber: Hurrah Suhail from Pexels)
Ilustrasi kaligrafi (sumber: Hurrah Suhail from Pexels)

Liputan6.com, Jakarta Kaligrafi aksara Bali adalah seni tulis yang memperlihatkan keindahan dalam bentuk tulisan, melalui penggunaan ragam bentuk dan gaya tulisan, serta memperhatikan estetika dari setiap huruf dan aksara yang digunakan. Kaligrafi aksara Bali biasanya dilakukan secara tradisional menggunakan peralatan tulis seperti pensil atau pena bambu, di media yang beragam, seperti lontar, kain, kayu, atau kertas.

Tujuan dari kaligrafi aksara Bali adalah untuk menciptakan karya seni yang indah, bernilai estetik dan memiliki makna yang dalam, terutama dalam konteks keagamaan dan sastra. Seni kaligrafi aksara Bali telah berkembang sejak abad ke-14, dan terus dikembangkan hingga kini.

Kaligrafi aksara Bali memainkan peran penting dalam budaya Bali, dan merupakan bagian dari warisan seni rupa Bali yang kaya. Seni kaligrafi aksara Bali tidak hanya digunakan sebagai media untuk menulis teks-teks keagamaan dan sastra, tetapi juga sebagai dekorasi pada bangunan-bangunan suci seperti pura, candi, dan arca. Bahkan, seni kaligrafi aksara Bali juga digunakan dalam seni tari, musik, dan teater Bali.

Berikut ini bentuk kaligrafi aksara Bali yang Liputan6.com rangkum dari berbagi sumber, (///).

 

Sejarah

Belajar Aksara Bali dan Jawa di Hotel Bintang 5
Belajar aksara Jawa di hotel bintang 5, Amanjiwo yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. (dok. Aman)

Mengutip dari laman Merajut Indonesia, Aksara Bali dikenal sebagai Hanacaraka yang merupakan salah satu aksara tradisional Indonesia yang berkembang di Pulau Bali. Aksara ini terutama digunakan untuk menulis bahasa Bali, Sanskerta, dan Kawi, yang  dalam perkembangannya digunakan untuk menulis beberapa bahasa daerah lainnya, seperti bahasa Sasak dan Melayu dengan tambahan dan modifikasi.

Aksara Bali merupakan turunan dari aksara Brahmi India, melalui perantara aksara Kawi dan berkerabat dekat dengan aksara Jawa. Aksara Bali aktif digunakan dalam sastra maupun tulisan sehari-hari masyarakat Bali, sejak pertengahan abad ke-15 hingga kini dan masih diajarkan di Bali sebagai bagian dari muatan lokal, meski penerapannya dalam kehidupan sehari-hari telah berkurang.

Aksara Bali adalah sistem tulisan abugida yang terdiri dari sekitar 18 hingga 33 aksara dasar, tergantung dari penggunaan bahasa yang bersangkutan. Seperti aksara Brahmi lainnya, setiap konsonan merepresentasikan satu suku kata dengan vokal inheren /a/ yang dapat diubah dengan pemberian diakritik tertentu.

Perkembangan seni kaligrafi aksara Bali kemudian didorong oleh kebutuhan, untuk membuat teks-teks keagamaan dan sastra Bali lebih indah dan bernilai estetik. Para seniman mulai memperhatikan bentuk, ukuran, dan gaya tulisan, sehingga tercipta berbagai macam bentuk kaligrafi aksara Bali yang indah dan unik. Bentuk-bentuk kaligrafi aksara Bali yang berkembang pada masa itu meliputi aksara Bali Kuno, aksara Bali Madya, dan aksara Bali Usada.

 

Bentuk

Ilustrasi kaligrafi (Gambar oleh matponjot dari Pixabay)
Ilustrasi kaligrafi (Gambar oleh matponjot dari Pixabay)

Aksara Bali Kuno

Aksara Bali Kuno merupakan bentuk aksara Bali yang paling sederhana. Aksara ini terdiri dari 18 huruf yang terdiri dari 10 huruf vokal dan 8 huruf konsonan. Kaligrafi aksara Bali Kuno sering digunakan untuk menulis teks-teks keagamaan dan sastra Bali yang kuno, seperti Kakawin Ramayana dan Kakawin Bhomantaka. Kaligrafi aksara Bali Kuno memiliki bentuk yang cukup sederhana, dengan bentuk huruf yang lebih cenderung lurus dan simpel. Namun, hal ini tidak membuatnya kurang indah dan menarik, karena kaligrafi aksara Bali Kuno biasanya dihiasi dengan hiasan-hiasan seperti gambar-gambar dewa atau motif-motif seni Bali.

Aksara Bali Madya

Aksara Bali Madya merupakan bentuk aksara Bali yang lebih kompleks, dibandingkan aksara Bali Kuno. Aksara Bali Madya terdiri dari 32 huruf yang terdiri dari 14 huruf vokal dan 18 huruf konsonan. Aksara ini biasanya dipakai untuk menulis teks-teks keagamaan dan sastra Bali yang lebih modern, seperti Kidung Sunda atau Arjuna Wiwaha. Kaligrafi aksara Bali Madya memiliki bentuk huruf yang lebih bervariasi dan lebih kompleks, dengan berbagai hiasan seperti gambar-gambar dewa atau motif-motif seni Bali. Bentuk huruf pada kaligrafi aksara Bali Madya juga lebih artistik dan mengalir, sehingga menghasilkan karya seni yang indah dan menawan.

Aksara Bali Usada

Aksara Bali Usada merupakan bentuk aksara Bali, yang dipakai untuk menulis teks-teks obat-obatan tradisional Bali. Aksara Bali Usada terdiri dari 32 huruf yang terdiri dari 14 huruf vokal dan 18 huruf konsonan. Kaligrafi aksara Bali Usada biasanya dihias dengan gambar-gambar tumbuhan obat atau binatang yang dipakai sebagai bahan obat.

Kaligrafi Bali Lontar

Lontar adalah sejenis daun palem yang digunakan sebagai bahan, untuk menulis teks-teks keagamaan dan sastra Bali. Kaligrafi Bali Lontar merupakan seni kaligrafi yang dilakukan pada lontar, dengan menggunakan pensil bambu dan tinta hitam. Kaligrafi Bali Lontar sering dipakai sebagai hiasan pada pura atau sebagai benda seni. Bentuk kaligrafi Bali Lontar biasanya lebih sederhana, dibandingkan dengan kaligrafi aksara Bali lainnya, dengan bentuk huruf yang cenderung lurus dan simpel. 

 

Makna

Keseimbangan dan Harmoni

Salah satu makna yang terkandung dalam kaligrafi aksara Bali, adalah keseimbangan dan harmoni. Bentuk huruf yang terdapat dalam kaligrafi aksara Bali memiliki keseimbangan yang sempurna antara vertikal, horisontal, dan kurva. Hal ini melambangkan keseimbangan dan harmoni dalam alam semesta, serta harmoni antara manusia dengan lingkungan dan sesama manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, makna ini dapat diinterpretasikan sebagai pentingnya menjaga keseimbangan antara kegiatan spiritual dan materi, antara kerja dan waktu istirahat, antara kebutuhan diri sendiri dan kebutuhan orang lain.

Keindahan Alam dan Dewa

Kaligrafi aksara Bali sering dihiasi dengan gambar-gambar dewa, motif-motif seni Bali, dan gambar-gambar alam seperti pohon, bunga, atau gunung. Hal ini melambangkan keindahan alam dan kehadiran dewa-dewa dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, makna ini dapat diinterpretasikan sebagai pentingnya menjaga keindahan alam dan menghargai keberadaan dewa-dewa sebagai simbol kekuatan spiritual yang memimpin kehidupan manusia.

Spiritualitas dan Kesucian

Aksara Bali adalah simbol keagungan, kebijaksanaan, dan kesucian. Maka dari itu, kaligrafi aksara Bali sering digunakan untuk membuat tulisan-tulisan suci seperti kitab-kitab agama atau mantra-mantra keagamaan. Makna ini mengajarkan manusia untuk selalu berhubungan dengan sisi spiritualnya, menjaga kesucian dalam segala tindakan dan perilaku, serta menghargai keberadaan kitab-kitab suci dan mantra-mantra keagamaan sebagai jalan untuk mencapai kebijaksanaan dan keseimbangan dalam hidup.

Kebudayaan dan Identitas

Kaligrafi aksara Bali juga merupakan bagian penting dari kebudayaan Bali, dan menjadi simbol identitas masyarakat Bali. Oleh karena itu, banyak kaligrafi aksara Bali yang menggambarkan simbol-simbol kebudayaan Bali seperti tarian, ukiran, atau arsitektur tradisional Bali. Makna ini mengajarkan manusia untuk selalu mempertahankan dan menghargai budaya, serta identitasnya sebagai bagian dari keberagaman manusia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya