Liputan6.com, Jakarta Body shaming adalah istilah yang cukup sering muncul akhir-akhir ini, terutama di media sosial. Istilah ini berkaitan dengan seseorang yang mengejek atau mengolok-olok penampilan fisik orang lain, baik secara sadar atau tidak.
Body shaming kerap kali dilakukan sebagai bahan candaan, namun perilaku ini dapat memberikan dampak buruk terhadap korbannya. Mulai dari gangguan fisik hingga psikologis bisa saja dialami oleh orang-orang yang menjadi korban body shaming.
Body shaming adalah istilah yang merujuk pada perlakuan seseorang yang menghina tampilan fisik orang lain. Mengejek seseorang gemuk atau kurus, tinggi atau pendek, hingga mencela penampilan atau bentuk wajahnya merupakan beberapa contoh body shaming yang sering terjadi.
Advertisement
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (5/1/2022) tentang body shaming adalah.
Body Shaming adalah
Body shaming adalah tindakan seseorang yang memberikan komentar buruk terhadap kondisi tubuh orang lain, baik secara disadari atau tidak disadari. Body shaming adalah sebuah frasa dari gabungan 2 kata yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu body (tubuh) dan shaming (memalukan), sehingga menghasilkan arti berupa mempermalukan tubuh (Cambridge dictionary, 2019).
Dalam bahasa Indonesia, body shaming adalah istilah yang dikenal juga dengan sebutan celaan fisik, celaan tubuh, hinaan fisik, penghinaan fisik, ejekan tubuh, ejekan fisik, cercaan fisik, atau cercaan tubuh. Body shaming adalah tindakan mencemooh atau mengejek penampilan fisik orang lain. Body shaming adalah istilah yang memiliki cakupan sangat luas, mulai dari celaan gemuk, celaan kurus, celaan tinggi badan, celaan rambut, warna rambut, bentuk tubuh, otot seseorang, celaan penampilan (ciri wajah), dan dalam arti yang paling luas dapat mencakup celaan tato dan tindik atau penyakit yang meninggalkan bekas fisik seperti psoriasis.
Alasan seseorang melakukan body shaming cukup beragam, mulai dari ingin mencairkan suasana, mengundang gelak tawa, iseng belaka, hingga memang ingin menghina. Namun, body shaming adalah perilaku yang tidak boleh dianggap sepele. Hal ini bisa memberikan dampak buruk terhadap korban.
Body shaming adalah perlakuan yang bisa terjadi secara langsung ataupun secara tidak langsung, misalnya di media sosial. Perilaku ini juga bisa dilakukan siapa saja, pria ataupun wanita, hingga anak-anak maupun orang dewasa. Tidak jarang body shaming juga terjadi dalam hubungan percintaan, keluarga, atau lingkar pertemanan. Hal ini terjadi karena masih banyak orang yang belum memhami dampak dari body shaming, dan menganggap perkataannya hanya sebagai sebuah candaan atau basa-basi belaka.
Advertisement
Faktor Penyebab Terjadinya Body Shaming
Seperti Liputan6.com kutip dari elibrary.unikom.ac.id, ada beberapa faktor penyebab terjadinya body shaming, di antaranya:
- Bullying
Bullying adalah sebuah istilah yang artinya tindakan atau perlakuan penindasan oleh seseorang yang sifatnya agresif dan menjadi sebuah ancaman untuk mendominasi orang lain. Pelaku bullying dikenal memiliki tingkat keagresifan yang sangat tinggi, di mana berlawanan dengan korbannya yang tampak lebih penakut dan memiliki kepercayaan diri yang rendah.
Peristiwa body shaming sering dijumpai berlangsung bersamaan dengan tindakan bullying. Hal ini disebabkan karena bullying adalah tindakan menindas kemerdekaan atau hak orang lain, body shaming adalah alat atau suatu perlakuan intimidasi yang biasa digunakan untuk mem-bully.
- Peran Media dalam Mebentuk Standar
Hal apapun yang ingin disampaikan atau ditunjukkan oleh media haruslah memiliki citra yang baik tanpa tercela agar dapat diterima oleh khalayak, sehingga terciptalah standar-standar pada masyarakat yang tanpa disadari terkadang tidak begitu relevan dengan fenomena yang ada.
Salah satunya adalah standar kecantikan. Sebuah teori mengasumsikan media massa mempunyai pemikiran bahwa audiens bisa ditundukkan sedemikian rupa atau bahkan bisa dibentuk dengan cara apa pun yang dikehendaki media (Nurudin, 2014, h.166). Tanpa disadari hampir sebagian paradigma-paradigma yang ada di tengah masyarakat adalah buah hasil dari media yang telah disajikan berulang-ulang sehingga tertanam benar dan diikuti sebagai sesuatu yang umum, terutama standar mengenai kecantikan.
Body shaming sering terjadi karena korban dirasa tidak memenuhi standar kecantikan yang ada pada masyarakat, di mana yang beredar adalah kurus merupakan hal mutlak di mana seseorang dapat dikatakan cantik. Namun semua hal tersebut merupakan ide-ide yang berhasil disampaikan oleh media dalam melakukan penjualan dengan ikut menjual citra. Melihat apa yang telah disampaikan media tidak sesuai dengan fenomena yang ada maka citra tersebut dibeli oleh masyarakat dengan ingatan bahwa berubah mengikuti arus budaya populer adalah sesuatu yang paling baik dan benar mutlak diterima oleh masyarakat sehingga yang tidak dapat memenuhi standar tersebut tidak dapat dikatakan sempurna.
Dampak Buruk Body Shaming
Menurut psikolog, efek psikologis yang terjadi pada para korban body shaming sangatlah luas dan berbahaya. Mengutip elibrary.unikom.ac.id, obyektifikasi mengenai penampilan tubuh terhadap korban memiliki konsekuensi psikologis tertentu berupa:
- Mempunyai pandangan-pandangan negatif terhadap orang baru atau asing.
- Memiliki masalah dengan kecemasan dan kepercayaan diri.
- Resiko tinggi terhadap gangguan makan.
- Cenderung mudah mengidap depresi hingga tindakan bunuh diri.
Body shaming adalah istilah yang masih dianggap sebagai hal sepele, di mana banyak orang berpikir bahwa komentar tidak bertanggung jawab yang dilontarkan tidak memiliki arti kepada lawan bicara yang disampaikan. Hal ini tentunya harus dihindari karena dampak buruknya begitu berbahaya bagi korban body shaming.
Advertisement