Liputan6.com, Jakarta Bisa bersantai tanpa memikirkan pekerjaan tentu menjadi keinganan banyak orang. Namun, tentu saja, waktu untuk bersantai tanpa berpikir soal pekerjaan hanya bisa didapatkan saat mengambil cuti saja. Bahkan, banyak pula yang tetap mengurus pekerjaan meski tengah mengambil cuti untuk berlibur.
Hal ini pula yang membuat Li Shu memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya. Dilansir Liputan6.com dari Oddity Central, Selasa (23/5/2023) Li Shu memilih untuk berhenti dari pekerjaannya untuk bisa bersantai di apartemen sewaannya.
Baca Juga
Tentu saja, keputusan yang dibuat oleh pria 29 tahun ini menjadi perhatian banyak netizen. Bahkan, budaya 'rebahan' yang dipilihnya membuat Li Shu memilih untuk menghabiskan waktu di sebuah tenda.
Advertisement
Pria asal Provinsi Sichuan ini diketahui telah berhenti dari pekerjaannnya sejak 2018 lalu. Dirinya pun memilih hanya bersantai di apartemen selama berhari-hari. Namun, tentu saja tanpa memiliki pekerjaan, uang tabungannya akan cepat habis. Hal inilah yang membuat Li Shu memilih untuk tinggal di tenda yang berada di antara puing-puing bangunan yang ditinggalkan.
Pilih menjual barang
Mengetahui dirinya harus membayar sewa apartemen serta membeli berbagai kebutuhan membuat tabungannya cepat berkurang. Terlebih, dirinya tak memikirkan mengenai pekerjaan. Ia pun harus mencari cara untuk menghasilkan uang atau pindah dari hunian yang ia tempati. Opsi pertama untuk mengambil pekerjaan tidak ia pertimbangan. Li Shu pun memilih untuk menjual berbagai barang miliknya hingga memiliki uang tambahan sebesar 400 yuan atau sekitar Rp 850.000.
Keterbatasan biaya, Li Shu memilih untuk melanjutkan gaya hidup rebahannya dengan memilih membangun tenda di puing-puing tempat parkir yang telah lama ditinggalkan. Bahkan, dirinya telah tinggal di tenda hampir setahun dan tak berencana untuk mengubah kehidupannya.
Tenda yang ia miliki pun menjadi satu-satunya barang berharga yang dimiliki. Ia diketahui bertahan dengan memakan makanan murah seperti mi atau pangsit. Kadang-kadang menggunakan tungku masak biasa untuk membuat hot pot daging sapi dan panekuk kentang dan telur. Ia juga harus berjalan jauh untuk mendapatkan air dan mengisi daya baterai ponselnya.
“Itu pilihanku. Ketika Anda melepaskan pengejaran yang tidak memuaskan dalam hidup, Anda perlahan akan merasakan kedamaian dan terbiasa dengan keadaan yang berubah. Santai.” ujarnya.
Advertisement
Tolak tawaran pekerjaan
Li Shu juga mengungkapkan jika dirinya sebenarnya mampu untuk mendapat pekerjaan yang layak karena keahlian yang dimiliki. Bahkan, banyak pula teman-teman yang memberikan penawaran hingga mencarikan akomodasi lainnya serta meminjamkan uang untuk berbisnis kecil.
Akan ettapi, ia tak menginginkan hal tersebut. Ia pun mengaku menikmati cara hidupnya yang sederhana dan hemat serta relaksasi terus-menerus yang diberikannya.
Kisah Li ini pun membawa gerakan "rebahan" menjadi semakin berkembang di China dan menjadi sorotan. Pasalnya banyak orang menganggap budaya tempat kerja China yang terlalu kompetitif. "Rerbaring" menjadi populer di kalangan anak muda yang memilih untuk melakukan hal seminimal mungkin untuk bertahan hidup, daripada berjuang untuk kesuksesan finansial dan profesional.