Difabel Artinya dalam Bahasa Indonesia dan Perbedaannya dengan Disabilitas

Difabel artinya merujuk pada keterbatasan seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu.

oleh Husnul Abdi diperbarui 27 Jun 2023, 11:15 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2023, 11:15 WIB
Ilustrasi Difabel
Ilustrasi Difabel. Gambar oleh ALBERTO H. FABREGAS dari Pixabay

Liputan6.com, Jakarta Difabel artinya mungkin belum dipahami sebagian orang. Pasalnya, istilah ini kerap kali disamakan dengan istilah lainnya, yaitu disabilitas. Walaupun secara garis besar keduanya merupakan istilah yang sama, tapi ada sedikit perbedaan yang perlu kamu pahami.

Difabel artinya merujuk pada keterbatasan seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu. Arti dari istilah ini tidak jauh berbeda dengan disabilitas, namun penggunaannya perlu diperhatikan lagi. Hal ini karena kesalah menempatkan kata-kata tersebut dapat menimbulkan sentimen yang berbeda.

Difabel dan disabilitas sebenarnya merujuk kepada makna yang sama, yaitu menggambarkan ketidakmampuan seseorang dalam melakukan suatu aktivitas. Namun, kamu perlu memperhatikan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari agar lebih tepat.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (27/6/2023) tentang difabel.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Difabel Artinya

Melansir laman Fakultas Hukum UII, difabel merupakan singkatan dari bahasa Inggris different ability people atau diferently abled people. Difabel artinya yaitu orang-orang yang dikatagori memiliki kemampuan berbeda dengan manusia pada umumnya. Istilah lainnya ialah differently able, yang secara harfiah berarti sesuatu yang berbeda. Sementara secara terminologi, difabel artinya yaitu setiap orang yang mengalami hambatan dalam aktifitas keseharian maupun partisipasinya dalam masyarakat karena desain sarana prasarana publik yang tidak universal dan lingkungan sosial yang masih hidup dengan ideologi kenormalan.

Sementara itu, arti disabilitas yaitu orang yang memiliki keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/ atau sensorik dalam jangka waktu lama sehingga mengalami hambatan dan kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan, dan menyebabkan keterbatasan dalam melaksanakan tugas atau kegiatan sehari-hari. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, disabilitas yaitu setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.


Perbedaan Difabel dengan Disabilitas

Ilustrasi penyandang disabilitas
Ilustrasi penyandang disabilitas (Photo by Jung Ho Park on Unsplash.com)

Perbedaan difabel dengan disabilitas perlu dipahami setiap orang agar tidak salah dalam menggunakannya. Dari penjelasan di atas, difabel artinya adalah sebutan yang lebih halus untuk menggambarkan kondisi seseorang yang mengalami disabilitas. Difabel dianggap sebagai panggilan yang lebih nyaman, sopan, dan umum dalam percapakan komunitas.

Difabel artinya mengacu pada keterbatasan peran penyandang disabilitas dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari karena ketidakmampuan yang mereka miliki. Jadi, difabel artinya bukan tidak mampu, tetapi hanya terbatas dalam melakukan aktivitas tertentu. Kondisi seorang difabel juga bisa diperbaiki dengan alat bantu yang membuatnya jadi mampu melakukan aktivitasnya seperti semula.

Istilah difabel dan disabilitas memang maknanya tidak jauh berbeda. Perbedaan keduanya mungkin bisa kamu pahami dalam penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Melansir Alodokter, contoh penggunaan istilah difabel dan disabilitas ini yaitu pada penderita disleksia. Seseorang yang mengalami disleksia bisa disebut sebagai penyandang disabilitas karena tidak dapat membaca dengan normal. Tetapi, ia juga bisa disebut sebagai difabel karena kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari, seperti saat membaca buku pelajaran.

Disleksia adalah salah satu disabilitas yang sulit disembuhkan, tetapi bisa diatasi. Orang tersebut dapat menggunakan rekaman atau video untuk belajar. Dengan begitu, sifat difabelnya akan berkurang karena ia tetap bisa memenuhi aktivitasnya sehari-hari, meski sebenarnya ia tetap memiliki disabilitas. Hal inilah yang menyebabkan difabel artinya lebih halus dibandingkan dengan disabilitas. Hal ini tidak lain karena ada derajat ringan dan berat pada kata difabel. Sementara saat menyebut orang tersebut sebagai seorang penyandang disabilitas, seakan-akan kamu tidak melihat usahanya untuk mengatasi keterbatasannya tersebut.


Jenis-Jenis Disabilitas

Ilustrasi penyandang disabilitas
Ilustrasi penyandang disabilitas / Unsplash.com

Difabel artinya tidak jauh berbeda dengan disabilitas. Disabilitas adalah ketidakmampuan seseorang untuk menjalankan aktivitas tertentu. Hal ini bisa dikarenakan adanya keterbatasan dalam penglihatan, pemikiran, komunikasi, pembelajaran, memori/ingatan, gerakan, hubungan sosial, kesehatan mental, hingga pendengaran. Disabilitas bukan hanya berupa masalah kesehatan, namun juga berkaita dengan kondisi di mana tubuh dan pikiran mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas tertentu dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Walaupun begitu, penyandang disabilitas tetap memiliki kebutuhan dan hak yang sama dengan orang-orang tanpa keterbatasan, seperti imunisasi, pemeriksaan kesehatan, dan sebagainya. Hanya saja, mereka membutuhkan bantuan lebih untuk beraktivitas. Singkatnya, disabilitas adalah suatu kondisi di mana seseorang memiliki keterbatasan secara fisik atau mental. Ada beberapa jenis disabilitas yang perlu kamu kenali, di antaranya yaitu:

  1. Disabilitas fisik, seperti gangguan gerak yang menyebabkan penderitanya tidak bisa berjalan
  2. Disabilitas sensorik, seperti gangguan pendengaran atau penglihatan
  3. Disabilitas intelektual, seperti kehilangan ingatan
  4. Disabiltas mental, seperti fobia, depresi, skizofrenia, atau gangguan kecemasan

Sementara itu, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, disabilitas memiliki tiga dimensi, yaitu:

  1. Keterbatasan dalam berpartisipasi di aktivitas normal sehari-hari, seperti bekerja, bersosialisasi, rekreasi, serta memperoleh perawatan kesehatan.
  2. Keterbatasan dalam melakukan aktivitas, seperti kesulitan berjalan, melihat, mendengar, atau memecahkan masalah.
  3. Penurunan struktur fungsi tubuh, secara fisik atau mental, seperti kehilangan anggota tubuh, atau ingatan.
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya