Liputan6.com, Jakarta Komedian kondang tanah air, Tukul Arwana dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Otak Nasionak (RS PON) akibat pendarahan otak pada Kamis (23/9). Pendarahan otak dikenal juga dengan nama pendarahan intrakranial, intraserebral, atau brain hemorrhage.
Penting untuk Anda ketahui bahwa kondisi ini disebabkan oleh pecahnya pembuluh arteri di otak hingga menyebabkan perdarahan lokal di jaringan sekitarnya dan matinya sel-sel otak. Pendarahan yang dapat terjadi di dalam otak biasanya terjadi antara otak dan selaput-selaput yang menutupinya, antara lapisan-lapisan dari penutup otak, maupun antara tengkorak dan penutup dari otak.
Banyak orang yang mengalami perdarahan otak memiliki gejala mirip stroke, seperti mengalami kelemahan pada salah satu sisi tubuh, kesulitan berbicara, atau mati rasa. Perdarahan otak merupakan kondisi medis serius yang perlu mendapat pemeriksaan dan penanganan segera oleh dokter di rumah sakit. Untuk itu, penting mengenali gejala awal yang muncul supaya mendapatkan pertolong yang cepat dan tepat.
Advertisement
Berikut ini penjelasan mengenai penyebab pendarahan otak yang perlu diwaspadai, yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber, Jum’at (21/9/2021).
Jenis-jenis Pendarahan pada Otak
Umumnya, semua perdarahan yang terjadi di dalam otak disebut perdarahan otak. Tapi, berdasarkan lokasi terjadinya, perdarahan otak dibedakan menjadi beberapa jenis, di antaranya:
1. Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan yang terjadi pada jaringan otak di bawah selaput pelindung otak. Perdarahan otak tipe ini seringkali disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak karena aneurisma, gangguan pembekuan darah, atau cedera kepala berat.
2. Hematoma Epidural dan Subdural
Penggumpalan darah yang terjadi di antara otak dan tengkorak kepala, bisa berada di atas atau di bawah selaput pelindung otak.
3. Perdarahan Intraserebral
Perdarahan yang terjadi pada jaringan otak itu sendiri. Perdarahan otak jenis ini bisa menyebar hingga ke ruang ventrikel otak dan menyebabkan pembengkakan otak.
Advertisement
Penyebab Pendarahan pada Otak
Ada beberapa faktor risiko dan penyebab terjadinya perdarahan otak. Berikut ini adalah penyebab perdarahan otak yang umumnya terjadi, yaitu:
1. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit kronis (jangka panjang) yang dapat melemahkan dinding pembuluh darah, tak terkecuali pembuluh darah otak. Jika tekanan darah tidak terkendali, lama kelamaan penyakit ini berpotensi menimbulkan stroke perdarahan (stroke hemoragik).
2. Cedera Kepala
Paling banyak terjadi pada orang yang berusia di bawah 50 tahun. Kemungkinan besar kondisi ini disebabkan oleh kecelakaan atau terjatuh. Kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari ketinggian, dan cedera kepala akibat olahraga juga merupakan penyebab perdarahan otak yang sering terjadi.
3. Kelainan Pembuluh Darah
Kondisi yang bisa terjadi pada saat lahir ini dapat membuat dinding pembuluh darah di sekitar dan bagian dalam otak menjadi lemah. Kelainan ini disebut malformasi arteri vena. Penderita gangguan ini tidak selalu mengeluhkan adanya gejala, namun seketika pembuluh darah dapat pecah dan menimbulkan kondisi yang berbahaya.
4. Gangguan Pembekuan Darah
Menurunnya trombosit juga dapat menyebabkan perdarahan otak. Anemia sel sabit (kondisi di mana sel darah merah berbentuk abnormal), hemofilia (tubuh kekurangan protein untuk pembekuan darah), hingga mengonsumsi obat pengencer darah dapat berkontribusi dalam hal ini.
5. Pembengkakan Pembuluh Darah (Aneurisma)
Aneurisma menyebabkan melemahnya pembuluh darah, yang kemudian dapat pecah dan menimbulkan perdarahan di dalam otak. Kondisi ini dapat menyebabkan stroke.
6. Angiopati Amiloid
Angiopati amiloid adalah kondisi di mana terjadi kelainan dinding pembuluh darah yang disebabkan oleh faktor usia atau hipertensi. Kondisi ini dapat menimbulkan banyak perdarahan kecil yang mengarah pada perdarahan yang lebih besar.
7. Penyalahgunaan Obat
Hal ini dapat melemahkan pembuluh darah hingga menyebabkan pendarahan di otak. Beberapa obat resep juga dapat meningkatkan risiko pendarahan otak.
8. Masalah pada Hati
Penyebab pendarahan otak yang selanjutnya adalah adanya masalah pada hati. Kondisi ini terkait dengan peningkatan pendarahan di dalam tubuh secara menyeluruh.
9. Tumor Otak
Penyebab pendarahan otak yang selanjutnya adalah adanya tumor otak.
Gejala Pendarahan Tumor Otak
Umumnya, seseorang yang mengalami pendarahan otak akan merasakan gejala berikut ini :
1. Sakit kepala parah yang tiba-tiba.
2. Kejang tanpa riwayat kejang sebelumnya.
3. Kelemahan pada lengan atau kaki.
4. Mual atau muntah.
5. Kewaspadaan berkurang dan badan terasa lesu.
6. Perubahan penglihatan.
7. Kesemutan atau mati rasa.
8. Kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan.
9. Kesulitan menelan.
10. Kesulitan menulis atau membaca.
11. Kehilangan keterampilan motorik halus, seperti tremor tangan.
12. Kehilangan koordinasi.
13. Kehilangan keseimbangan.
14. Indera perasa yang tidak normal.
15. Hilang kesadaran.
Advertisement
Cara Mengatasi Pendarahan pada Otak
Selain penyebab dan gejala pendarahan otak, penting bagi Anda juga untuk tahu mengenai cara mengatasi atau pengobatan dari penyakit ini. Berikut beberapa cara mengatasi pendarahan otak, yaitu:
1. Perawatan Medis
Cara mengatasi pendarahan otak yang pertama dengan melakukan perawatan medis. Pasien dengan pendarahan otak biasanya dirawat di unit stroke atau ICU agar mendapat pengawasan secara intensif. Beberapa pengobatan yang akan dilakukan dokter yakni pemberian obat-obatan untuk mengurangi penggumpalan darah, pengontrolan tekanan darah, memantau tekanan pada tengkorak kepala, pemasangan keteter dan penanganan hyperventilation.
2. Operasi
Cara mengatasi pendarahan otak berikutnya adalah dengan menempuh jalan operasi. Tujuan dari operasi untuk menghilangkan penggumpalan darah sebanyak mungkin, serta mengurangi pendarahan. Ada dua pilihan metode operasi yakni kraniotomi dan stereotactic clot aspiration.
3. Penggunaan Obat-obatan
Terakait penanganan lebih lanjut, dokter mungkin juga akan meresepkan beberapa jenis obat-obatan. Tujuannya untuk mengontrol tekanan darah, mencegah kejang dan mengurangi rasa sakit serta membantu pasien yang mengalami kesulitan menelan. Perawatan selanjutnya yang bisa dilakukan bergantung pada gejala yang dirasakan bisa berupa perawatan terapi fisik maupun terapi bicara.