Sosok Inspiratif Hesti Novera Imelda, Sulap Sampah Plastik Jadi Kerajinan yang Pasti Cuan

Imelda merupakan salah satu pelaku kreatif di Solo yang ubah sampah plastik kresek jadi bunga bernilai rupiah tinggi.

oleh Laudia Tysara diperbarui 24 Mei 2023, 07:48 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2023, 06:11 WIB
Hesti Novera Imelda
Hesti Novera Imelda di gelaran Solo Art Market sedang membuat kerajinan, pada 23 Mei 2023. (Liputan6.com/Laudia Tysara)

Liputan6.com, Jakarta - Riuh suara para pejalan kaki sedang berbincang di tepi jalan sekitar Pura Mangkunegaran Kota Solo. Tenda berwarna coklat dari bilah bambu dan pernak-pernik hiasan seperti lukisan, kalung, gelang, hingga tas berjajar rapi di sana. 

SAM atau Solo Art Market 2023 digelar sebagai wadah bagi para pelaku komunitas kreatif di Solo untuk memamerkan sekaligus memasarkan produk mereka. Lokasi bazar dan pameran Solo Art Market kali ini berada di kawasan Pasar Triwindu, Solo, Jawa Tengah.

Hesti Novera Imelda (47) merupakan salah satu pelaku kreatif di Solo yang memamerkan produk kerajinan yang ramah lingkungan dan bernilai jual tinggi. Ia seorang pengrajin hiasan bunga dari plastik kresek bekas (sampah plastik). Selain bunga, ia juga membuat dompet dari plastik kresek bekas, hingga berbagai kerajinan dari botol-botol bekas (akuarium, vas, pot bunga, dan celengan).

“Bunga dari plastik kresek itu gampang perawatannya. Gampang untuk membersihkannya karena tahan air. Juga tidak akan diteluri lalat yang bintik-bintik hitam seperti di bunga artificial. Tapi ketahannya juga sesuai dengan kualitas plastik kresek itu sendiri,” jelas Imelda saat ditemui Liputan6.com, pada Minggu (23/5) di gelaran Solo Art Market 2023.

Sebagai seorang ibu rumah tangga yang pasti belanja, Imelda mengaku selalu membawa pulang plastik ke rumah meskipun sudah pakai tote bag (tas dari kain). Melihat plastik kresek bertumpuk-tumpuk yang selama ini hanya dimanfaatkan untuk wadah sampah saja, ia merasa tidak puas.

Berikut Liputan6.com ulas lebih lanjut tentang sosok inspiratif Hesti Novera Imelda, Selasa (23/5/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Awal Mula Mengolah Sampah Jadi Kerajinan

Replika tanaman hias dari plastik kresek bekas
Replika tanaman hias dalam pot dari plastik kresek bekas hasil karya Melda Creative Art yang di dokumentasikan, pada 6 November 2020. (Liputan6.com/Laudia Tysara/Doc. Melda Creative Art)

“Tidak hanya sekadar dipake lagi, tapi bener-bener kita buat kerajinan yang memang bisa jadi kayak home decor (dekorasi rumah) ataupun kemanfaatan yang lain,” ungkapnya.

Ini termasuk memanfaatkan sampah botol dan galon yang setiap hari dikonsumsi masyarakat. Imelda menekankan barang bekas seperti plastik kresek hingga galon harus bisa dimanfaatkan kembali agar keuntungan tidak hanya didapat perusahaan, tetapi juga masyarakat.

“Botol bekas atau galon itu kalau dijual paling cuma Rp500, tapi kalo kita berani beli Rp1000. Kalau botol bekas ini di-create jadi produk kerajinan seperti celengan dengan teknik air brush itu harganya bisa Rp30.000 sampai Rp40.000,” ujarnya.

Imelda memulai dari dirinya sendiri. Saat ini bunga dari plastik kresek menjadi ciri khasnya, karena ketika mulai membuat kerajinan, memang disesuaikan dengan kesukaannya, yakni bunga. Model awal replika bunga hingga tanaman dari plastik kresek bekas yang dibuatnya masih sangat simpel.

Lalu, di era gempuran media digital dan media sosial barulah Imelda mulai belajar melalui YouTube meskipun proses yang dilalui tidak semudah yang dilihat. Ia mengungkap bahwa membutuhkan waktu tidak sebentar untuk kemudian menyesuaikan dengan caranya sendiri.


Buka Wisata Edukasi dari Pengolahan Sampah

Pelajar sekolah dasar sedang berwisata edukasi di Melda Creative Art
Pelajar sekolah dasar sedang berwisata edukasi di Omah Kreatif, pada 16 Maret 2023. (Liputan6.com/Laudia Tysara/Doc. Melda Creative Art)

Kini di rumahnya, Imelda berhasil membuka wisata edukasi pengolahan sampah plastik kresek menjadi kerajinan untuk semua kalangan usia, termasuk pelajar. Ia juga beberapa kali diundang sebagai narasumber. Uniknya lagi, ia juga mengajarkan keterampilan mengolah limbah rumah tangga menjadi produk kreatif yang pasti cuan ini kepada ibu-ibu di lingkungan rumahnya dan tempatnya mengajar.

Ide membagi ilmu kepada ibu-ibu di kampungnya tercetus, ketika ia melihat ibu-ibu di momen lebaran selalu beli bunga baru untuk hiasan di rumah. Nah di sana, kemudian Imelda mulai menggerakkan ibu-ibu untuk membuat bunga sendiri dari plastik kresek bekas dengan kreativitasnya masing-masing.

“Jadi satu kampung yang pertama mau mengawali itu hanya enam. Tapi bagi saya, lebih berarti ada satu nyantol (sangat serius) dan terus konsisten di situ yang akhirnya nanti akan membawa dampak untuk dirinya dan lingkungannya, daripada ketoke okeh (terlihat banyak yang antusias) tapi nggak ada yang nyantol (tidak ada yang serius),” katanya.

Latar belakang pendidikan Imelda adalah seorang akuntan (kuliah jurusan akutansi). Lalu, bekerja sebagai pengajar sekaligus mengisi eskul (kegiatan ekstrakurikuler) seni di salah satu sekolah swasta di Solo dan aktif di KREASO (Kreatif Anak Sekolah Solo) untuk mengenalkan ide minimalis menggunakan plastik.

“Dari kiat itu, nantinya akan berdampak ke anak-anak sendiri untuk diterapkan di rumahnya masing-masing. Bahkan ibunya juga ada yang tertarik bahkan sampai datang ke sekolah untuk ikut belajar,” imbuhnya.


Proses Produksi Pengolahan Sampah

Hand bouquet dari plastik kresek bekas hasil karya Melda Creative Art
Hand bouquet dari plastik kresek bekas hasil karya Melda Creative Art. (Liputan6.com/Laudia Tysara/Doc. Melda Creative Art)

Proses pembuatan bunga dari plastik kresek bekas ini tidak hanya menggunakan plastik kresek yang masih bagus. Bahkan Imelda menceritakan juga memanfaatkan plastik kresek kotor seperti yang berminyak bekas wadah gorengan. Tak jarang, ketika banjir pesanan ia sampai membeli plastik kresek baru untuk memenuhi target pesanan.

“Untuk plastik yang tidak terlalu bersih bahasanya, tidak langsung kita buat bunga tetapi biasanya saya aplikasikan untuk membuat dahan. Paling kita lap dulu, kalau tidak memungkinkan dicelup sama sabun cuci piring, lalu dijemur,” Imelda menerangkan.

Untuk bagian pengemasan bunganya pun diupayakan tidak pakai bahan yang baru, tetapi tetap pakai plastik kresek atau kertas bekas sebagai pengganti kertas selofan (kertas pembungkus bouquet).

“Itu kita mengombasi dengan plastik kresek yang memang motif, kita tindas (setrika),” tambahnya.

Dalam proses produksi kerajinan dari kresek hingga barang bekas lainnya, Imelda tidak melakukannya sendiri tetapi juga berkolaborasi dengan para pengrajin. Menurutnya dengan berkolaborasi, pasti ada nilai jual lebih tinggi daripada berkreasi sendiri.

“Jadi nanti kita bagi tugas,” jelasnya.

Proses pembuatan bunga dari plastik kresek bekas sangat berbeda dengan proses pembuatan bunga artificial. Bunga yang dibuat dari limbah kresek lebih rumit. Bunga dibuat perkelopak satu per satu, termasuk tangkai dan daunnya.

“Tangkainya pakai tusuk sate bekas atau kawat. Misalnya sisa habis kurban (Hari Raya Idul Adha) atau apa kan bisa dipakai lagi,” katanya.

Sementara warnanya, juga pakai warna asli plastik kresek dan tidak memakai pewarna apapun. Jika produk kreatifnya ada warna gradasi, itu berarti dibuat dengan plastik kresek yang ditumpuk. Ia mengatakan orang-orang yang membeli kerajinannya tidak akan mengira,a bahwa produk yang mereka beli dibuat dari plastik kresek.

“Waktu Mas Gibran (Wali Kota Solo) ke sini, mesti selalu tanya ini diwarnai pakai apa dan saya selalu bilang ini warna dari plastik kresek asli. Kalaupun ada gradasinya itu berarti ditumpuk,” Imelda menceritakan.

Plastik kresek dipotong bagian atas dan bawah, kemudian ditumpuk dan disetrika. Lalu, sisa dari atas yang handle (bagian pegangan) plastik itu juga dimanfaatkan untuk melilit membuat ring. Tujuannya untuk benar-benar meminimalisir sampah lagi.

“Jadi untuk zero waste (nol limbah) ini benar-benar kita tekankan. Kita ini memang open (sangat suka) mbak sama sampah. Kita juga bersinergi dengan Bank Sampah Indonesia (BSI) di Solo. ” ungkapnya.


Tantangan yang Dihadapi

Hesti Novera Imelda sedang menerangkan cara mengolah plastik kresek bekas menjadi kerajinan
Hesti Novera Imelda sedang menerangkan cara mengolah plastik kresek bekas menjadi kerajinan di Omah Kreatif. (Liputan6.com/Laudia Tysara/Doc. Melda Creative Art)

Tantangan yang dihadapi Imelda luar biasa, terutama saat pandemi COVID-19. Sebelum pandemi, pesanan produk kreatifnya dengan nama brand “Melda Creative Art” yang terbuat dari plastik kresek bekas atau sampah plastik berkurang yang semula sangat banyak.

Mulai dari berbagai macam bunga pot, hand bouquet untuk wisuda, anniversary, wedding, kado ulang tahun, hingga pernak-pernik Natal seperti pohon Natal hingga bando Rusa.

“Tidak hanya bunga tangkai yang ditaruh di pot, tetapi kita kreasikan juga jadi hand bouquet sampai pernak-pernik Natal,” ia menceritakan.

Produk kreatif berupa bunga dari kresek bekas yang dipasarkan oleh Imelda berkisar dari harga Rp5.000 per tangkai yang disesuaikan juga dengan tingkat kesukaran pembuatannya. Sedangkan, pernak-pernik Natal seperti ring Natal dengan diameter 10 cm dijual dengan kisaran harga dari Rp15.000.

Mengenalkan produk kreatif ramah lingkungan seperti ini bukan hal yang mudah bagi Imelda selama lebih dari 10 tahun. Forum kreatif ia buat dengan nama Omah Kreatif. Lalu, ia juga selalu aktif mengikuti gelaran seni seperti Solo Art Market. Sementara untuk segmen khusus, Imelda menawarkan keahliannya ke Hotel, Dinas Sosial atau Dinsos, hingga kantor-kantor.

“Ibaratnya jangan sampai kalah sama produk pabrikan. Perjuangan sekali mbak untuk memasarkan ini,” Imelda mengakhiri.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya